BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah mahluk istimewa yang diciptakan Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak
pada potensi-potensi yang Allah berikan kepadanya. Baik itu potensi yang berupa
fisik ataupun non-fisik. Semua potensi fisik manusia memiliki fungsi yang
sangat luar biasa kegunaannya bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri,
begitupun dengan potensi non-fisik yang terdiri atas: jiwa (psyche), akal
(ratio) dan rasa (sense).
Dengan potensi akalnya, manusia mampu menjadi mahluk
yang lebih mulia kedudukannya daripada mahluk lain. Allah telah mengaruniai
manusia sebuah anugerah yang mampu menjadikan manusia mahluk yang berbudaya.
Berbeda dengan hewan yang tidak mampu berbudaya dikarenakan hewan tidak
memiliki akal. Dengan akalnya ini pula manusia mampu berfikir, bernalar dan
memahami diri serta lingkungannya, berefleksi tentang bagaimana ia sebagai
seorang manusia memandang dunianya dan bagaimana ia menata kehidupannya. Karena
kemampuan dalam menggunakan nalarnya, manusia dapat mengembangkan pengetahuan
yang merupakan rahasia-rahasia kekuasaan-Nya.
Para ilmuan mampu mencapai sesuatu yang besar karena mereka dapat mengoptimalkan potensi akal
yang Allah SWT berikan kepada mereka dan tentunya kepada kita juga. Dan salah
satu bidang keilmuan yang membelajarkan manusia untuk dapat mengoptimalkan
akalnya adalah Ilmu Filsafat. Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang
membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif
menggunakan intelek dan rasio kita. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan
coba dipaparkan sebuah pengantar filsafat sebagai bekal dalam menuju dan
mengungkap rahasia terbesar yang tersimpan dalam akal kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat?
2. Apa objek filsafat?
3. Bagaimana metode kajian filsafat?
4. Apa sifat dasar filsafat?
5. Cabang-cabang filsafat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian filsafat.
2. Mengetahui objek filsafat.
3. Mengetahui dan memahami metode kajian filsafat.
4. Mengetahui sifat dasr filasafat.
5. Mengetahui cabang-cabang filsafat.
D. Manfaat
Makalah ini bermanfaat
untuk memahami tentang filsafat dan mengajarkan tentang bagaimana berfikir
ilmiah dan mencari hakikat dari segala sesuatu baik hakikat diri sendiri maupun
lingkungan tentang alam ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Kata filsafat
berasal dari bahasa yunani dan berarti” cinta akan hikmat” atau “cinta akan
pengetahuan” seorang” filsuf” adalah seorang” pecinta” “ pencari” (“philos”)
hikmat atau pengetahuan (“sopia”). Kata “philosophos” diciptakan untuk
menekankan suatu pemikiran yunani seperti pytagoras “ hanya tuhanyang mempunyai
hikmah yang sungguh-sungguh”. Manusia harus kuat dengan tugasnya di dunia ini yaitu “ mencari
hikmat”,” mencintai pengetahuan”.
Pengertian
secara etimologi, kata filsafat yang dalam bahasa arab di kenal dengan istilah falsafah
dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philoshophy adalah
berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philoshophia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijaksanaan (wisdom). Sehingga pengertian letimologis dari istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau love of ahwisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Sedangkan pengertian secara terminologi yaitu uraian yang
menjelaskan berdasarkan batasan-batasan definisi yang di susun oleh sejumlah filsuf dan ahli filsafat.
Pengertian terminologi tentang filsafat adalah:
a.
Upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan tensistematik dan lengkap tentang
seluruh realitas.
b.
Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir
dan dasar secara nyata.
c.
Upaya
untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya: sumbernya,
hakikatnya, keaksahannya, dan nilainya.
d.
Penyelidikan
kritis atas pengendalian-pengendalian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan
oleh berbagai bidangg ilmu pengetahuan.
e.
Disiplin
ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk
mengtakan apa yang kita lihat.
Defenisi
filsafat menurut para ahli menurut para ahli:
a.
Plato,
berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b.
Aris
toteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yng meliputi kebenaran yang
didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika.
c.
Rene
descartes, filsafat adalah kumpulan-kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan,
alam, manusia menjadi pokok penyelidikan.
d.
Imanual
kant, filsafat adalah ilmu atau pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua
pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat
pengetahuan).
e.
Ibnu
sina, mengemukakan bahwa filsafat adalah pengetahuan otonom yang perlu ditimba
oleh manusia sebab ia dikarunia akal oleh Allah.[1]
B.
Objek filsafat
Objek
filsafat terbagi atas dua hal
1.
Objek material filsafat
Objek
material filsafat yaitu hal atau bahan yang diselidiki ( hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan) atau segala sesuatu yang “ada” disini mempunyai 3
pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkianan. Pengertian
lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat.
Segala
sesuatu yang menjadi permasalahan pokok dalam filsafat ada 3 yaitu
a.
Hakekat
Tuhan
b.
Hakekat
alam
c.
Hakekat
manusia
2.
Objek formala filsafat
Objek
formala filsafat yaitu sudut pandang (point of new), dari mana hal atau barang
tersebut dipandang bersifat menyeluruh. Menyeluruh disinai berarti bahwa
filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakekat mendalam, atau tidak ada
satupun yang berada diluar jangkauan bembahasan filsafat.
Pengertian
lain menyebutkan bahwa objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan
secara rangkai (sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya). Menurut ir
poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Objek
materi filsafat tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang
menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainya adalah objek formanya,
sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berhenti pada dan berdasarkan
pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari
keterangan yang sedalam-dalamnya, inilah objek formal filsafat.
Objek
material banyak yang sama dengan material sains, sains mempunyai material yang
empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tapi bukan bagian yang
empiris melaingkan bagian yang abstrak. Objek formal filsafat tanda lain adalah
mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang materi objeek filsafat(segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).[2]
C.
Metode Kajian Filsafat
Menurut Stephen C. Pepper, dalam Sumaryono (1999),
metode filsafat bukanlah metode ‘ketergantungan’ atau ‘kepastian’, melainkan
lebih merupakan ‘metode hipotesis’. Pepper menyebut metode filsafat yaitu
‘hipotesis filsafat’ sebagai ‘hipotesis dunia’, yaitu ‘hipotesis yang sama
sekali tidak mempunyai batas, dan yang memperhitungkan semua kenyataan atau
evidensi. Hipotesis dunia mencakup semua hal, baik yang khusus atau yang
abstrak sejauh hal itu mungkin ada. Jadi, hipotesis filsafat (metode filsafat)
berbeda dengan hipotesis ilmiah (bersifat spesifik, pasti, dan harus bisa
teruji secara empirik). Hipotesis filsafat bersifat spekulatif, mendalam dan
komprehensif (hakikat sesuatu).
Terdapat banyak definisi tentang metode filsafat,
namun berikut ini penulis dapat mengemukakan pengertian yang cukup sederhana
tentang metode filsafat, yaitu ‘cara kerja filsafat dalam memahami hakikat
terdalam tentang segala sesuatu dalam hidup ini’. Menurut para ahli tidak ada
metode tunggal yang dianggap paling benar dan berlaku secara universal dalam
memahami filsafat atau hakikat terdalam tentang segala sesuatu dalam hidup ini.
Setiap metode filsafat yang dikembangkan oleh filosof pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh sudut pandang tertentu dan kondisi jaman atau waktu dan tempat
(lingkungan geografis), serta latar belakang kehidupan sosial budaya atau
politik, ekonomi yang dialaminya.
a.
Metode kritis
Metode
kritis. Tokoh utama metode kritis adalah Sokrates (470-399 SM) dan muridnya
yaitu Plato (427-347 SM). Beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’ Sokrates
antara lain:
1.
Metode kritis merupakan analisis istilah dan
pendapat dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut
fenomena sosial atau fenomena alam.
2.
Metode kritis merupakan hermeneutika, yang
menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan dalam dialog. Dengan
jalan bertanya atau berdialog secara kritis, seseorang dapat membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat
dari sesuatu.
3.
Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk
terus mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan
dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.
4.
Sokrates, mengajarkan agar manusia selalu
mengajukan pertanyaan baru tentang segala sesuatu, ketika muncul jawaban dari
pertanyaan tersebut, maka harus terus dimunculkan pertanyaan lagi dari jawaban
yang ada (proses dialektika), demikian seterusnya. Jadi, dialektika itu menjadi
suatu pemeriksaan teliti, semacam cross examination, dengan membandingkan
jawaban dalam dialog.
5.
Menurut Sokrates, dengan terus menanyakan,
membandingkan, menyisihkan, dan menolak informasi atau data yang tidak relevan,
seseorang akan membuat rumusan, definisi dan generalisasi. Seseorang akan
memperoleh pengertian (definisi) sejati tentang hakikat kenyataan.
6.
Bagi Sokrates, hakikat ‘kebijaksanaan’ adalah
kesanggupan seseorang terus bertanya dan berdialog untuk membuka hati-pikiran
agar tetap mampu menerima pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan mengenai
kebaikan susila atau ‘kebijaksanaan’ (sophrosyne). Kebijaksanaan itu bukan
diperoleh melalui hapalan dari diktat, melainkan melalui proses pencarian
pribadi dan pengalaman pribadi. Oleh karena itu manusia
menjadi angry with himself and gentle to others.
Sedangkan beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’
dari filosof Plato antara lain:
a. Metode
filosofis paling utama adalah dialog, dan kemampuan berdialog merupakan seni
manusiawi yang paling tinggi. Sebenarnya metode Plato merupakan perluasan atau
penyempurnaan metode kritis gurunya yaitu Sokrates.
b. Plato
memperkenalkan dialog-dialog dengan menyebut ‘dialog tengah’ atau ‘metode
hipotesis’.
c. Menurut
Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang
induktif (seperti pendapat Sokrates), pengertian umum (definisi) itu sudah
tersedia di ‘sana’ yaitu di ‘alam idea’.
d. Hakikat
esensi itu mempunyai realitas, dan realitas itu di ‘alam idea’ itu. Jadi,
kebenaran umum itu bukan dibuat tetapi sudah ada di alam idea. Sebenarnya baik
Plato maupun gurunya yaitu Sokrates sama-sama mengakui kekuatan akal (reason)
dan kekuatan hati (rasa dan larsa) (Tafsir, A., 2003).
b.
Metode empiris
Metode
empiris. Tokoh utama metode empiris adalah Aristoteles (384 SM). Aristoteles
merupakan murid dan teman Plato, tetapi warna filsafat Aristoteles berbeda dengan
Sokrates dan Plato. Aristoteles lebih sistematis dan sangat dipengaruhi oleh
metode empiris, dia dikenal sebagai Bapak logika, dan logika Aristoteles sering
disebut logika formal. Beberapa pokok pikiran Aristoteles antara lain:
1.
Prinsip-prinsip ajaran Aristoteles menyangkut
banyak aspek, yaitu prinsip-prinsip sains, politik, retorika, dan dialektika.
2.
Aristoteles sangat tertarik kepada natural sciences
(ilmu-ilmu alam), oleh karena itu ia mementingkan observasi ilmiah (metode
empiris).
3.
Bagi Aristoteles, manusia dapat mencapai kebenaran
ilmiah. Setiap objek terdiri atas matter dan form, keduanya bisa bersatu (hal
ini yang membedakan dengan Plato, yang menganggap matter dan form tidak bisa
bersatu). Matter itu potentiality atau potensial (memberikan substansi
sesuatu), sedangkan form itu aktualitas (memberikan pembungkusnya). Tetapi ada substansi yang ‘murni form’ tanpa potentiality (tanpa matter)
yaitu Tuhan. Menurut Aristoteles bukti adanya Tuhan adalah ‘Tuhan sebagai
penyebab gerak’ (a first cause of movement). Eksistensi Tuhan dapat dicapai dengan akal. Jadi,
Aristoteles filosof yang mampu mengakhiri pertentangan antara akal dan hati
(iman). Kekuasaan akal mulai dibatasi, ada kebenaran yang umum. Tidak semua
kebenaran itu relatif. Sains dapat dipegang sebagian dan diperselisihkan
sebagian.
4.
Metode empiris Aristoletes telah meletakkan
dasar-dasar sains dan logika formal atau logika deduktif (Tafsir, A. 2003).
Baca kembali tentang logika formal pada bab sebelumnya. Metode empiris inilah
yang nantinya menghasilkan aliran atau paham empirisme dalam filsafat.
c.
Metode intuisi
d.
Metode skolastik
e.
Metode rasional
f.
Metode eksperimental
g.
Metode kritisisme
h.
Metode dialektika
i.
Metode fenomenologi
D.
Sifat Dasar Filsafat
a.
Berfikir
radikal
Metode berfikir radikal yaitu senantiasa mengibarkan hasrat untuk
menemukan akar secara mendalam akan seluruh kenyataan.Berfikir secara radikal
akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu
sendiri.
Lois o kattsoff, mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah
merenung, tetapi bukanlah melamun dan bukan pula berfikir srcara kebetulan,
yang bersifat untung- untungan, melainkandi lakukansecara mendalam, sistematis,
dan universal
b.
Mencari
asas
mencari asas yakni filsafat snantiasa berupaya mencari asas (dasar)
yang paling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf yunani yang
terkenal dengan filsuf alam mengamati keaneka ragaman realitas di alam semesta
ini lalu bertanya “ apakah di balik realitas alam semesta yang beraneka ragam ini
ada suatu sasas yang dasar?”. Mereka mulai mencari jawaban yang hakiki tentang
itu semua. Thales megemukakan bahwa alam mencari asas yakni filsafat snantiasa
berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas
tersebut.semesta ini adalah air, Aneximenes mengemukakan bahwa asasnya adalah
udara dan Empedokles mengemukakan bahwa ada empat unsur yang membentuk realitas
alam ini yaitu, api, udara, tanah dan air.
c.
Memburu
kebenaran
Memburu kebenaran yakni memburu kebenaran akan sesuatu yang hakiki
dan dapat di pertanggung jawabkan.[4]
E.
Cabang-cabang Filsafat
Adapun cabang –cabang filsafat
antaralain:
a.
Epistemologi,
adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan
b.
Metafisika,
adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas
atau tentang segala sesuatu yang ada.
c.
Logika,secara
etimologi adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang di nyatakan dalam
bahasa.
d.
Etika,
etika sering kali di sebut sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dua
kata dalam bahasa yunani ethos dan ethikos.ethos berarti sifat,
watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
e.
Estetika,
adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Kata
filsafat berasal dari bahasa yunani dan berarti” cinta akan hikmat”atau “cinta
akan pengetahuan” seorang” filsuf” adalah seorang” seperti pytagoras “ hanya
tuhanyang mempunyai hikmah yang sungguh- sungguh”,” Manusia harus kuat dengan
tugasnya di dunia ini yaitu “ mencari hikmat”,” mencintai pengetahuan”.
2.
Objek
filsafat ada dua yaitu:
1)
Objek
material filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki ( hal yang dijadikan
sasaran penyelidikan) atau segala sesuatu yang “ada” disini mempunyai 3
pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkianan. Pengertian
lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat.
2)
Objek
formala filsafat yaitu sudut pandang (point of new), dari mana hal atau barang
tersebut dipandang bersifat menyeluruh. Menyeluruh disinai berarti bahwa
filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakekat mendalam, atau tidak ada
satupun yang berada diluar jangkauan bembahasan filsafat. Pengertian lain
menyebutkan bahwa objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara
rangkai (sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya). Menurut ir poedjawijatna,
objek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Objek materi filsafat
tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang menentukan
perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainya adalah objek formanya, sehingga
kalau ilmu membatasi diri dan berhenti pada dan berdasarkan pengalaman,
sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan
yang sedalam-dalamnya, inilah objek formal filsafat.
3.
Metode
kajian filsafat
1)
Metode
kritis
2)
Metode
empiris
3)
Metode intuisi
4)
Metode skolastik
5)
Metode rasional
6)
Metode eksperimental
7)
Metode kritisisme
8)
Metode dialektika
9)
Metode fenomenologi
10)
Metode hermeneutik
4.
Sifat
dasar filsafat
a)
Berfikir
radikal
Metode berfikir radikal
yaitu senantiasa mengibarkan hasrat untuk menemukan akar secara mendalam akan
seluruh kenyataan.Berfikir secara radikal akan memperjelas realitas lewat
penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri.
b)
Mencari
asas
Mencari asas yakni filsafat snantiasa
berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas
tersebut.
c)
Memburu
kebenaran
Memburu kebenaran yakni memburu kebenaran suatu yang hakiki dan
dapat nd pertanggung jawabkan.
5.
Cabang-cabang
filsafat
a.
Epistemologi,
adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan
b.
Metafisika,
adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas
atau tentang segala sesuatu yang ada.
c.
Logika,secara
etimologi adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang di nyatakan dalam
bahasa.
d.
Etika,
etika sering kali di sebut sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dua
kata dalam bahasa yunani ethos dan ethikos.ethos berarti sifat,
watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
e.
Estetika,
adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.
B.
Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini ada banyak
hal yang dapat kita pahami tentang materi filsafat termasuk kemampuan manusia dalam berakal dan
dengan akal ini,akan membawa manusia
lebih mulia kedudukannya daripada mahluk lain. Allah telah mengaruniai manusia
sebuah akal agar mampu menggunakan daya nalar berfikirnya yang mampu menjadi pembeda dengan hewan yang tidak mampu berfikir
dikarenakan hewan tidak memiliki akal.
Maka
dari itu, penulis mengharapakan pembaca jangan pernah berhenti dalam belajar
dan belajar. karena kita memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk
ciptaan Allah yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Asfida, Filsafat Umum, blogspot.com, Hari Rabu 29 Oktober
2014.
Eunchandi, Pengertuan
Filsafat serta Objek dan Ruang Lingkup Filsafat, chan 22. Blogspot. Com, rabu 29 Oktober 2014.
Ihonisamual,
Fitrah ( Potensi Manusia dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam), 31 Oktober
2024.
Suhartono Taat
Putra, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
PengetahuanI, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar