Selasa, 03 November 2015

Cerita hikmah dalam kehidupan: Kisah Seorang Pekerja

Cerita hikmah dalam kehidupan:
Kisah Seorang Pekerja
Alkisah, pada zaman Malik bin Dinar, hidplah dua kakak beradik bergama Majusi. Yaitu sebuah agama yang menyembah api. Mereka telah berpuluh tahun menyembah api hingga kemudian si adik berkata kepada kakaknya.
“Wahai kakakku, sudah berpuluh tahun kita menyembah api. Sekarang marilah kita buktikan kalau api membawa manfaat buat kita? Aku akan memegang api ini. Jika api ini tidak terasa panas di tanganku, aku yakin kalau api ini sebagai tubuh kita.”
Kakaknya kurang setuju, namun si adik tetap melakukan keinginannya. Oleh karena itu, dipeganglah api itu, dan ternyata panas. Si adik langsung menarik kembali tangannya karena khawatir terbakar. Akhirnya, si adik tidal lagi menyembah api dan datang kepada Malik bin Dinar. Di sana , ia bertanya tentang islam. Stelah diterangkan oleh Malik bin Dinar, ia beserta istri dan anak-anaknya bersyahadat memeluk islam. Berbeda dengan kakaknya yang masih menganut agama Majusi.
Akan tetapi, setelah sebu;an menjadi muslim, kondisi ekonomi si adik mengalami kemunduran hingga akhirnya ia tidak memiliki pekerjaan. Bahkan, keluarganya pun sangat kesulitan mendapatkan makanan. Dengan susauh payah dan tetap gigih berusaha, rezeki yang diusahakannya tidaak kunjung datang. Hingga tiga hari berlalu dan tibalah pada hari jumat. Si adik berpakaian rapi untuk sahlat jumat berjamaah di masjid. Selesai shalat, si adik berdia berdoa kepada Allah sambil menangis.
“Ya Allah, Aku tahu engkau adalah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hambamu. Engakau tidak pernah lalai mengurus makhlukmu. Berikanlah ya Allah, rezekimu untuk keluargaku agar kami bisa hidup. Jangan sampai ya Allah, kami jatuh ke dalam dosa meninggalkan agama islam dan kembali pada agama lamaku.”
Di saat yang sama, istrinya sedang berda di rumah bersama anak-anaknya. Tiba-tiba, datanglah seorang pemuda yang tampan membawakan bungkusan untuk suaminya(si Adik).
“Bungkusan untuk apakah ini?” tanya istri si adik.
“Katakan saja, ini sebagaia upah suamimu selama tiga hari bekerja,” jawab pemuda yang singkat.
Sang istri kemudia, menaruh saja bungkusan itu sambil menunggu suaminya pulang dari mesjid. Tidak lama kemudian, pulanglah suaminya. Diserahkanlah bungkusan itu kepadanya.
“Bungkusan apa ini?” tanya sang suami.
“Tidak tahu. Tadi ada seorang pemuda yang memberikannya untukmu. Katanya ini sebagai upahmu bekerja selama tiga hari terakhir,” jawab istrinya.
Si suami merasa bingung, lalu membuka bungkusan tersebut. Didapati di dlamnya seribu keping emas hingga membuat dirinya dan istrinya  tercengang. Lalu, dibawalah emas tersebut ke pasar untuk di jual. Ternyata satu keping emasnya berhrga seribu dinar. Emas ini adalah emas murni yang nilainya 2 kali lipat daripada emas biasa yang banyak bereadar pada zaman itu. Maka bertanyalah pedagang emas.
“Dari mana kau dapatkan emas ini?”
Si adik lalu menceritakan kejadian aneh yang baru saja dialaminya hingga kemudian pedagang emas ini bersyahadat dan memeluk agama islam.singkat cerita, si adik yang keyakinannya dan ikhlas kepada Allah ini telah membawa kebahagian bagi keluarganya. Allah swt telah memerikan kepadanya kecukupan karena keikhlasannya ini.

Hikmah cerita
Setiap pekerjaan pasti ada jejak atau bekasnya. Jika kita akan menempuh 10 km perjalanan, 1 langkah saja kita berjalan, itu artinya perjalanan kita sudah berkurang 1 meter. Hal utama adalah setiap ikhtiar yang dilakukan haruus tetap ikhlas pada ketentuan Allah. Selam tiga hari si adik bekerja, namun hasilnya tidak langsung diterima,. Akan tetapi, tetap sesungguhnya pekerjaanya itu mendatangkan hasil. Bahkan, Allah melimpahkan kecukupan pada keluarganya dengn cara yang tidak diduga-duga.

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar: