Selasa, 03 November 2015

Cerita hikmah dalam kehidupan: Siapa Menabur, Dia Menuai

Cerita hikmah dalam kehidupan:
Siapa Menabur, Dia Menuai
Di sebuah daera, tinggallah seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya. Saat itu, sang pemuda tengah menjalin hubungan khusus dengan seorang gadis yang berasal dari keluarga miskin. Namun, selang beberapa bulan kemudian, gadis yang menjadi kekasihnya ini datang membawa berita yang mengejutkan. Gadis ini menyatakan dirinya hamil dan meminta pertanggungjwaban agar ia segera dinikahi. Tapi, bukannya disambut dengan penuh tanggung jawab, gadis ini malah menerima perlakuan kasar dari sang pemuda.
“Hah! Aku tahu kamu hanya mengada-ada! Kamu pasti hamil dengan laki-laki lain dan sengaja datang kepadaku karena menginginkan hartaku! Pergi dari sini, kamu perempuan miskin! Aku tidak akan pernah dapat dibodohi olehmu!”
Tanpa belas kasihan, ia malah menuduh kekasihnya itu bermain gila, lalu mengusirnya seperti mengusir seekor lalat. Gadis ini pun akhirnya hanya bisa menangis sambil pergi dengan hati yang hancur.
Selang dua puluh tahun kemudian, pemuda ini telah menjadi seorang pejabat di daerah lain. I telah menikah dengan seorang perempuan dari keluarga kaya dan dianugerahi seorang anak gadis yang cantik. Begitu sayangnya ia kepada anak gadisnya ini hingga untuk pergi sekolah pun harus diantar jemput oleh ajudannya.
Namun, entah mengapa pada suatu sore yang disertai hujan rintik-rintik, ajudan yang biasa menjemput belum juga datang. Akhirnya, atas inisiatif sendiri, anak gadis ini pun pulang sendirian dengan berjalan kaki. Maklum, karena anak pejabat yang biasa diantar jemput, ia tidak mengetahui daerah yang rawan dan yan tidak. Alhasil, anak gadis ini telah menempuh jalan yang rawan.
Dengan lorong yang sepi dan sempit, ditambah lagi sore mulai berganti malam disertai hujan rintik-rintik, anak gadis ini dicegat oleh seorang preman. Dengan syawat yang memuncak, begitu melihat ada seorang gadis remaja cantik yang berjalan sendirian, preman ini lalu melampiaskan kelakuan bejatnya dengan memerkosa anak gadis pejabat itu.
Begitu malam menjelang, anak gadis ini akhirnya berhasil pulang ke rumah dan sambut dengan penuh kecemasan oleh segenap keluarganya. Mereka sangat terkejut melihat si anak gadis pulang sambil menangis. Terlebih lagi melihat keadaannya yang lusuh dan pakaiannya yang basah kuyup bercampur lumpur.
“Apa yang telah terjadi, Nak!” berkata ayahnya dengan khawatir.
Sambil menangis, anak gadisnya itu pun menceritakan kalau dirinya telah diperkosa oleh seorang preman, lengkap dengan ciri-cirinya. Bukan main gusarnya sang ayah begitu mendengar pengakuan anak gadisnya. Ia pun berteriak dengan lantang.
“kurang ajar! Laki-laki mana yang berani bersikap demikian pada anak gadisku! Aku ini seorang pejabat! Tidak ada laki-laki yang boleh berbuat demikian pada anak gadisku! Ajudan!! Cepat cari di mana rumah penjahat yang bejat itu!”
Dengan sigap anak buahnya melaksanakan perintah yang diberikan. Dalam waktu singkat, mereka telah menemukan tempat tinggal preman yang telah memerkosa anak gadisnya. Preman yang telah memerkosa anak gadisnya itu bernama Mikel. Masih dengan keberangan yang sangat, pejabat dengan anak buahnya segera melahirkan kendaraan mereka ke rumah Mikel. Setibanya di sana, pejabat langsung menggedor pintu rumah Mikel dengan kasar sambil berteriak.
“Mikel! Keluar kamu! Mikel!”
Tidak lama kemudian, dari dalam rumah keluarlah seoranh ibu dengan tenangnya. Pejabat itu dengan nafas tersengal karena marah langsung menyambut kedatangannya dengan bentakan.
“Ibu! Suruh Mikel keluar! Dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya yang bejat itu! Ibu, siapanya Mikel?”
Ibu itu hanya tersenyum melihat pejabat itu menbentak-bentak dirinya. Lalu dengan tenangnya, ibu itu menjawab,
“Saya adalah ibunya Mikel! Tahukah kamu, siapa ayahnya Mikel? Ya kamu! Kamu adalah ayahnya Mikel!”

Hikmah cerita:
Cerita di atas menunjukkan kepada kita bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa dapat melindungi dirinya dari api neraka, meski sebiji kurma, hendaknya ia melakukannya. Jika tidak, bisa dengan mengucapkan kata-kata yang baik” (HR. Al-Baihaqi)
Pemuda yang menjadi pejabat dalam cerita di atas telah menuai amal jeleknya langsung di dunia. Padahal, kalau ia masih juga belum bertobat, balasan yang lebih buruk lagi akan ditemuinya di akhiratvkelak. Oleh karena itu, jangan pernah kita bosan berbuat amal kebaikan karena pahalanya akan mengalir kepada diri kita juga. Demikian pula, jika kita berbuat amal keburukan, balasannya pun akan mengalir kepada kita juga.
Sekarang tinggal yang memilih, mau berbuat amal kebaikan atau amal keburukan? Tapi, sebelum memutuskan, yakinlah bahwa semuanya itu akan memperoleh ganjarannya masing-masing. Amal yang baik maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri. Amal yang buruk maka keburukan itu pun untuk dirimu sendiri.


Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.


Tidak ada komentar: