Senin, 09 November 2015

makalah :“Tanggung Jawab Terhadap Keluarga”

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar sensiri dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities.
 Dalam ilmu budaya dasar terdapat dua masalah pokok yang dibahas yaitu tentang aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya. Yang kedua adalah tentang hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi beranekaragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat.
Melihat kedua masalah tersebut, dapat dilihat bahwa manusia menenpati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia sendiri juga mempunyai beberapa tema sebagai makhluk budaya. Seperti cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, tanggung jawab,  pandangan hidup dan kegelisahan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian tanggung jawab, hakikat manusia dan tanggung jawab, hubungan manusia dengan tanggung jawab dan melatih tanggung jawab terhadap keluarga.
Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing. Diantaranya tanggung jawab seorang pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab seorang dosen kepada mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada negara dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, dan tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan kita.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian dari tanggung jawab itu ?
2.    Bagaimana hakikat manusia dan tanggung jawab ?
3.    Bagaimana hubungan antara manusia dengan tanggung jawab ?
4.    Bagaimana melatih tanggung jawab terhadap keluarga ?
C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian tanggung jawab.
2.      Untuk mengetahui lebih jelas hubungan antara manusia dengan tanggung jawab terhadap keluarga.
3.      Untuk mengetahui tips/cara melatih tanggung jawab terhadap keluarga.












 


 

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau  perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertang­gung jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupa­kan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam ja­minan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak meng­ganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkait­an dengan konteks teologis. Manusia sebagai makhluk indivi­dual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap diri­nya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab


manusia terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat keyakin­annya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhan­nya, manusia sadar akan keyakinan dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh po­tensi dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewa­jiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
  1. Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.


      2.  Kewajiban tidak Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung  jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan,  karena orang tersebut dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada zaman sekarang se­hubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Orang yang bertanggung jawab itu akan mencoba un­tuk berbuat adil. Tetapi adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya dan runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang demikian tentu akan mempertang­gung jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan hukuman atau cobaan kepada manusia agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala perbuatannya.




 

B.  Hakikat Manusia Dan Tanggung Jawab
Manusia adalah makhluk yang diberi kelebihan dibanding makhluk lain yang berupa akal dan budi yang lazim disebut pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup bagi manusia dibanding dengan makhluk lain. Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Seumpamanya posisi kita sebagai pelajar, tugas kita adalah belajar ketika telah kita mau belajar. Maka kita telah melaksanakan kewajiban kita sebagai pelajar, berarti pula kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita. Bagaimana kegiatan belajar kita. Itulah tanggung jawab kita.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia merupakan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab. Manusia juga memiliki peranan dalam konteks sosial, individual, maupun teologis.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu  yang dibebankan terhadap seeorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu terhadap hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajbannya.






C.  Hubungan Antara Manusia Dengan Tanggung Jawab
Setiap manusia harus bertanggung jawab terhadap  diperbuatnya. Setiap manusia harus berani menanggung resiko dari apa yang dilakukannya. Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk indivdu, makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah, tanggung jawab manusia dapat dibedakan atas tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan tanggung jawab terhadap Allah.
Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi hidup, akal dan budi. Semua pemberian itu harus dipelihara. Terhadap hidup, manusia dituntut tanggung jawabnya disamping menggunakan akal dan budinya itu sebagaimana mestinya, juga dituntut menanggung resiko akibat dari perbuatan akal budinya.
Sebagai makhluk sosial manusia juga dibebani tanggung jawab sosial pula. Setiap  angggota masyarakat dituntut untuk bertanggung jawab demi tegaknya peraturan. Semua periklaku setiap anggota masyarakat harus dapat diterima oleh masyarakat bersangkutan. Bila ada pelanggaran dia akan mendapatkan hukuman dari masyarakat bersangkutan.
Tanggung jawab manusia yang lainnya, tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia diberi tugas oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di dunia, untuk mengatur alam semesta supaya tetap baik, harmonis dan dapat dimanfaatkan. Sehinggga manusia bertanggung jawab terhadap alam semesta ini untuk dipelihara.





D.  Melatih Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Banyak rumah tangga yang berada di ujung tanduk karena tidak ada keharmonisan lagi karena tanggung jawab para anggota keluarga dalam rumah juga tidak berjalan. Kemudian satu sama lain saling menyalahkan dan melempar tanggung jawab akan kekacauan demi kekacauan yang terjadi. Bagaimana kita memberikan solusi bijak akan masalah tanggung jawab ini ?
Semua orang tua wajib bertanggung jawab untuk menetapkan batasan bagi anak. Orang tua wajib memastikan mereka memakan-makanan sehat, memakai pakaian yang bersih & pantas, serta tepat waktu untuk tidur. Ketika mereka bertambah besar, sedikit demi sedikit kita kurangi batasan mereka, dengan memberi mereka kepercayaan dan kebebasan secara bertahap dan bertanggung jawab. Anak diberi masukan dalam menentukan pilihan mereka sendiri, dengan tetap diperhatikan serta siap sedia disamping anak bila diperlukan. Tujuan utama menetapkan batasan dalam kehidupan anak kita adalah agar mereka dapat memulai menetapkan batasan tanggung jawab mereka sendiri saat mereka kelak meninggalkan lingkungan keluarga dan memulai keluarga mereka sendiri.
Proses menetapkan batasan ini sudah tidak berjalan dengan semestinya di jaman modern sekarang ini. Perilaku anak usia sekolah sehingga menjelang dewasa seperti yang kita baca di media cetak & elektronik sudah lepas kendali. Mengapa hal ini terjadi ? Selanjutnya, apa yang kita dapat lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi dalam keluarga dan anak kita sendiri ? Topik ini merupakan topik yang sangat panjang akan tetapi mungkin kami dapat membagikan sedikit solusi bijak yang dapat diterapkan, diantaranya :
1)      Meski kedua orang tua bekerja di luar rumah, quality time tetap harus disediakan buat parenting beserta teladan yang harus disiapkan untuk anak. Orang tua wajib berkomunikasi dengan guru disekolah untuk memonitor perkembangan anak dan informasi dari guru harus disikapi dengan memberikan solusi dan ucapan terima kasih.


2)      Sebagai orang tua, akan jamak hukumnya bila kita dibandingkan dengan orang tua teman anak kita yang lain. Kita harus jeli untuk melihat apakah hal itu dibenarkan atau tidak. Pemahaman dan rasio akan alasan kita berbuat harus dipikirkan agar anak dapat merasa puas akan kebijakan kita dengan tak lupa bila memang kebijakan kita kurang, kita harus dengan jiwa besar menerima masukan dari anak.
3)      Anak perlahan-lahan disiapkan sesuai dengan perkembangan umur dan kedewasaannya untuk menjadi rekan dalam berdiskusi. Hal ini untuk melatih logika, karakter, sikap, kepribadian dan mindset anak untuk proses pendewasaan dan persiapan anak dalam hidup dimasyarakat. Orang tua wajib memberikan contoh nyata akan kondisi permasalahan, walau ketidak sempurnaan itu terjadi, sehingga anak akan dapat menghargai kita bukan hanya sebagai orang tua namun juga sebagai seorang sahabat.
4)      Jangan pernah takut untuk memberi hukuman kepada anak, karena hukuman adalah proses disiplin paling awal yang harus anak hadapi untuk persiapan terjun dimasyarakat bila anak melalaikan tanggung jawabnya dalam keluarga. Keluarga adalah bentuk masyarakat terkecil dan paling dini untuk menyiapkan anak bersikap disiplin, teratur, dewasa dan bertanggung jawab.
5)      Menyiapkan mindset anak untuk melihat kebebasan yang dia miliki sebagai sesuatu hal yang memiliki dua sisi mata pedang. Bila si anak menyikapi tanpa memiliki karakter yang benar, kebebasan tersebut akan melukai si anak sendiri apalagi di tengah kondisi masyarakat jaman sekarang yang makin permisif terhadap bentuk kekerasan yang diperlihatkan di berbagai media massa, materi berbau seksual, dan penyimpangan tingkah laku.
6)      Menjaga jalur komunikasi antara suami istri dan antara orang tua dan anak. Keharmonisan orang tua berakibat vital terhadap anak karena dalam 24 jam sehari & 7 hari seminggu, anak senantiasa bergantung dan menyerap apapun yang kita lakukan, kita pikirkan dan yang kita katakan, baik secara verbal / non-verbal. Komunikasi memegang peranan penting dalam tanggung


jawab keluarga. Kata “tolong” bila meminta tolong, “terima kasih” bila sudah dibantu mengerjakan sesuatu serta “maaf” bila berbuat salah merupakan kata yang harus sering diucapkan antara suami istri dan orang tua terhadap anak. Saling menghargai dan mengasihi akan terjadi cepat atau lambat bila ketiga kata ini senantiasa diucapkan di dalam rumah.
7)      Memberikan pujian, semangat dan motivasi kepada setiap anggota keluarga yang telah menunaikan tanggung jawab di dalam rumah karena secara langsung atau tidak langsung rumah akan menjadi nyaman untuk didiami dan setiap anggota keluarga akan merasa saling memiliki. Dalam tanggung jawab terhadap keluarga merupakan sesuatu tugas yang sangat berat untuk dipikul. Karena sebagaimana dalam satu riwayat diceritakan bahwa “Sa`id binMusayyab mengatakan bahwa suatu pagi Ali bin Abi Thalib keluar rumah. Tiba-tiba Salman Al Farisi menghadapnya. Ali berkata, "bagaimana keadaanmu, wahai Salman?" Salman menjawab, "aku sedang menyusahkan empat hal."
http://kolom.abatasa.co.id/gambar/kolom-tanggnung-jawab-terhadap-keluarga-1111_l.jpg
Sa`id binMusayyab mengatakan bahwa suatupagi Ali bin Abi Thalib keluar rumah. Tiba-tiba Salman Al Farisi menghadapnya. Ali berkata, "bagaimana keadaanmu, wahai Salman?" Salman menjawab, "aku sedang menyusahkan empat hal." "Apa itu?"


"Susah karena keluargaku harus dicarikan sesuap makan, susah karena Allah memerintahku untuk taat, susah karena setan selalu mengajakku bermaksiat, dan susah karena Malaikat Maut selalu mengincar nyawaku setiap saat."
"Bebahagialah engkau, wahai Salman, karena sesungguhnya di dalam empat hal tersebut ada pangkat tersendiri bagi dirimu. Begini, suatu hari aku menghadap Rasulullah saw., dan beliau bertanya, "bagaimana keadaanmu, wahai Ali ?” ”
Aku menjawab, aku sedang menyusahkan empat perkara, ya Rasulullah. Di rumah tidak ada apa pun kecuali air, sedangkan saya kasihan juga terhadap anak-anakku. Kemudian menyusahkan taat pada Allah, menyusahkan kelak di hari kiamat, dan menyusahkan datangnya Malaikat Maut. Maka Rasulullah saw. bersabda, “berbahagialah engkau, wahai Ali. Sesungguhnya menyusahkan nafkah keluarga merupakan penlindung dari neraka. Menyusahkan taat pada Allah menyebabkan engkau aman dari siksa-Nya. Menyusahkan akhirat adalah jihad. Dan menyusahkan kematian adalah penghapus dosa-dosa. Wahai Ali, sesungguhnya rezeki hamba Allah ada dalam tanggungan-Nya. Jadi, meski engkau bersusah- payah mengusahakannya, namun bagi Allah kepayahanmu itu tiada gunanya sama sekali. Hanya saja engkau diberi pahala atas usahamu itu. Wahai Ali, perbanyaklah bersyukur, taat, serta taubat, maka engkau akan termasuk Ashdiqaillah (orang yang bersungguh-sungguh berdekat-dekat pada Allah).”
Aku bertanya, “apa yang harus aku syukuri ?” Rasulullah saw. menjawab, “Islam.” Aku kembali bertanya, `bagaimana aku taat, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. berkata, ucapkan, `Laa baula walaa quwwata illa billabil ’aliyyil ’adziim `Aku pun berkata, `bagaimana dengan taubat?` `Meninggalkan marah. Sebab meninggalkan marah itu dapat rneredamkan murka Allah, serta pahalanya memperberat timbangan amal baik, dan akan menuntun ke surga.`


Salman kemudian berkata, "semoga Allah menambah kemuliaanmu, wahai Ali. Sesungguhnya aku ini orang yang menyusahkan empat perkara tersebut, khususnya soal nafkah keluarga."
Ali menjawab, "wahai Salman, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa tidak memperhatikan nafkah keluarganya, maka tidak ada bagian baginya di surga." "Wahai Ali, bukankah Rasulullah saw. juga bersabda, ‘orang yang mempunyai tanggungan keluarga selamanya tidak akan beruntung?” ’
"Bukan begitu maksudnya," jawab Ali. "Jika engkau menafkahi keluargamu dengan barang halal, maka engkau pun akan beruntung. Wahai Salman, sesungguhnya surga itu merindukan orang-orang yang memberi nafkah keluarganya dengan barang- barang halal."
Diceritakan dari Ali bin Abi Thalib. Suatu hari ada seorang lelaki datang pada Rasulullah saw, kemudian berkata, "ya Rasulullah, saya telah berbuat maksiat, maka mohonkan ampunan untuk saya."
"Apa yang telah engkau lakukan?"
"Aku malu untuk mengatakannya, wahai Rasulullah." Rasulullah saw. berkata, "engkau malu pada Allah ? Padahal Allah melihat dirimu saat engkau melakukannya. Pergilah dari tempat ini agar api neraka tidak melingkupi kami."
Lelaki itu pergi dari tempat Rasulullah saw. sambil menangis karena putus asa.
Tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata, "wahai Muhammad, mengapa engkau membuatnya putus asa ? Padahal dosanya bisa terhapus meski terlampau banyak."
"Hal apa yang sekiranya dapat menghapus dosanya ?" Malaikat Jibril pun menjawab pertanyaan Rasulullah saw., "Ketika ia pulang dan anak-anaknya


menyambut kedatangannya, maka ia memberi makanan atau apa saja yang bisa menggembirakan hati anak-anaknya, di saat itulah dosa- dosanya terhapus."














 

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
2.      Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia merupakan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab. Manusia juga memiliki peranan dalam konteks sosial, individual, maupun teologis.
3.      Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi hidup, akal dan budi. Semua pemberian itu harus dipelihara. Terhadap hidup, manusia dituntut tanggung jawabnya disamping menggunakan akal dan budinya itu sebagaimana mestinya, juga dituntut menanggung resiko akibat dari perbuatan akal budinya.
4.    Solusi Melatih Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
a.    Meski kedua orang tua bekerja di luar rumah, quality time tetap harus disediakan buat parenting beserta teladan yang harus disiapkan untuk anak.
b.    Sebagai orang tua, akan jamak hukumnya bila kita dibandingkan dengan orang tua teman anak kita yang lain.
c.    Anak perlahan-lahan disiapkan sesuai dengan perkembangan umur dan kedewasaannya untuk menjadi rekan dalam berdiskusi.
d.   Jangan pernah takut untuk memberi hukuman kepada anak, karena hukuman adalah proses disiplin paling awal yang harus anak hadapi untuk persiapan


terjun dimasyarakat bila anak melalaikan tanggung jawabnya dalam keluarga.
e.    Menyiapkan mindset anak untuk melihat kebebasan yang dia miliki sebagai sesuatu hal yang memiliki dua sisi mata pedang.
f.     Menjaga jalur komunikasi antara suami istri dan antara orang tua dan anak.
g.    Memberikan pujian, semangat dan motivasi kepada setiap anggota keluarga .yang telah menunaikan tanggung jawab di dalam rumah.
B.  Saran
Apabila kita sudah ber-rumah tangga maka kita sebagai anggota rumah tangga bertanggung jawab untuk menjadikan rumah tangga kita sebagai keluarga sakinah mawaddah warahmah. Serta mendidik anggota keluarga dengan didikan yang berlandaskan islam.







 


 


DAFTAR PUSTAKA
Mallaweang Rahim Abdul. 2013. Ilmu Budaya Dan Gender. Makassar: Gunadarma Ilmu
http://solusibijak.com

 

Tidak ada komentar: