Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Sudah Terbiasa
Pelit
Di sebuah desa, ada seorang
pemuda yang sudah terbiasa hisuop pelit. Suatu hari karena kurang berhati-hati,
ia terjerumus ke dalam sumur tuayang kering. Dengan panik, ia berteriak-teriak
minta tolong hingga datanglah seorang penduduk desa yang ternyata bapak kepala
desa.
“Pak tolong saya, Pak! Di sini
pengap sekali!” teriak pemuda itu.
Kepala desa segera merebahkan
dirinya sambil mengulurkan tangannya ke dalam sumur.
“Tenang saja, Nak! Ayo sini
berikan tanganmu!” kata kepala desa.
Pemuda yang pelit ini lalu
berfikir, “Saya harus ‘memberikan’? wah, saya paling tidak mau memberi.”
Pemuda ini hanya diam dan tidak
memberikan tangannya. Kepala desa merasa heran melihat pemuda itu hanya diam.
Ia berteriak sekali lagi agar pemuda itu memberikan tangannya supaya dapat
ditarik ke atas, namun sang pemuda tetap diam. Meski demikian, kepala desa
tidak kekuarangan akal. Ia tahu kalau pemuda ini terkenal sangat pelit di desa.
Oleh karena itu, ia mengubah strateginya.
“Ini saya kasihkan tangan saya!”
kata kepal desa.
Mendengar kata ‘kasihkan’, pemuda
ini segera mengulurkan tangannya hingga dapat ditarik ke atas oleh kepala desa.
Rupanya ia sudah terbiasa hidup pelit hingga begitu mendengar kata memberi, ia
tifak mau mengeulurkan tangannya. Ia hanya mau dikasih, hingga begitu mendengar
kata kasih, ia langsung mengulurkan tangannya.
Hikmah cerita
Sifat diri dapt dibentuk dari
pembiasaan. Beberapa orang dapat melakukan salat tahajjud secara istiqamah
karena sudah membiasakan dirinya. Jika kita biasa bersedekah itu akan terasa
ringan. Jika kita biasa berkata baik dan sopan, lidah kita akan jauh dari
kata-kata kotor dan kasar. Biasakan diri kita dengan hal-hal yang baik dan
positif karena jika diri ini sudah terbiasa melakukan hal-hal yang jelek, akan
sulit mengubahnya jika tidak didasari dengan kesungguhan hati.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung:
Pustaka Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar