Selasa, 10 November 2015

makalah: akhlak yang dianjurkan dalam bermasyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran (sunat) dan larangan anjuran (makruh).
Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.
Seharusnya, kita mengerti tauhid sebagai sisi pokok/inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.         Apa pengertian akhlaq?
2.         Bagaimana akhlak yang dianjurkan dalam bermasyarakat?
3.         Akhlaq terpuji bagaimana yang akan  menjadi pondasi dalam bermasyarakat.
C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui pengertian akhlaq.
2.    Memahami akhlaq yang dianjurkan dalam bermasyarakat.
3.    Mengetahui serta memahami akhlaq terpuji yang akan menjadi pondasi dalam bermasyarakat agar tetap harmonis.
D.      Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat untuk lebih mengetahui akhlaq apa yang harus kita aplikasikan dalam bermasyarakat agar keharmonisannya tetap terjaga.
Seperti kita ketahui bahwa Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari orang lain yang akan selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Maka dari itu akhlaq terhadap masyarakat harus tetap terjaga.



                                                            BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Akhlaq
Secara etimologis akhlaq berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakann) dan khalq (penciptaan).
Secara terminologis (isbtbilaban) ada beberapa definisi tentang akhlaq antaranya:
1.        Imam al-Ghazali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tampa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.        Ibrahim Anis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang denganya lahir macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tampa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3.        Abdul Karim Zaidan
Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.
Ketiga definisi yang dikutip di atas sepakat menyatakan bahwa akhlaq  atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan


muncul secara sepontan bilamana yang diperlukan, tampa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Dari keterangan diatas dijelaskan bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.[1]
Kita harus ingat bahwa Nabi Muhammad adalah teladan yang paling baik.[2] Nabi Muhammad memili akhlak yang paling sempurna yang wajib diteladani sebagaimana salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlaq.
Demikianlah juga hadis Nabi Swa.

“Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.” (HR. Ahmad).[3]







B.       Akhlak yang dianjurkan dalam Bermasyarakat
1.        Berbuat baik kepada tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, tidak seagama denagn kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan rumah dengan kita. Ada atsar yang menunjukkan bahwa tetangga adalah empat puluh rumah (yang berada disekitar rumah)  dari setiap penjuru mata angin.
Agama islam telah membuat ketetapan untuk memuliakan tetangga, tidak mengganggu dan menyusahkan mereka. Nabi Muhammad Saw. Bersabda:

Artinya:
Barang siapa beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, hendaklah dia memuliakn tetangganya”.[4]
Oleh karena itu, haram seseorang menyakiti tetangganya dengan bentuk apapun baik perkataan maupun perbuatan. Apabila dia melakukan hal itu, dia tidak termasuk orang yang beriamn,. Artinya, dia tidak melakukan sikap seorang mukmin dalam masalah ini karena dia menyelisihi sikap yang benar.[5]
Seorang lelaki datang menemui Rasulullah lalu berkat, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang apabila aku mengerjakannya aku akan masuk syurga.” Beleaupun berkata, “jadilah engkau orang yang muhsin (selalu berbuat baik).” Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah orang muhsin (yang berbuat baik)?” beliau menjawab, “Tanyalah tetanggamu, jika mereka mengatakan kamu adalah orang yang baik, kamu adalah orang yang baik. Sebaliknya, jika mereka mengatakan kamu adalah orang yang jelek, engkau adalah orang yang jelek.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).
Demikianlah islam menekankan kepada seluruh umatnya untuk selalu berbuat baik terhadap tetangganya, baik tetangganya Islam atau kafir sekalipun.
2.        Suka menolong orang lain
Dalam hidup ini, setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain. Adakalah karena sengsara dalam hidup, penderitaan batin atau kegelisahan jiwa, dan adakalanya karena sedih setelah mendapat berbagai musibah.
       Orang mukmin akan tergerak hatinya apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan mereka akan menolong sesuai dengan kemampuannya. Apabila tidak ada bantuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut dengan nasehat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan, seaktu-waktu bantuan jasapun lebih daiharapkan daripada bantuan lainnya.[6]







C.      Akhlaq Terpuji yang Menjadi Pondasi dalam Bermasyarakat
Akhlak terpuji (Akhlakul mahmudah) merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman. Tanda tersebut diaplikasikan kedalam perbuatan sehari-hari dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-qur’an dan hadis.[7]
Untuk mempunyai akhlaq yang baik ada beberapa kiat-kiat yang menyebabkannya yaitu, bahwa akhlaq itu pada dasarnya rahmat dari Allah, sifat bawaan dan upaya-upaya untuk memperolek sifat-sifat yang baik tersebut.[8]
Untuk menjaga hubungan didalam masyarakat, perlu adanya pondasi untuk menguatkannya yaitu akhlak terpuji, agar hubungan didalam masyarakat tetap terjaga dan harmonis. Maka dari itu beikut ini akan disampaikan beberapa akhlak tersebut.
1.        Amanah dan dapat dipercaya
Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia atau lainnya yang wajib dipelihara atau disampaikan kepada yang berhak menerimanya.[9]
Kewajiban memiliki sifat amanah ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikna amanat kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S. An Nisa: 58).[10]
2.        Sabar
Menurut Al Gazali, yang dinamakan “sabar” ialah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang mungkin bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata-mata kerena menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat.
Bahwa sabar itu merupakan jihad/ perjuangna didalam menghadapi hawa nafsu untuk kembali kepada Tuhan.[11]
Sabar terbagi menjadi tiga macam yaitu
a.         Sabar karena taat kepada Allah, artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya dengan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepadanya.
b.         Sabar karena maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama. Untuk itu, sangat dibutuhkan kesabaran dalam menahan hawa nafsu.
c.         Sabar karena musibah, artinya sabar pada saat ditimpa kemalangan, ujian, serat cobaan dari Allah.[12]
3.        Syukur
Adapun arti syukur adalah keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh Allah itu kepada kebajikan.[13] Bentuk syukur ini ditandai dengan menggunakan segala nikmat atau rezeki karunia Allah tersebut untuk melakukan ketaatan kepadanya dan memanfaatkannya kearah kebajikan bukan kearah kemaksiatan atau kejahatan.
Dengan mempergunakan nikmat yang diberikan oleh Allah kehal yang baik seperti membantu orang yang miskin, fakir atau orang yang dibawah kita.
Jadilah orang yang berakal dan berlakulah dengan sopan dihadapan Allah dan makhluk lainya. Jangan berbuat salim terhadap mereka dengan meminta sesuatu yang tidak mereka punyai.[14]

4.        Benar/jujur (Ash-Shidqu)
Ash-shidku merupak salah satu akhlak yang mulia yang selalu berlaku benar dalam perkataan dan perbuatan.
Benar dalam perkataan ialah mengatakan keadaan yang sebenarnya, benar dalam perbuatan ialah mengerjakan sesuatu sesuai dengan petunjuk agama.[15]
5.        Menepati janji
Dalam Islam janji adalah utang, dan utang harus dibayar (ditepati). Seperti firman Allah:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولا
Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra: 34)[16]


6.        Memelihara kesucian diri
       Yang dimaksu dengan memelihara kesucian diri adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memlihara kehormatan. Upaya memlihara kesucian diri ini hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam status kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu).[17]
7.        Pemaaf
Manusia tiada sunyai dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap dirimu yang mungkin karena khilaf atau salah, maka patutlah engkau pakai sifat lemah lembut sebagai rahmat Allah Swt. Kepadamu terhadapnya, maafkanlah kesalahan atau kekhilafan janganlah mendendam serta mohongkanlah ampun kepada Allah Swt untuknya, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu berbuat baik dimasa depan sampai akhir hayatnya.[18]








                                                            BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
1.        Secara etimologis akhlaq berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Secara istila akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bilamana yang diperlukan, tampa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
2.        Akhlak yang dianjurkan dalam Bermasyarakat
a.       Berbuat baik kepada tetangga.
b.      Suka menolong orang lain.
3.        Akhlaq Terpuji yang Menjadi Pondasi dalam Bermasyarakat
a.         Amanah dan dapat dipercaya.
b.         Sabar.
c.         Banar/jujur.
d.        Syukur.
e.         Menepati janji.
f.          Menjaga kesucian diri.
g.         Pemaaf.
B.       Saran
Islam adalah agama penyempurnah dari agama-agama sebelumnya, baik dari keyakinan, ajaran dan aturannya. Maka dari itu sebagai ummat Islam kita patut bersyukur karena apa yang dibutuhakn semuanya ada didalam Al-qur’an termasuk akhlak yang baik yang jika kita ikuti akan selamat dunia dan akhirat insyaAllah.


DAFTAR PUSTAKA
Al-ghazali. Metode  Menaklukkan Jiwa: Perspektif Sufistik. Cet. II; Bandung:   Karisma, 2002.
Anwar, Rosihan. Akidah Akhlaq. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Ilyas, Yuhanar. Kuliah Akhlaq. Cet. XII; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 2012.
Jailani, Syekh Abdul Qadir. Titian Menuju Kemenangan dan Rahmat Ilahi. Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2000.
Schimmel, Annamaria. Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan Nabi Muhammad dalam Islam. Cet. VIII; Bandung: Mizan, 2001.
Umary, Barmawie. Materi Akhlaq, Cet. XI; Solo: Bandung, 1993.
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 2007.





[1] Prof. Dr. H. Yuhanar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlaq, (Cet. XII; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 2012), h. 1-3
[2] Annamaria Schimmel, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan Nabi Muhammad dalam Islam,  (Cet. VIII; Bandung: Mizan, 2001), h. 41
[3] DR. Rosihon Anwar, M.g. Akidah Akhlak, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 206
[4] Ibid, h. 239-240
[5] Ibid, h. 241
[6] Ibid, h. 21
[7] Ibid, h. 215
[8] Al-ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa: perspektif Sufistik, (Cet. II; Bandung: Karisma, 2002), h. 99
[9] Drs. Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Cet. XI; Solo: Ramadani, 1993), h. 44
[10] Op. Cit, h. 226
[11] Dr. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 2007), h.55
[12] Op. cit, h. 222-223
[13] Op. cit, h. 59
[14] Syekh Abdul Qadir Jailani, Titian Menuju Kemenangan dan Rahmat Ilahi, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2000),  163
[15] Op. cit, h. 227
[16] Ibid, h. 229
[17] Ibid, h. 230
[18] Op. cit. h. 44 

Tidak ada komentar: