Senin, 09 November 2015

makalah; URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam menjadi salah satu isu penting dalam setiap pembahasan yang menyangkut kehidupan umat Islam. Itulah sebabnya berbagai pertemuan Ilmiah baik yang berskala lokal sampai internasionalmengenai pendidikan Islam sudah sekian banyak dilaksanakan. Dalam konteks nasional, bahkan isu itu mengemuka secara inheren setiap kali muncul permasalahan dalam pendidikan nasional. Ketika orientasi dan tujuan pendidikan di Indonesia dibicarakan, masalah pendidikan Islam pasti menjadi salah satu topik bahasan yang cukup dominan[1].
Mengapa kenyataan di atas selalu muncul, hal ini tidak akan terlepas dari berbagai faktor yang melatarinya. Pertama-tama tentu berhubungan dengan fakta bahwa pendidikan Islam di Indonesia memiliki sejarahnya yang sangat panjang. Selama sekian abad pendidikan Islam merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, sebelum penjajah Belanda memperkenalkan sistem pendidikan modern sekitar abad ke-19. Lembaga-lembaga pendidikan seperi surau, majelis taklim, pesantren, dan madrasah sudah diterima dan memiliki basisnya sendiri sangat kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia[2].
Faktor lain adalah berkaitan dengan kegairahan umat Islam Indonesia sendiri yang mulai menyadari untuk bangkit, berusaha mengaktualisasikan semua ajaran Islam dalam institusi keagamaannya, termasuk pendidikan, dalam rangka


membangun masa depan Indonesia yang lebih baik dengan dilandasi oleh nilai-nilai religius dan moral yang kuat. Oleh karena itu, sekarang pendidikan Islam bukan lagi merupakan second choice, tetapi justru merupakan first choice[3].
Dalam konteks keluarga, pendidikan Islam merupakan kedudukan yang sangat urgensi dalam lingkungan keluarga dalam perkembangan anak-anak untuk menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara luas pembelajaran pendidikan Islam dalam lingkugan keluarga maka kita terlebih dahulu mengetahui urgensi pendidikan dalam lingkungan keluarga dan petunjuk-petunjuk pendidikan dalam lingkungan keluarga.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas:
1.      Bagaimana urgensi pendidikan dalam lingkungan keluarga?
2.      Apa petunjuk-petunjuk penting dalam pendidikan dalam lingkungan keluarga?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini:
1.      Untuk mengetahui urgensi pendidikan dalam lingkungan keluraga.
2.      Untuk mengetahui petunjuk-petunjuk dalam  pendidikan dalam lingkungan keluraga.



D.    Manfaat Penulisan
Dengan pembelajaran pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga akan menjadikan anak-anak bisa berkembang dan memahami norma-norma serta nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pendidikan agamis.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Urgensi Pendidikan dalam Lingkungan keluarga
Telah kita ketahui bahwa tugas keluarga dalam mendidik anak-anaknya sudah sangat berat dan harus dibantu oleh sekolah. Tetapi, kita harus ingat bahwa tidak semua anak sedari kecilnya sudah menjadi tanggungan sekolah. Janganlah kita salah tafsir bahwa anak-anak yang sudah tanggung jawab sekolah. Telah dikatakan bahwa kewajiban sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak[4].
Tanggung jawab yang mendapat perhatian besar dalam pendidikan keluarga adalah orang tua terhadap anak-anaknya yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran, dan pendidikan. Orang tua memiliki hubungan terdekat dengan anak-anaknya dan mewariskan karakter tertentu sehingga orang tua wajib meluruskan sifat-sifat anaknya yang buruk menurut nilai-nilai yang berlaku. Kaitannya dengan hal tersebut, dalam ajaran islam, adalah orang tua wajib menyuruh dan mendidik anak-anaknya untuk mendirikan shalat[5].
Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggung jawab orang tua, dengan peran Ibu lebih banyak. Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak lebih menonjol. Meskipun peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga penting, karena dapat


memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu. Oleh karena hubungan Ayah dan anak terbatas waktunya, terutama di hari kerja, maka Ayah harus mengusahakan agar pada hari libur memberikan waktu lebih banyak untuk bersama dengan anak[6].
Sistem pendidikan yang baik harus menunjukkan tatanan konseptual proses pendidikan dalm keluarga sebagai realisasi tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya, antara lain aspek-aspek pendidik yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anknya. Aspek-aspek yang dimaksudkan adalah aspek pendidikan ibadah, pokok-pokok ajaran berperilaku, dan pendidikan yang meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak[7].
Semua hal di atas merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anak. Dalam keluarga, anak mendapat perawatan dan bimbingan dalam rangka pembentukan sifat dan kepribadiannya. Yang perlu diperhatikan adalah, anak merupakan peniru yang baik. Mereka melihat bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap, dan kemudian tanpa sadar menirunya. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai positif sejak dini sangat diperlukan[8].
Pokok-pokok pendidikan yang baik dalm keluarga harus membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-masing, membantu anak-anak mengenal dan memahami norma-norma kehidupan yang layak diaplikasikan[9].


Demikianlah, tidak dapat disangkal lagi betapa urgensiya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang urgensinya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yang telah dahulu[10].
Comenius (1592-1670), seorang ahli didaktik yang terbesar, dalam buku Didaktica Magna, di samping mengemukakan asas-asas didaktiknya yang sampai sekarang masih dipertahankan kebenarannya, juga menekankan betapa urgensinya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang. Dalam uraiannya tentang tingkatan-tingkatan sekolah yang dilalui oleh anak sampai tingkatan kedewasaannya, ia menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan di dalam keluarga yang disebut scola-materna (sekolah ibu). Untuk tingkatan ini ditulisnya sebuah buku penuntun, yaitu Informatorium. Di dalamnya diutarakan bagaimana orang-orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-anaknya[11].
J.J. Rousseau (1712-1778), sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak, mengutarakan pula betapa pentingnya pendidikan keluarga itu. ia mengajurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecilnya. Dalam buku, yang diberi judul Emile, dijelaskannya pendidikan-pendidikan manakah yang perlu diberikan kepada anak-anak mengingat masa-masa perkembangannya anak itu.


Perlu kita ketahui bahwa dasar pendidikan menurut Rousseau ialah alam anak-anak yang belum rusak; anak-anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Kata-kata Rosseau yang penting dan selalu menjadi pedoman bagi kaum pendidik ialah anak itu bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Pikiran, perasaan, keinginan dan kemampuan anak itu berbeda dengan kemampuan orang dewasa[12].
















B.     Petunjuk-Petunjuk Penting Dalam Pendidikan Dalam Lingkungan Keluarga[13]
Adapun beberapa petunjuk yang penting dan perlu diperhatikan oleh para pendidik ialah:
a.       Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga
Hal ini terutama bergantung pada bapak dan ibu sebagai pengatur keluarga. Dasar dari pendidikan keluarga ialah perasaan cinta-mencintai. Kita hendaknya selalu berusaha agar di dalam limgkungan keluarga selalu terdapat tolong-menolong, kasih sayang antara anggota-anggota keluarga, dan harus diliputi suasana kegembiraan dan ketentraman.
Perlu diingatkan di sini bahwa kesenangan dan ketentraman keluarga itu tidak hanya bergantung kepada banyak sedikitnya harta benda yang dipunyai atau yang dapat diusahakan oleh keluarga itu.
Di dalam suatu keluarga yang baik selalu akan terdapat kejujuran , kesetiaan, keteguhan hati, kesabaran,kerajinan, kerapian, dan kebersihan di antara anggota-anggota keluarganya.
b.    Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing.
Hal ini terutama menurut kedudukan dan umurnya masing-masing. Tidak mungkin seorang anak kecil akan sama hak maupun kewajibannya dengan anak yang sudah besar. Orang tua harus berusaha agar anak-anaknya sedikit demi sedikit secara berangsur-angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota


keluarga. Untuk ini, anak-anak perlu dibiasakan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengenakan pakaian sendiri, mandi, makan, tidur pada waktunya, mengasuh adik, membantu ibun dan ayah, pekerjaan membereskan, dan mengatur kebersihan rumah tangga.
Jika tiap-tiap anggota keluarga sudah tahu dan menjalankan tugas kewajibannya masing-masing menurut aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga itu, akan terjelmalah ketertiban dan kesenanngan serta ketentraman dalam keluarga itu.
c.    Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
Hal ini mudah diusahakan karena orang-orang tualah yang setiap hari bergaul dan bermain dengan anak-anaknya. Dari pergaulan dan dari ikut serta bermain dengan anak-anak, orang tua dapat mengetahui bagaimana sifat-sifat dan tabiat anak-anaknya masing-masing. Pengetahuan ini sungguh merupakan harta yang tak ternilai harganya untuk mendidik anak-anak ke arah kedewasaan. Seorang pendidik akan dapat lebih berhasil usahanya jika ia dapat mengetahui siapa dia.
Lagi pula, adanya pengetahuan orang tua tentang watak anak-anaknya dan adanya saling mengetahui tabiat masing-masing akan dapat menghindarkan perselisihan dan mendatangkan kerukunan serta ketentraman dalam keluarga.
d.   Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak.
Orang tua tidak boleh sering mengejek atau mengecilkan hati anak-anak. Besarkan hati anak-anak itu dalam segala usahanya yang baik. Pujilah


mereka, anjurkan kepada mereka bahwa apa yang dapat dikerjakan orang lain, dia pun dapat mengerjakannya. Janganlah selalu melarang atau menegur jika memang tidak perlu. Lebih bijaksana jika larangan-larangan itu diganti dengan suruhan. Sebagai contoh, jangan mengatakan: “Tolonglah, Nak, simpankan pisau itu di atas meja, tentu kamu pandai menyimpannya, bukan?” dan sebagainya.
e.    Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
Masih ada beberapa orang tua yang merasa khawatir anak-anaknya akan mendapat pengaruh buruk dari teman-temannya. Ini sungguh keliru. Anak-anak adalah calon manusia dewasa yang akan hidup dalam masyarakat yang bermacam-macam corak ragamnya. Pergaulan dengan teman-teman sebaya penting sekali bagi pertumbuhan jiwa anak-anak, terutama pertumbuhan perasaan sosialnya dan pertumbuhan wataknya.











BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Urgensi pendidikan dalam lingkungan kelurga itu sangat membantu  dalam perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat.
2.      Petunjuk-Petunjuk Penting Dalam Pendidikan Dalam Lingkungan Keluarga:
a.       Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
b.      Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing.
c.       Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
d.      Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak.
e.       Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
B.     Saran
Semoga dengan eksistensi makalah ini dapat membuat pembaca menjadi lebih memahami pendidikan dalam lingkungan keluarga dan menambah cakrawala khasanah pengetahuan Anda.


DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2006.



Purwanto M.Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Cet. XV; Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. 2003.

Salahuddin Anas. Filsafat Pendidikan. Cet. II; Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.




[1] Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya (Jakarta: PT. RajagGrafindo Persada, 2006), h. 147        
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorotis dan Praktis (Cet. XV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 78-79
[5] Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan (Cet. II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 213-214
[7] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Loc. Cit.
[11] Loc. Cit.
[12] Loc. Cit.
[13] Of. Cit., h. 86.

Tidak ada komentar: