BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Funngsi Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulisan yang terdiri
dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf itu harus disusun secara
runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang
satu dan kalimat yang lainnya dalam paragraf itu. Satu hal yang harus dicatat
di dalam sebuah paragraf, yakni bahwa paragraf itu harus merupakan satu
kesatuan yang padu dan utuh.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Paragraf
merupakan himpunan kalimat yang saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan (Akhadiah, 1991). Keraf (1977), menyebut paragraf
dengan istilah alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau
lebih luas dari kalimat.
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa
lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan
suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik
dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas
beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami
pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide.
Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik
atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Pikiran utama atau ide pokok
merupakan pengendali suatu paragraf (Ramlan, 1993).
Fungsi paragraf:
1. Penampung
fragmen pikiran atau ide pokok.
2. Alat untuk
memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.
3. Alat bagi
pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
4. Pedoman
bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5. Alat untuk
penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada para pembaca.
6. Sebagai
penanda bahwa pikiran baru dimulai.
7. Sebagai
pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
B. Jenis-Jenis Paragraf
Berdasarkan
letak kalimat utamanya
1. Pikiran
utama pada posisi awal paragraf
Paragraf
yang meletakkan pikiran utama pada awal paragraf disebut paragraf deduktif.
Contoh:
Menteri
lebih lanjut mengemukakan perbedaan mahasiswa zaman dulu sampai sekarang. Pada
zaman dulu, kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajahan. Pada zaman sekarang
mereka dapat merasakan hawa kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan.
Selain itu, syarat-syarat untuk mengembangkan diri merekapada masa sekarang ini
cukup terbika, hanya bergantung pada kegiatan mereka masing-masing.
2. Pikiran
utama pada akhir paragraf
Paragraf
yang meletakkan pikiran utama pada akhir paragraf disebut paragraf induktif.
Contoh:
Dua
anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan. Seminggu kemudian seorang anak
wanita hilang ketika pulang sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak
darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga menemukan potret dua anak yang
tewas itu di dalam kantong celana John. Dengan demikian John adalah orang yang
dapat dimintai pertanggunjawaban tentang hilangnya kedua anak itu.
3. Pikiran
utama pada awal dan akhir paragraf
Paragraf
yang meletakkan pikiran utama pada awal dan akhir paragraf dise but paragraf
deduktif induktif.
Contoh:
Bagi
manusia, bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa
manusia menyampaikan isi hatinya pada sesamanya. Dengan bahasa itu pulamanusia
dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan memberikan segala pengalamannya
kepada sesamanya. Jelaslah bahwa bahasa merupakan sarana yang paling penting
dalam kehidupan manusia.
4. Paragraf dengan Pikiran Utama
Tersirat
Ada paragraf yang tidak secara
tersurat mengandung pikiran utama tertentu. Semua kalimat yang menyusun
paragraf sama pentingnya dan bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat
dalam paragraf. Kalimat kalimat itu merupakan satu kesatuan isi.Paragraf tanpa
kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.
Contoh :
Lewat jendela dan pintu kaca yang
luas, pandangan bisa tembus ketata kebun yang asri dihalaman depan maupun
belakang rumah. Kolam hias dengan bukit batu lengkap dengan gemereciknya air
berpadu dengan tanaman tanaman pangkas yang terawat rapi. Jauh di halaman
belakang beberpa pohon mangga, rambutan, jambu air, dan belimbinng meneduhi
kursi kursi untuk para pasien menunggu giliran dipanggil.
Berdasarkan
tujuan paragraf
a. Paragraf Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi
kalimat-kalimat yang mendeskripsikan, menggambarkan sesuatu. Misalnya deskripsi
kota Bandung pada pagi hari. Perhatikan contoh berikut.
Bandung masih diselimuti kabut.
Orang-orang Bandung, baru satu dua yang lalu lalang. Kendaraan hanya kadang-kadang
terdengar menderu. Yang tampak dominan adalah para petugas kebersihan kota.
Mereka sibuk membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-kadang
mereka bersenandung disela-sela pekerjaannya. Perlahan tapi pasti keramaian
kendaraan di jalan bertambah sedikit demi sedikit. Bandung sedang menggeliat
dari tidurnya.
b. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf
yang berusaha menjelaskan sesuatu atau memeriakan sesuatu. Penjelasan atau
pemeriaan seringkali bertolak dari satu definisi.
Kota Bandung adalah salah satu ibu
kota propinsi dari sekian banyak propinsi di Indonesia, yaitu propinsi Jawa
Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal sebagai kota
Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain
itu, kota Bandung pun memiliki banyak julukan, diantaranya sebagai Paris van
Java.
c. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi paragraf yang
berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah benar. Cara
meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah fakta. Perhatikan
contoh berikut.
Hampir semua orang yang pernah
tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah tinggal di kota tersebut.
Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa dimengerti
mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat
kriminalitasnya juga relatif kecil bila dibandingkan dengan kota setaranya,
Surabaya dan Medan misalnya.Terdapat banyak lembaga pendidikan tinggi negeri di
dalamnya. Juga, kotanya tidak terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari satu
sudut kota kesudut kota lainnya tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang
menyebabkan para pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.
d. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang
berusaha menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialami seorang tokoh. Perhatikan contoh berikut.
Hari itu ia telusuri sudut demi
sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah tidak mau ada satupun
sudut yang terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya menyisakan kenangan amat
mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah ini ia
menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke wilayah balai kota
dan sekitarnya. Di sinipun ia amat hanyut dengan kenangan bersama-sama
sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun
yang sekarang telah berubahtotal dari masa duapuluh tahun yang lalu. Lagi-lagi
ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu,
yang ada hanyalah kenangan indah baginya,seluruhnya.
C. Metode Pengembangan Paragraf
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan
variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah satu model pengembangan
atau bisa pula mengombinasikan beberapaa model sekaligus. Berikut ini setiap
model pengembangan paragraf itu akan dipaparkan maksudnya.
1.
Pengembangan
Alamiah
Pengembangan
paragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta spasial dan kronologi.
Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari titik
tertentu menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi. Adapun
yang dimaksud dengan setia pada urutan waktu adalah bahwa pengembangan itu
harus bermula dari titik waktu tertentu dan berkembang terus sampai pada titrik
waktu berikutnya. Deskripsi objek tertentu, deskripsi data, dongeng, atau
narasi yang lainnya, mengedopsi model pengembangan alamiah yang demikian ini.
2.
Pengembangan
Deduksi-Induksi
Pengembangan
paragraf dengan model deduksi dimulai dari sesuatu gagsan yang sifatnya umum
dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci.
Sebaliknya yang dimaksud ddengan pengembangan paragraf dalam model induksi
adalah pengembangan yan dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail,
terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum. Jadi, model-model pengembangan
paragraf yang disebutkan terakhir ini sejalan dengan alur berpikir dalam
kerangka deduktif, induktif maupun abduktif.
3.
Pengembangan
analogi
Pengembangan
paragraf dengan cara analogis lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum,
sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami
kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum
banyak dipahami publik. Dengan cara analogi yang demikian itu diharapkan orang
akan menjadi lebih muda dalam memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang
hendak disampaikan dalam paragraf itu. Jadi, tujuan dari analogi itu
sesungguhnya adalah untuk memudahkan pemahaman pembaca, sehingga sesuatu yang
masuh kabur, masih samar-samar, bahkan sesuatu yang masih sangat sulit, bisa menjadi
lebih mudah ditangkap dan gampang dipahami.
4.
Pengembangan
Klasifikasi
Paragraf
yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat
memudahkan pembaca dalam memahami isinya, dengan caraa klasifikasi itu, maka
tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan. Sesuatu yang
sifatnya sangat klosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit untuk
dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau tidak diklasifikasikan
terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara yang demikian ini akan
sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas, tipe-tipenya juga
saangat jelas. Pengkelasan atau pentipean itu dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan kesamaan karakternya, kesamaan bentuknya,
kesamaan ciri dan sifatnya, dan selanjutnya.
5.
Pengembangan
komparatif dan kontrastif
Sebuah
paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara
diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya,
karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan
dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaannya untuk mengembangakan
paragaraf yang demikian ini dapat disebut dengan model pengembangan komparatif.
Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi
perbedaanya dapaat disebut dengan perbandingan kontrastif.
6.
Pengembangan
sebab-akibat
Sebuah
paragraf dapat dikembangkan dengan model sebab-akibat atau sebaliknya
akibat-sebab. Pengembangan paragraf dengan cara demikian ini jug lazim disebut
sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan
yang sifatnya rasional karena lazimnya orang berpikir berawal dari sebab-sebab
dan bermuara pada akibat-akibat. Atau sebaliknya dapat juga pengembangan itu
berangkat dari akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian beranjak masuk pada
sebab-sebaabnya. Karya-karya ilmiah sangaat lazim menggunakan model
pengembangan paragraf yang disebutka terakhir ini.
7.
Pengembangan
Klimaks-Antiklimaks
Paragraf
dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil
dan beranjak terus maju kedalam puncak peristiwa yang paling besaraatau paling
optimal, kemudian berhenti di puncak yang paling optimal tersebut. Akan tetapi,
ada pula paragraf yang pengembangannya masih diteruskan kedalam tahapan
penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks. Model pengembangan paragaraf
yang disebitkan terakhir ini tidak sangat lazim ditemukan di dalam karya
ilmiah. Kebanyakan narasi atau cerita serta dingeng-dongeng pengantar tidur menerapkan
model pengembangan paragraf yang demikian ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahardi, R.Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Erlangga,2010.
Maimunah, Sitti Annijat. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Maliki
Press,2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar