Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Anak kesatu,
Kedua, dan Ketiga
Pada suatu masa, hiduplah
sepasang suami istri yang mempunyai tiga orang putra. Seiring berjalannya
waktu, ketiga anak ini pun bertambah dewasa. Tapi, ternyata ada satu hal yang
cukup menyita perhatian sang suami. Kian hari, ia memerhtikan perkembangan
putranya yang ketiga. Rasa aneh selalu menyelimuti hatinya karena memang putra
yang ketiga ini sangat berbeda rupanya dnegan kedua kakaknya.
Dalam kecurigaannya, sang suami
pun bertanya kepada istrinya.
“Ma, Papa mau tanya, benar tidak
sih anak yang ketiga ini adalah anak kita?”
“Ya tentu saja, Pa!”jawab
istrinya tenang.
“Ah, yang benar ma! Ayok, jujur.
Anak yang ketiga ini kok kelihatan berbeda dengan yang lain?”
“iya benar, pak ! anak yang ketiga
ini memang benar kok ank kita.”
Akhirnya, sang suami mengalah dan
menerima begitu saj pengakuan istrinya ini. Tapi, waktu yang berjalan semakin
memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara putranya yang ketiga ini dengan
kedua kakaknya. Tapi, setiap kali sang suami menanyakan hal itu pada istrinya,
jawaban yang diterimahnya selalu sama bahwa anak yang ketiga ini adalah benar
anak mereka. Hinnga sampailah yang suami pada hari-hari terakhirnya dalam
kehidupan yang fana ini. Sakit yang sangat parah dirasakan olehnya akan menjadi
pencabut nyawa. Pada kesempatan itulah, sang suami kembali menanyakan hal yang
sama kepada istrinya.
“mak, ayok jujur. Hidup papa kan
sudah tidak akan lam lagi. Sekali lagi papa mau tanya, anak yang ketiga ini
benar tidak si anak kita ?”
“benar pak, anak yang ketiga ini
adalah anak kita!” jawab istrinya penuh haru.
“tapi, kenapa yah papa melihat
adanya perbedaan antara yang ketiga ini dengan kedua kakaknya?”
Sang istripun menarik nafas
panjang sambil menahan haru atas keadaan suaminya yang sudah berada dalam
sakaratul maut.
“baiklah pak, mama mau jujur ke
papa. Tapi, mama sangat berharap agar papa tidak marah.”
“iya mak, papa janji,” jawab
suaminya dengan hati berdebar.
“pak, anak yang ketiga ini memang
benar adalah anak kita. Tapi...... justru anak yang pertama dan kedua inilah
yang bukan anak kita.............”
Hikmah cerita
Kebohongan yang ditutup-tutupi
niscaya akhirnya tercium juga bauhnya.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka
Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar