Selasa, 10 November 2015

makalah: batasan pendidiksn islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
       Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata didik, yang mengadung arti perbuatan. Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
       Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
       Dilihat dari segi tujuan agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui utusan-Nya (Nabi Muhammad SAW.) tidak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tujuan tersebut mengandung implikasi bahwa Islam sebagai wahyu mengandung implikasi bahwa petunjuk dan peraturan yang bersifat menyeluruh, di mana sekalian alam ini memperoleh rahmat secara menyeluruh.
       Apa yang disebut dengan kepribadian manusia tidak lain adalah keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang menampakkan corak wataknya dalam amal perbuatan atau tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, proses kependidikan Islam bertugas pokok membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia selaku makhluk individual dan sosial. Untuk tujuan itu, proses kependidikan Islam memerlukan sistem pendekatan yang secara strategis dapat dipertanggungjawabkan dari segi paedagogis. Dalam hubungan inilah, pendidikan Islam memerlukan berbagai ilmu pengetahuaun yang relevan dengan tugasnya termasuk sistem pendekatannya.

B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana pengertian etimologi pendidikan Islam?
2.   Bagaimana pengertian terminologi pendidikan Islam?
3.   Bagaimana batasan pengertian pendidikan Islam?

C.    Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui pengertian etimologi pendidikan Islam.
2.   Untuk mengetahui pengertian terminologi pendidikan Islam.
3.   Untuk mengetahui pengertian pendidikan Islam.

D.    Manfaat Penulisan
       Berguna sebagai bahan belajar yang memberikan penjelasan tentang konsep dasar pendidikan Islam. Dapat digunakan sebagai acuan dalam mempelajari pendidikan Islam secara eksplisit (khususnya dalam hal konsep dasar) sehingga pembaca dapat menemukan jawaban atas suatu pokok persoalan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Etimologi Pendidikan Islam
1. Tarbiyah
       Dalam leksilogi al-Qur’an dan as-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam mur’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu[1]:
1. Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang (nama). Pengertian ini juga didasarkan pada QS. Ar-Rum ayat 39: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah harta pada manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah”. Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual
2. Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki  (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.
         Pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur:
1. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh;
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam;
3. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya;
4.Proses ini dilakukan secara bertahap[2].

2. Ta’lim
       Ta’lim merupakan kata benda buatan (masdhar) yang berasal dari akar kata ‘allam. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran[3].
       Menurut Rasyid Ridha adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Kemudian menurut al-Marahgi pengajaran dilaksanakan bertahap, sebagaimana tahap Adam As. mempelajari, menyaksikan, dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Ini berarti bahwa al-ta’lim mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai pada domain lainnya[4].



3. Ta’dib
       Ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat berarti education (pendidikan), discipline (disiplin, patuh, dan tunduk pada aturan); punishment (peringatan atau hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian). Kata al-ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, sopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlah, moral, dan etika[5].
       Ta’dib adalah pengakuan dan pengenalan yang secara berangsur-angsur ditanamkan pada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya[6].

4. Riyadhah
       Al-riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti tomate (menjinakkan), domesticate (menjinakkan), to break in (mendobrak atau membongkar), to pacify (menenagkan atau menentramkan), placate (mendamaikan, menentramkan), to practice ( memperagakan), exercise (melatih), regulate ( mengatur), to seek to make tractable (menemukan untuk membuat mudah dikerjakan), dan try to bring round (mencoba membawa keliling)[7]. Riyadhah secara bahasa berasal diartikan dengan pengajaran dan latihan. Menurut al-Bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan akhlah mulia[8].
       Al-Ghazali yang menawarkan istilah al-riyadhah. Baginya al-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan penggunaan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak, sedang fase lain tidak tercakup di dalamnya[9].

5. Al-Wa’dz atau al-Mau’idzah
       Al-Wa’dz berasal dari kata wa’aza yang berarti to preach (mengajar), conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to admonish (memeperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak), dan to warn (memperingatkan). Inti al-wa’dz atau mau’idzah adalah pendidikan dengan cara memberikan penyadaran dan pencerahan batin agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi orang yang baik[10].

6. Tahdzib
       Kata al-tahzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak, atau penyucian diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula yang beradab sopan.
       Kata al-tahzib terkait dengan perbaikan mental spiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma; memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi akhlak mulia[11].

7. Tazkiyah
       Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzakki-tazkiyatan yang berarti purification (pemurnian dan pembersihan), chastening (kesucian dan kemurnian), pronouncement of (pengumuman atau pernyataan), integrity of credibility (ketulusan hati, kejujuran, atau dapat dipercaya), attestation of a witness (pengesahan atau kesaksian), honorable record (catatan yang dapat dipercaya dan dihormati). Kata al-tazkiyah juga dipergunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak anak[12].

8. Talqin
       Kata al-talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqinan yang dapat berarti pengajaran atau mengajarkan, dan dapat pula  berarti perintah atau anjuran, pengarahan, pengimlaan atau perintah, mendikte atau memerintah, ilham, inspirasi, sindiran atau tuduhan tidak langsung, dorongan. Dari sekian arti kata tersebut, terlihat bahwa kata talqin juga digunakan untuk arti pengajaran[13].

9. Tadris
       Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat berarti pengajaran atau mengajarkan, perintah, kuliah, uang kuliah. Selain itu kata al-tadris juga berarti baqa’ atsaruha wa baqa al-atsar yatqaddi imnihauhu fi nafsihi, yang artinya: sesuatu yang pengaruhnya membekas, dan sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang. Intinya, kata al-tadris berarti pengajaran, yakni menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya[14].

10.  Tafaqquh
       Kata al-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha yatafaqqahu tafaqquhan, yang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya ar-Raghib al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh, “menghubungkan pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi ilmu yang lebih khusus. Dari kata al-tafaqquh muncul al-fiqh yang selanjutnya menjadi sebuah nama bagi ilmu mempelajari hukum-hukum syariah yang didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci[15].

11.  Tabyin
       Kata tabyin berasal dari kata bayyana, yubayyinu, yubayyinu, tabyinan yang mengandung arti mengemukakan, mempertunjukkan, penjelasan dan penggambaran, dan berarti pula menyatakan atau menerangkan. Berbagai kegiatan yang terkandung dalam arti al-tabyin ini berkaitan dengan kegiatan pengajaran dan pendidikan[16].

12.  Irsyad
       Kata al-irsyad dapat mengandung arti menunjukkan, bimbingan, melakukan sesuatu, menunjukkan jalan, tangan kanan/penolong, perhatian, bimbingan rohani, perintah, pengarahan, pemberitahuan, dan nasihat.

B.     Pengertian  Terminologi Pendidikan Islam
        Istilah atau terminilogi pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya masing-masing terhdap pengertian tentang sesuatu[17].
1. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani
       Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

2. Hasan Langgulung
       Pendidikan Islam adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasaya diusahakan untuk mencapai pola-pola tingkah laku tetentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.

3.      Muhammad SA. Ibrahim (Bangladesh)
        Pendidikan Islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan sesseorang  dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam[18].

4. Muhammad Fadhil al-Jamali
       Pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.

5. Muhammad Javed al-Sahlani
       Dalam al-Tarbiyah wa al-Ta’lim al-Qur;an al-Karim mengartikan pendidikan Islam dengan proses mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kesempurnaannya.

C.    Batasan Pengertian Pendidikan Islam
1. Batasan yang Luas
       Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pada hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana peserta didik menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun. Pendidikan dalam pengertian yang luas ini belum mempunyai sistem. Sebagai pendidik tentu saja memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan warna  Islami pada lingkungannya.
       Karakteristik pendidikan dalam arti luas adalah: (1) pendidikan berlangsung sepanjang hayat, (2) lingkungan pendidikan adalah semua yang berada di luar  diri peserta didik, (3) bentuk kegiatan mulai dari yang  tidak sengaja diambil  sampai kepada yang terprogram, (4) tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap pengalaman belajar, dan (5) tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. Batasan yang Sempit
       Pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran  yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap.
       Karakteristik pendidikan dalam arti yang sempit adalah: (1) masa pendidikan terbatas, (2) lingkungan pendidikan berlangsung di sekolah/madrasah, (3) bentuk kegiatan sudah terprogram, dan (4) tujuan pendidikan dibentuk oleh pikah luar (sekolah/madrasah).

3. Batasan yang Luas Terbatas
       Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah), non-formal (masyarakat), dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga pendidikan non-formal dan in-formal tidak begitu terikat secara ketat dengan peraturan yang berlaku.
       Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah: (1) masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan terbatas pada waktu tertentu, (2) lingkungan pendidikan juga terbatas, (3) bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran, dan latihan, dan (4) tujuan pendidikan merupakan kombinasi antar pengembangan potensi peserta didik dengan social demand[19].













BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Secara etimologi pendidikan Islam berasal dari kata tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, al-wa’dz atau al-mau’idzah, tahdzib, tazkiyah, talqin, tadris, tafaqquh, tabyin, dan irsyad.
2.      Secara terminologi pendidikan Islam didefinisikan oleh beberapa ahli. Di antaranya Hasan Langgulung: pendidikan Islam adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasaya diusahakan untuk mencapai pola-pola tingkah laku tetentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.
3.      Batasan pengertian pendidikan Islam meliputi batasan yang luas, batasan yang sempit, dan batasan yang luas terbatas.

B.     Saran
       Konsep dasar pendidikan Islam merupakan hal yang sangat urgen dalam Ilmu Pendidikan Islam. Untuk itu sudah sepantasnya kita mempelajari dan memahami konsep pendidikan Islam agar memberikan wawasan dalam hal pendidikan khususnya pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, H. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Media, 2006.
Nata, Abuddin H. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Perdana Media, 2010.
Ramayulis, H.Iilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalim Mulia, 2011.
Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.




[1] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006),  h. 10
[2] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam,  (Cet. I;  Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), h. 23
[3] Abdul Mujib, op. cit., h. 18
 [4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. IX; Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 16-17
[5] Abuddin Nata, Ilmu pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010),  h.14
[6] Bukhari Umar, op. cit., h. 26
[7] Abuddin Nata, op. cit., h. 18
 [8] Abdul Mujib, op. cit., h. 21
 [9] Ramayulis, op. cit., h. 17
[10] Abuddin Nata, op. cit., h. 17-18
 [11] Abuddin Nata, op. cit., h. 15-16
 [12] Abuddin Nata, op. cit., h. 19-20
 [13] Abuddin Nata, op. cit., h. 19-20
 [14] Abuddin Nata, op. cit., h. 21
 [15] Abuddin Nata, op. cit., h. 23
 [16] Abuddin Nata, op. cit., h. 24
[17] Abuddin Nata, op. cit., h. 28
[18] Abdul Mujib, op. cit., h. 25
[19] Ramayulis, op. cit., h. 18

Tidak ada komentar: