Selasa, 10 November 2015

makalah: sifat dasar filsafat

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang  Masalah
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan Filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan Filsafat. Kelahiran Filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunnai dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain.
 Dengan Filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada rasio. Kejadian seperti gerhana tidak lagi di anggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Perubahan yang mendasar adalah di temukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah. Yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun manusia sendiri. Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”. Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka pokok permasalahannya adalah:
1.    Apakah pengertian filsafat?
2.    Apakah Objek Filsafat?
3.    Apakah Metode kaitan filsafat?
4.    Apakah Sifat dasar filsafat?
5.    Apakah cabang/pembagian filsafat?
C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskandi atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui pengertian filsafat.
2.    Mengetahui objek filsafat.
3.    Mengetahui metode kaitan filsafat.
4.    Mengetahui sifat dasar filsafat.
5.    Mengetahui cabang/pembagian filsafat.












BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Filsafat
Secara etimologis, kata Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. [1]Kata philosophia terdiri atas kata philein yag berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijakasanaan (Wisdom), sehingga secara etimologi Filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love ofwisdom).[2] Seorang Filsafat adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi filsafat. Beragamnya definisi filsafat menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih sudut pandang dalam memikirkan filsafat. Bahkan, perbedaan sudut pandang ini diusahakan untuk dapat saling melengkapi.
Berikut ini beberapa definisi filsafat menurut para ahli:
1.    Menurut plato, Filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
2. Menurut Aristoteles, Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika (Filsafat keindahan).[3]
3. William James, Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berfikir yang jelas dan terang.
4. Poedjawijatno, Filsasat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
5. Sidi Gazalba,Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial).
B.       Objek Filsafat
Objek filsafat dapat dibagi menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.[4]
1.        Objek material
 Objek material filsafat yaitu suatu yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau objek material yaitu hal yang diselidiki di pandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.
Saefuddin Ashari menyebut objek material filsafat ialah sarwa yang ada, yang pada garis besarnya dapat kita bagi atas tiga persoalan pokok:
a.       Hakikat Tuhan.
b.      Hakikat Alam.
c.       Hakikat Manusia.
2.        Objek formal  
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi yang membedakan Filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Jika dalam ilmu-ilmu lain, objek materialnya mambatasi dari apapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikatnya untuk esensi dari yang di hadapinya. Menurut Oeman AmirHoesin, objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tenyang objek material filsafat (segala sesuatu yang ada dan mungkin ada).
C.      Metode Filsafat
Kata metode berasal dari kata Yunani methods, sambungan kata depan meta (ialah menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (ialah jalan perjalanan, cara, arah, kata methodos sendiri berarti penelitian. Metode ilmiah, hipoteses ilmiah, uraian ilmiah. Metode inilah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. [5]
Runes dalam dictionary of philosophy sebagaimana di kutip oleh Anton Bakker menguraikan sepanjang sejarah Filsafat telah di kembangkan sejumlah metode-metode Filsafat yang berbeda yang dapat di susun menurut garis histories metode tersebut, yaitu:
1. Metode kritis: Socrates, Plato Bersifat analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak akhirnya di temukan hakikat.
2. Metode intuitif: Plotinus, Bergson Dengan jalan instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan. Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
3. Metode skolastik: Aristoteles, Thomas Aqinas, Filsafat abad pertengahan. Metode ini cenderung bersifat sintesis-deduktif, dengan bertitik tolak dari defenisidefenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, di tarik kesimpulankesimpulan.
4. Metode Geometris: Rene decscarter dan pengikutnya. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, di capai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu di dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
D.      Sifat Dasar Filsafat
·      Berfikir Radikal: menemukan akar seluruh kenyataan.
Para filosuf adalah para pemikir  radikal, sehingga mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas atau realitas tertentu saja. Karena dikalangan berfikir mereka akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radikal  atau akar sebuah realitas memang selalu dianggap penting oleh mereka karena menemukan akar atau  radikal  tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut. Berpikir radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar seluruh sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal). Lois O. Kattsoff (1996 : 6)  mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan  ialah merenung,  tetapi bukanlah  melamun dan bukan pula berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam,  radikal, sistematis dan universal.[6]
·      Mencari Asas: menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas.
Dalam memandang seluruh realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf Yunani, yang terkenal dengan filsuf alam mengamati keanekaragaman realitas di alam semesta ini, lalu bertanya “apakah di balik realitas alam yang beraneka ragam  ini ada suatu asas atau dasar ?”. Mereka mulai mencari jawaban yang hakiki tentang itu semua. Thales  menemukan  asas alam semesta ini adalah air,  Aneximenes menemukan bahwa asasnya adalah udara, dan Empedokles mengatakan ada empat unsur yang membentuk realitas alam ini, yaitu api, udara, tanah dan air.
·      Memburu Kebenaran.
Berfilsafat berarti memburu kebenaran hakiki tentang sesuatu. Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah  kebenaran hakiki dan tidak meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh atau hakiki dan dapat dipertanggung jawabkan,  maka setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka. Kebenaran tentang sesuatu yang sudah ditemukan oleh seorang filsuf akan selalu diteliti ulang oleh yang lain demi mencari kebenaran yang lebi hakiki dan dapat dipertanggungjawabkan.
·      Mencari Kejelasan: baik kejelasan pengertian maupun kejelasan intelektual.
Berfilsafat berarti mencari kejelasan baik kejelasan mengenai pengertian maupun kejelasan intelektual. Untuk mencari semua itu diperlukan penelian yang mendalam dan kerja keras agar dapat mengetahui dan mengerti hakikat kejelasan suatu hal atau masalah secara mendalam.
·       Berfikir Rasional; logis, sistematis dan kritis.
Dalam berfilsafat perlu adanya berfikir rasional, logis, sistematis, dan kritis agar dapat mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial). Dengan demikian akan memperjelas pemahaman akan realitas itu sendiri dan menemukan hakikat sesuatu secara nyata dan mendalam.        
E.       Cabang-Cabang Filsafat
Setiap ahli filsafat mempunyai pembagian filsafat yang berbeda-beda. Berikut ini ditampilkan beberapa klasifikasi cabang-cabang filsafat.[7]
M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga masalah utama:
a.   Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika manusia, alam, dan segala ciptaan Tuhan).
b.  Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, dan logika).
c. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, moral, yang bernilai     berdasarkan religi). 
 De Vos, dalam E. N. S. I. E. (Eerste Nederlandse Systematich Ingeriche Encyclopaedie), menggolongkan cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
a.    Metafisika
b.    Logika
c.    Ajaran tentang ilmu pengetahuan
d.   Filsafat alam
e.    Filsafat kebudayaan
f.     Filsafat sejarah
g.    Etika
h.    Estetika
i.      Antropologi.
Alburey Castell, guru besar filsafat di University of Oregon, membagi masalah-masalah filsafat  enam bagian, yaitu:
a.    Theological problem (masalah teologis)
b.    Metafisikal problem (masalah metafisika)
c.    Epistemological problem (masalah epitemologi)
d.   Ethical problem (masalah etika)
e.    Political problem (masalah politik)
f.     Historical problem (masalah sejarah).
Aristoteles membagi filsafat ke dalam tiga bidang studi:[8]
a.    Filsafat spekulatif atau teoretis. Filsafat teoretis atau spekulatif bersifat objektif. Termasuk dalam bidang ini ialah fisika, metasifisika, biopsikologi, dan sebagainya. Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
b.    Filsafat Praktika. Filsafat praktika member petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk daalm bidang ini adalah etika politik. Sasaran pentinag bagi filsafat praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.
c.    Filsafat produktif. Filsafat produktif ialah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini ialah kritik sastra, retorika, dan estetika. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai ialah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.
Masih banyak pembagian lain yang oleh para filsuf. Akan tetapi, saat ini pada umumnya filsafat dibagi dalam enam bidang studi atau cabang sebagai berikut:
a.    Epistemologi. Epistemologi adalah filsafat tentang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan: serta validitas dan reabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
b.    Metafisika. Metasifika adalah filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman dan pengamatan indra manusia. Metafisika terdiri dari ontologi, kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
c.    Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
d.   Etika. Etika adalah studi tentang tingkah laku yang ideal.Termasuk dalam etika adalah aksiologi.
e.    Estetika. Estetika adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan. Estetika sering disebut juga filsafat seni (philosophy of art).
f.     Filsafat-filsafat khusus atau  filsafat tentang berbagai disiplin seperti filsafat hokum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan sebagainya.












BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
1.    Filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada.
2.    Objek filsafat dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.       Objek material
 Objek material filsafat yaitu suatu yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau objek material yaitu hal yang diselidiki di pandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.
b.      Objek formal
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.
3.      Metode filsafat dapat dibagi menjadi:
a. Metode kritis: Socrates, Plato Bersifat analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak akhirnya di temukan hakikat.
b. Metode intuitif: Plotinus, Bergson Dengan jalan instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan. Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
c.    Metode skolastik: Aristoteles, Thomas Aqinas, Filsafat abad pertengahan. Metode ini cenderung bersifat sintesis-deduktif, dengan bertitik tolak dari defenisidefenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, di tarik kesimpulankesimpulan.
d.   Metode Geometris: Rene decscarter dan pengikutnya. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, di capai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu di dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
4.    Sifat dasar filsafat, diantara yaitu:
a.    Berfikir Radikal: menemukan akar seluruh kenyataan.
b.    Mencari Asas: menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas.
c.    Memburu Kebenaran.
d.   Mencari Kejelasan: baik kejelasan pengertian maupun kejelasan intelektual.
e.    Berfikir Rasional; logis, sistematis dan kritis.
5.    Filsafat dibagi dalam enam bidang studi atau cabang sebagai berikut:
a.    Epistemologi. Epistemologi adalah filsafat tentang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan: serta validitas dan reabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.
b.    Metafisika. Metasifika adalah filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman dan pengamatan indra manusia. Metafisika terdiri dari ontologi, kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
c.    Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
d.   Etika. Etika adalah studi tentang tingkah laku yang ideal.Termasuk dalam etika adalah aksiologi.
e.    Estetika. Estetika adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan. Estetika sering disebut juga filsafat seni (philosophy of art).
f.     Filsafat-filsafat khusus atau  filsafat tentang berbagai disiplin seperti filsafat hokum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
B.       Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dari apa yang dipaparkan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Dan untuk lebih memahami pengetahuan tentang filsafat umum diharapkan kepada para pembaca disamping materi yang ada pada makalah ini juga mencari sumber atau informasi yang berkaitan guna memperluas pemahaman dan wawasan.









DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Maksum, Ali, Pengantar Filsafat, Jogjakarta: Ar- Ruzz, 2011.
Adib, Mohammad, Filsafat Umum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.





       [1] Mohammad Adib, Filsafat umum (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010), h. 18
       [2]Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 8
      [3]Ali maksum, Pengantar Filsafat, (Cet. II: Jogjakarta: Ar- Ruzz, 2011), h. 11               
       [4] Mohammad Adib, Filsafat umum (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010), h. 17

       [5] Ali maksum, Pengantar Filsafat, (Cet. II: Jogjakarta: Ar- Ruzz, 2011), h. 19
       [6] Op. Cit h. 112
       [7] Op. Cit h. 115
       [8] Op. Cit h. 116

1 komentar:

FIRMAN SYAM mengatakan...

OK TERIMA KSH BXK