BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan
dalam filsafat adalah permasalahan yang sangat vital yang ada dalam ajaran
islam, karena mengandung begitu penting maknanya. Pendidikan islam menjadi hal
paling prinsip di dalam islam yang memiliki kedudukan dalam keimanan seseorang
kepada Allah swt. Manusia di dalam kehidupan ini di kelilingi oleh banyak
pengetahuan. Dan agar manusia bahagia di dalam hidupnya, ia harus patuh dan
tunduk terhadap pengajaran-pengajaran
itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian filsafat?
2. Bagaimana
metode kajian filsafat?
3. Bagaimana
sifat dasar filsafat?
4. Bagaimana
cabang (pembagian filsafat)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian filsafat.
2. Untuk
mengetahui metode kajian filsafat.
3. Untuk
mengetahui sifat dasar filsafat.
4. Untuk
mengetahui cabang (pembagian filsafat).
D. Manfaat Penulisan
Untuk di ketahui bahwa anak adalah
mahluk yang mempunyai kata hati dan tujuan pendidikan memimpin anak agar mereka
kelak dapat berdiri sendiri dan bertanggung
jawab sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat.
Pengertian filsafat adalah
pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan
realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat
(kebijaksanaan). Dalam bahasa Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal
dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas
sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi
pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan
sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan
soal-soal praktis.
Banyak pengertian sfilsafat
atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para
filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah
Pengertian filsafat
berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat
manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan
teori pengetahuan.
Beberapa
tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
1.
Socratest
Socrates
: Menurut Socrates Pengertian Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan
diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari
kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2.
Plato
Plato
(472 – 347 M.) : Pengertian Filsafat dari Plato, dalam karya tulisnya
“Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan
tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan
mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat
merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan
digolongkan sebagai filsafat spekulatif. Jika menurut tradisi
filsafat dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia
dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 M.), seorang ahli
matematika yang lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang
menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap
dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). menurutnya kearifan yang
sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Selanjutnya, orang yang oleh para penulis
sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya,
unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
3. Al-Kindi.
Pengertian
Filsafat Al-Kindi: “Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat
yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia, Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran”.
4. Aristoteles.
Pengertian filsafat : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
5. Cicero.
Pengertian
filsafat: filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the
arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
6. Johann
Gotlich Fickte.
Pengertian
filsafat: filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
7. Paul
Nartorp (1854 – 1924 ).
filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar
hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir
yang sama, yang memikul sekaliannya .
8. Imanuel
Kant ( 1724 – 1804 ).
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
Ø Apakah yang dapat kita kerjakan
?(jawabannya metafisika )
Ø Apakah yang seharusnya kita kerjakan
(jawabannya Etika )
Ø Sampai dimanakah harapan kita
?(jawabannya Agama )
Ø Apakah yang dinamakan manusia ?
(jawabannya Antropologi )
9.
Notonegoro.
Filsafat menelaah
hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap
tidak berubah , yang disebut hakekat.
10. Driyakarya.
filsafat sebagai perenungan yang
sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang
kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
11. Sidi
Gazalba.
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal,
sistematik dan universal.
12. Harold H.
Titus (1979 ).
(1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan
tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah
yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli
filsafat.
13. Hasbullah
Bakry.
Ilmu Filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.[1]
B. Metode Kajian
Filsafat.
Filsafat merefleksikan apa saja tanpa
batas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kebenaran yang mendasar, menemukan makna dan inti dari segala inti. Sehingga
filsafat merupakan eksplisitasi tentang hakikat realitas yang ada dalam kehidupan
manusia.
Gaya edukatif adalah memberikan penjelasan teratur dan sistematis tentang seluruh bidang filsafat atau tentang salah satu bagian sejauh sudah dihasilkan tentang topik-topiknya, pendapat – pendapat, aliran-aliran. Sehingga bahan disajikan dalam bentuk objektifis statis. Sebaliknya juga ada gaya emansipatoris atau konsientisasi yaitu secara sistematis metodis mendorong oran guntuk menyusun pandangan hidup sendiri, dan memecahkan maslahnya sendiri. Karena filasat sesungguhnya bersifat personal atau subjektifistis. Kemudian ada gaya inventif yaitu berusaha memecahkan permasalahan yang belum diselesaikan selama ini setelah melakukan evaluasi terhadap pengetahuan yang telah tersaji sebagai data.
Penelitian
filsataf harus berpijak pada gaya inventif. Filsuf harus mempunyai pendapat
pribadi dan harus menyusun sistematika pribadi. Ia membutuhkan inspirasi,
komunikasi, bahkan konfrontasi dengan filsuf lain. Penelitian harus bersifat
heuristik artinya aktualisasi pemikiran terus menerus. Filsafat memerlukan ilmu
lain sebagai sumper pengalaman yang otentik.
Pengetahuan
rasional memiliki tiga tingkatan: pengetahuan biasa yaitu pengetahuan intuitif
spontan dan tidak perlu penalaran formal,dan diperoleh dalam pergaulan dengan
sekitarnya, pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang terorganisir dimana
mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala dengan menggunakan
sistem dan metode, pengetahuan filsafat yaitu mencari penjelasan terakhir
dari gejala-gejala dan berusaha mempelajari asumsi-asumsi paling
dasar di dalamnya. Pengetahuan filsafat ini merupakan lanjutan dari dan
refleksi atas objek pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah empiris.
Metode
ilmiah yang dipakai sangat tergantung dari objek formal ilmu yang
bersangkutan. Diperlukan hampiran yang tepat untuk setiap ilmu yang
berbeda tarafnya. Pendekatan dalam berbagai macam ilmupun juga berbeda
menurut objek konkritnya.
Kenyataan
dalam arti luas adalah dunia manusia (yang terdiri dari empat taraf: taraf
pelikan atau fisiko kimis, dunia hidup atau bios, dunia psikis atau persepsi,
nafsu dan naluri, dunia human (terdiri empat level atau lapisan: bidang
ekonomis yang berupa barang milik, dunia sosiopolitis yang berupa lembaga
sosial , struktur sosial dan kekuasaan, dunia humanis yang berupa hubungan
antar pribadi, persahabatan dan pendidikan, dan dunia religius yang
hubungan antar umat religius).
Filsafat tidak hanya terbatas pada salah satu bidang atau lapisan
kenyataan, melainkan meliputi semua bidang dan semua dimensi yang diteliti oleh
ilmu-ilmu lain dan membuat bidang itu semua tanpa pengecualian menjdi
objek langsung bagi penelitiannya. Semua bidang itu oleh filsafat dipelajari menurut sebab-sebab
yang mendasar; dalam hal inilah terletak objek formal filsafat. Secara konkrit
semua bidang oleh filsafat dipelajari, sejauh berkaitan dengan hakekat manusia
sendiri. Manusia harus dilihat dalam keutuhannya. Maka filsafat sebagai
ilmu dicap oleh objek formal ini: manusia sebagai manusia.
Kita
akan membahas sifat hakiki objek formal filsafat. Manusia itu objek. Ia dapat
dipelajari menurut apa adanya; ia dapat diobservasi dan diselidiki dari jarak
jauh. Ia tidak kalah dengan objek ilmu-ilmu eksakta, bahkan ia lebih kaya dan
lebih kompleks daripadanya. Namun manusia juga subjek,. Dengan kesadaran ia
menjalankan diri menjadi Ssumber sadar bagi kegiatannya sendiri.
Manusia mengekspresikan diri. Dengan demikian ia menjadi data yang dapat
diobservasi dan diukur; dalam dirinya, dalam tingkah laku dan bahasanya, dalam
kegiatannya manusia merupakan suatu data jasmani dan dimensional atau suatu
physcical fact. Ekspresinya diresapi oleh arti dan nilai dan maksud, oleh gaya
dan intense rohani.
Dalam
pelaksanaan segala macam penelitian seseorang peneliti akan berhadapan dengan
kenyataan. Dalam kenyataan terdapat tiga aspek yaitu bisa bebentuk fakta,
berbentuk data dan berbentuk gejala. Fakta adalah suatu perbuatan atau
kejadian. Data adalah pemberian dalam wujud hal atau peristiwa yang
disajikan atau wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau
kenyataan lain. Gejala adalah sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya
peristiwa atau kejadian. Fakta ditangkap sebagai suatu ekspresi manusia
entah dalam pribadi manusia sendiri (bahasa, tarian, deklamasi dan kesopanan)
atau dalam salah satu produk (puisi, sistem hukum, karya seni, alat, struktur
sosial).Pada dasarnya interpretasi berarti tercapai pemahaman benar mengenai
ekspresi manusiawi yang dipelajari.
Untuk
memahami hakikat manusia tidak cukuphanya menyebut suatu deretan sifat-sifat
yang tidak berhubungan satu sama lain. Hanya ada pemahaman benar, jika semua
unsur struktural dilihat dalam satu struktur yang konsisten, sehingga
benar-benar merupakan internal structures atau internal relations. Dalam
penelitian filsafat, subjek yang menjadi objek studi tidakhanya dilihat secara
atomistis yaitu secara terisolasi dari lingkungannya melainkan ditinjau dalam
interaksi dengan seluruh kenyataannya. Oleh karena itu baik dia sendiri,
manupun ekspresinya, bersama pula lingkup jamannya sendiri, harus dilihat
menurut perkembangannya. Masing-masing orang bergumul dalam antar relasi dengan
dunianya, untuk membentukkan nasibnya dan sekaligus dibentuk olehnya.
Hermeneutika
bertitik pangkal dengan mempersoalkan pemahaman historis manusia. Subjek saat
sekarang ini menjelaskan objek penelitian yang lampau; tetapi sebaliknya yang
lampau menjelaskan situasi subjek bagi dirinya sendiri juga. Yang lama tetap berharga,
tetapi mendapat arti baru; yang baru hanya diketahui berdasarkan yang lama.
Dalam refleksi atas objek dan refleksi atas subjek yang diselidiki diusahakan
mengkontruksikan suatu gambaran atau struktur yang murni dan konsisten, dan
yang dengan cara sempurna memperlihatkan ciri-ciri khas yang berlaku bagi
hakikat yang dilihat.
Model
yang paling sederhana ialah model pertama yaitu penelitian historis faktual
salah satu tokoh model penelitian historis faktual mengenai naskah atau buku. Model
kedua adalah penelitian faktual suatu konsep sepanjang sejarah.
Langkah berikutnya yang lebih kompleks ialah model ketiga yaitu
penelitian komparatif diantara totoh-tokoh, atau buku-buku atau
konsep-konsep. Ketiga model pertama itu pada dasarnya merupakan
penelitian pustaka. Model keempat langsung mengarahkan
diri ke kenyataan yang hidup yaiu penelitian pandangan filosofis di lapangan,
tetapi kenyataan itu diambil menurut apa adanya, diusahakan dipahami, dan
dideskripsikan.. Model keenam (yang terakhir) merupakan model yang paling
kompleks, sebab dari satu pihak berangkat dari kenyataan konkret yaitu
penelitian masalah aktual di lapangan. Kemudian berakhir dengan refleksi
pribadi yang otonom yaitu penelitian mengenai teori ilmiah.
Refleksi
tentang kenyataan sendiri tidak boleh absen dalam model mana saja, akan tetapi
baru model penelitian lapangan, model sistematis-reflektif, dan refleksi
tentang masalah aktual, memberikan bobot penuh pada unsur itu, masing-masing
dengan caranya sendiri-sendiri. Dengan demikian masing-masing model ditandai
oleh salah satu aspek khusus yang mewarnai seluruh arah penelitian.
Masing-masing model itu dibicarakan semurni mungkin, dengan memberikan segala
tekanan pada aspek khusus itu. Akan tetapi dapat juga dibuat kombinasi beberapa
model, sehingga lebih dari satu segi diselidiki dengan mendalam.[2]
A.
Sifat Dasar Filsafat
Ø Berfikir Radikal
Berfilsafat berarti berfikir secara radikal. Para filosuf adalah
para pemikir radikal, sehingga mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada
fenomena suatu identitas atau realitas tertentu saja. Keradikalan berfikir
mereka akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh
kenyataan. Radik atau akar sebuah realitas memang selalu dianggap penting oleh
mereka karena menemukan akar atau radik tersebut membuat mereka paham akan
sebuah realitas tersebut. Berpikir radikal akan memperjelas realitas lewat
penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk
menemukan hakikat atau akar seluruh sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal).
Lois O. Kattsoff (1996 : 6) mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah
merenung, tetapi bukanlah melamun dan bukan pula berfikir secara kebetulan yang
bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal,
sistematis dan universal.
Ø Mencari asas
Dalam memandang seluruh
realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang peling hakiki
dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf Yunani, yang terkenal dengan
filsuf alam menagamati keanekaragaman realitas di alam semesta ini, lalu
bertanya “apakah di balik realitas alam yang beraneka ragam ini ada suatu asas
atau dasar ?”. Mereka mulai mencari jawaban yang hakiki tentang itu semua.
Thales menemukan asas alam semesta ini adalah air, Aneximenes menemukan bahwa
asasnya adalah udara, dan Empedokles mengatakan ada empat unsur yang membentuk
realitas alam ini, yaitu api, udara, tanah dan air.
Ø Memburu Kebenaran
Berfilsafat berarti
memburu kebenaran hakiki tentang sesuatu. Filsuf adalah pemburu kebenaran.
Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki dan tidak meragukan. Untuk
memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh atau hakiki dan dapat dipertanggung
jawabkan, maka setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka.
Kebenaran tentang sesuatu yang sudah ditemukan oleh seorang filsuf akan selalu
diteliti ulang oleh yang lain demi mencari kebenaran yang lebi hakiki dan dapat
dipertanggungjawabkan.[3]
B. Cabang-cabang
Filsafat.
Pada awalnya filsafat terdiri tiga segi yaitu : apa yang
disebut benar dan yang salah(logika); mana yang dianggap baik dan buruk(etika)
dan apa yang termasuk indah dan jelek (estetika). Kemudian cabang
tersebut berkembang lagi menjadi cabang-cabang filasafat yang lebih spesifik
diantaranya; Metafisika yaitu filsafat tentang hakikat yang ada
dibalik filsafat bersifat transeden; Logika yaitu filsafat tentang yang
benar dan yang salah; Etika yaitu tentang perilaku yang baik dan yang
buruk; Estetika yaitu filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek;
Epistemology yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan.
Filsafat dalam coraknya yang baru mempunyai filsafat khusus lainnya
yaitu :filsafat politik (filsafat pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu,
filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika.
Menurut
Suriasumantri. Terdapat tiga landasan filsafat. Ketiga landasan itu yaitu
ontologis, epistemologi, dan aksiologis. Apa yang dikaji oleh pengetahuan
(ontology) Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan itu (epistemology) serta
untuk apa pengetahuan dipergunakan (aksiologi).
1.
Di dalam ontology terdapat beberapa aliran yang penting
yaitu meliputi monoisme, dualisme, idealisme, dan agousticisme. Monoisme
memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal. Idealisme dinamakan juga
spiritualisme, memandang segala sesuatu serba-cita atau serba roh. Dualisme
memandang alam menjadi dua macam hakikat sebagai sumbernya, yaitu hakikat
materi dan hakikat rohani. Agousticisme merupakan aliran yang mengikari
kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat seperti yang dikehendaki oleh imu
metafisika. Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang
yang ada.
2.
Paham epistemologi antara lain: emperisme, idealisme,
kritisme, dan rasionalis memrupakan paham yang memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalanan melaui pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia
maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Idealisme adalah
aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Kritisisme merupakan aliran filsafat yang menyelidiki
batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
3.
Paham aksiologi
antara lain : naturalisme, hedonisme, idealisme, perfectionism, theologies.
Naturalisme, aliran yang
beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh
dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia
sekali. Perbuatan yang baik meurut aliran ini ialah perbuatan
yang sesuai dengan fitrah manusia. Hedonisme, Aliran yang berpendapat bahwa
perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan ‘hedone’ (kenikmatan
dan kelezatan). Kebaikan yang paling utama dan kewajiban
seseorang ialah mencari kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Aliran hedonisme
dibagi menjadi dua cabang yaitu hedonism egostik dan hedonism universal. Utilitarianisme, Aliran yang menilai
baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan
besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat). Idealisme, Aliran yang menilai
baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada
sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip
kerohanian (idea) yang lebih tinggi. Vitalisme, Aliran yang menilai
baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau
tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.[4]
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
a.
Pengertian Filsafat.
Pengertian filsafat
adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan
realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat
(kebijaksanaan). Dalam bahasa Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal
dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
b.
Metode
Kajian Filsafat.
Filsafat merefleksikan apa saja tanpa
batas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
kebenaran yang mendasar, menemukan makna dan inti dari segala inti. Sehingga
filsafat merupakan eksplisitasi tentang hakikat realitas yang ada dalam
kehidupan manusia.
c.
Sifat Dasar Filsafat
Ø Berfikir Radikal
Ø Memburu Kebenaran
Ø Mencari asas
d.
Cabang- cabang Filsafat.
Pada awalnya filsafat terdiri tiga segi yaitu : apa yang disebut benar
dan yang salah(logika); mana yang dianggap baik dan buruk(etika)
dan apa yang termasuk indah dan jelek (estetika). Kemudian cabang
tersebut berkembang lagi menjadi cabang.
B.
SARAN
Dengan terselesainya makalah ini,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung dari
pembaca agar penyusunanan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Karena
makalah ini masih terdapat kesalahan baik dari segi pengetikan maupun dari segi
penyusunaan. Dan semoga penyusun dan pembaca dapat mengerti dan memahami materi
dalam makah ini tentang Filsafat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.
Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu: Ontologi,Epistomologi
Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,cet,1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Metode Kajian filsafat.
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Sifat Dasr Filsafat filsafat.
[1] Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu
Dari beberapa Tokoh. dan Ruang
Lingkupnya.http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar