Selasa, 03 November 2015

Cerita hikmah dalam kehidupan: Kisah kakak beradik

Cerita hikmah dalam kehidupan:
Kisah kakak beradik
Pada suatu masa, hiduplah dua orang saudara, kakak beradik. Sang kakak adalah seorang yang saleh. Sejak kecil, hari-harinya lenih benyak dilewati di dalam mesjid. Berzikir, membaca Al-Quran, dan salat sudah menjadi kebiasaan sang kakak. Namun, tidak demikian dengan sang adik. Sang adik ialah seorang yang jauh dari mesjid. Sejak kecil, hidupnya penuh dengan maksiat. Berzina dengan pelacur, berjudi, dan mabuk-mabukan sudah menjadi kebiasaannya.
Ketika mereka menginjak usia 40 tahun, sang akak berfikir, “Aku selalu hidup dalam kebaikan. Waktuku banyak kuhabiskan di dalam mesjid. Rasanya aku sekali-sekali mencoba bagaimana rasanya kehidupan di luar sana. Nanti setelah puas bermain perempuan dan mabuk-mabukan, aku akan langsung bertobat.” Demikianlah niatan sang kakak untuk menemui adiknya di rumah pelacuran.
Pada saat yang sama, sang adik pun sedang berfikir, “Aku selalu hidup dalam kemaksiatan. Waktuku banyak kuhabiskan di tempat pelacuran. Rasanya, aku ingin sekali merasakan bagaimana indahnya kehidupan di dalam mesjid. Baiklah, aku akan menemui kakakku di sana.”
Selepas Magrib, berjalalah keduanya sesuai dengan niatan masing-masing. Hanya saja mereka melalui jalan yang berbeda sehingga tidak sapai bertemu di jalan. Setibanya di tempat pelacuran, sang kakak tidak menemukan adiknya. Ketika ditanya ke mana, tidak ada seorang pun yang tahu. Lalu, sang kakak memutuskan untuk tetap bermain perempuan dan mabuk-mabukan walau tanpa ditemani adiknya. Demikian pula dengan sang adik. Ia pun tidak menemukan kakaknya di mesjid. Ketika ditanyakan ke mana, tidak ada seorang pun yang tahu. Sang adik lalu memutuskan untuk tetap berzikir dan shalat di dalam mesjid. Saat itulah gempa bumi yang dahsyat mengguncang. Tapi, karena terlalu nikmatnua bermain perempuan, sang kakak tidak merasakannya. Begitu pun dengan sang adik, karena sedang merasakan nikmatnya shalat dan berzikir, ia pun tidak merasakannya. Hingga kemudian robohlah mesjid dan rumah pelacuran itu.
Peristiwa ini kemudian membuat heran para penduduk. Mengapa? Karena sang adik selama ini dikenal sebagai orang yang selalu berbuat maksiat, ternyata ditemukan jasadnya di reruntuhan mesjid sambil memeluk al-Qur’an. Adapun sang kakak yang selama ini dikenal dengan orang yang shaleh ternyata, ditemukan jasadnya di reruntuhan rumah pelacuran dalam keadaan telanjang bersama jasad seorang wanita pelacur.

Hikmah certita:
1.      Jangan pernah berbangga hati jika kita menjadi orang banyak amalnya karena kita tidak mengetahui akhir kehidupan kita.
2.      Jangan pernah meremehkan dosa karena kematian kematian tidak diketahui datangnya, lakukan yang terbaik dalam hidup, jangan bermaksiat, dan segera bertobat jika kita banyak melakukan dosa.
3.      Jangan pernah putus asa jika kita menjadi ahli maksiat karena ampunana Allah Swt. Sangat luas bagi semua hamba-Nya.
4.      Jangan pernah meremehkan orang lain yang berbuat dosa karena mungkin suatu saat dia bertobat dan mendapat ampunan Allah Swt.

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar: