BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang
lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi
psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam
psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam
kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam
perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor
perkembangan manusia.
Hubungan
individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti
hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan
antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling
timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya
individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
manusia dan perkembangannya?
2. Apa
faktor pembawaan dan lingkungan?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui manusia dan perkembangannya.
2. Untuk
mengetahui fa.ktor pembawaan dan lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia
Dan Perkembangannya
Manusia
adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan
dalam segi fisiologik maupun perubahan dalam segi psikologik. Mengenai faktor-faktor
yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat bermaca-macam
pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan
bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia. Teori yang satu berbeda
dengan teori yang lain, bahkan ada yang bertentangan satu dengan yang lain.
Teori-teori perkembangan tersebut ialah:
1.
Teori Nativisme
Teori
ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh
faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan
faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori
ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan
sifat-sifat inilah yang menentukan keadaan individu yang bersangkutan,
sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat
dikataan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini
dikemukakan oleh Schopenhauer (Bigot, Kohstamm, Palland, 1950).
Teori
ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan suatu
masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi
terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi
kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak
baik pula. Tapi ternyata teori ini tidak dapat diterima ileh ahli-ahli lain,
ini terbukti dengan adanya teori-teori lain diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh William Stem.
2.
Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan
seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamnnya
yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman
termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut
teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih
yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian,
tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya, karena itu peranan
pendidikan dalam hal ini sangat besar, pendidklah yang akan menentukan keadaan
individu itu di kemudian hari. Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan
pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa
pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori
empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori
“tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
3.
Teori
Konvergensi
Teori
ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori tersebut di atas,
yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut W. Stern baik
pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting
dalam perkembangan individu, perkembangan individu akan ditentukan baik oleh
faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan
(termasuk pengalam dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen.Dari
bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori yang
dikemukakan oleh W. Stern-lah merupakan teori yang dapat diterima oleh para
ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh W. Stern merupakan
salah satu hukum perkembangan individu di sampung adanya hukum-hukum
perkembangan yang lain. Di Indonesia teori konvergensi inilah yang dapat
diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara:
“ Tentang hubugan
antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya
“konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, sehingga
garis dasar keadaan itu selalu tarik menarik dan akhirnya menjadi satu.
Mengenai perlu tidaknya tuntunan di dalam tubuhnya manusia, samalah keadannya
dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya,
kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak
airnya dan dapat sinar matahari, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan
menambah baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangakan tanahnya tidak
baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau
kekurangan air, maka biji jagung itu walaupun dasarnya baik, tak akan dapat
tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik
dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh
bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik dari pada biji
lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Kihajar Dewantara, 1962).
B. Faktor Pembawaan dan Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa
oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen
merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu
terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka tidaklah
mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai
sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor
endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa
saja gfaktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu
dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang
berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya
putih, hitam ataui coklat, bagaimana keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya.
Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang nereka dapatkan karena faktor
keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan dengan keadaan
jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk
mempunyai warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena
faktor keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula halnya dengan yang
lain-lain.
Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan
sifat psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu
temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya
dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan
fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain,
yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang
menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (sstruktur kejasmanian)dengan sifat
psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada
beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus,
cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau
watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang
lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang
nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun
lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah
sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dpaat berubah dan ada yang tidak
dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang
berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang
berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih
mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan
satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan
potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah.
Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu
individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan
kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu,
untuk dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan.
Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung,
di sinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu,
langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat
sebaik-baiknya. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes
bakat (aptitude test) seperti telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa,
namun tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam
perkembangan individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan:
·
Lingkungan fisik, yaitu lingkungan
yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dsb. Lingkungan alam
yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Misalnya
daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan
daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang
berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
·
Lingkungan sosial, yaitu merupakan
lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi
individu satu dengan individu lainnya. Keadaan individupun akan memberikan
pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini
biasanya dibedakan menjadi:
a.
Lingkungan sosial primer, yaitu
lingkungan dimana terdpaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan
anggota yang lainnya, anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik.
Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu
pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan
dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
b.
Lingkungan sosial sekunder, yaitu
lingkungan sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya
antara anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu,
pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan
dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks
dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri
dalam psikologi sosial.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan
sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap
individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang
saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi
sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1.
Individu menolak atau menentang
lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu.
Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau
perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan.
Misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat
tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehinggaorang tidak
menerima begitu saja.
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan
norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah
norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif
memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
2.
Individu menerima lingkungan.
Dalam hal ini keadaan sesuai atau
sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan
menerima lingkungan itu.
3.
Individu bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak
menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo”
terhadap lingkungan.
ð Pembawaan
Pembawaan
ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi)
yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan atau bakat terkandung
dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang
ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan
pembawaan (aanleg).
1. Struktur
Pembawaan
Di samping kita
memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat
kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan menyatakan diri dari
perwujudannya (dari potential ablity menjadi actual ablity), kita hendaklah
selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti:
potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata intelijensi yang baik, dan
lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak. Jadi sifat-sifat dalam
pembawaan itu tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain.
Sifat-sifat yang bermacam-macam dalam pembawaan itu merupakan keseluruhan yang
erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan
atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan
struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin
terjadi dengan seorang manusia tertentu.
Sifat-sifat pembawaan
atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur pembawaan itu tidak
semuanya dapat berkembang atau menunjukkan diri dalam perwujudannya. Ada pula
sifat-sifat yang tetap terpendam, tetap tinggal, latent atau tersembunyi; jadi
tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak dapat mewujudkan diri.
Adapun yang menyebabkan
perkembangan sifat-sifat pembawaan itu sehingga menjadi wujud (actual ability)
atau tetap tinggal terpendamnya suatu sifat pembawaan (potential ability),
ialah faktor-faktor dari luar (umpamanya karena tidak mendapat kesempatan atau
latihan atau pengajaran yang cukup) maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya
konstitusi badan yang demikian rupa sehingga tidak memungkinkan berkembangnya
sifat-sifat pembawaan itu.
2. Pembawaan
dan Keturunan
Dimuka telah dikatakan
bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang
akan berkembang mencapai perwujudannya.
Semua yang dibawa oleh
si anak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya; jadi memang
adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena
keturunan. Sebaiknya, semua yang diperoleh karena keturunan adalah dapat
dikatakan pembawan; atau lebih tepat lagi pembawan keturunan.
Sebuah contoh sebagai
penjelasan: seorang anak yang mempunyai kepandaian dan kecakapan tentang seni
musik. Ia pandai dan lekas mempelajari segala sesuatu tentang seni musik itu.
Ada kemungkinan besar bahwa kesanggupan yang dipunyai si anak benar-benar merupakan
sifat-sofat pembawaannya; jadi memang dia berpembawaan atau berbakat sen musik.
Tetapi apakah pembawaanya tentang seni musik itu juga adalah diperoleh karena
turunan, belum dapat ditentukn dengan pasti.
3. Pembawaan
dan Bakat
Sebenarnya kedua
istilah itu- pembawaan dan bakat- adalah dua istilah yang sama maksudnya.
Umunya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar,
sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Titik berat
perbedaannya terletak pada luas pengertiannya; yang satu mengandung oengertian
yang lebih luas dari pada yang lain. Dengan contoh berikut agaknya menjadi
lebih jelas: “ Si A berpembawaan musik, dapa juga dikatakan si A berbakat
musik. Si B berpembawaan ilmu pasti dapat juga dikatakan si B berbakat ilmu
pasti. Akan tetapi: Si X berpembawaan rambut ikal; janggal jika dikatakan si X
berbakat rambut ikal. Si Y berpembawaan badan tinggi; janggal jika dikatakan si
Y berbakat badan tinggi”.
Dari contoh tersebut
dapatlah kita mengatakan bahwa kata “bakat” dalam hal ini lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan” yaitu
yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.
Sedangkan kata
pembawaan mengendung arti yang lebih luas; yaitu semua sifat-sifat ciri-ciri,
dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir; termasuk juga pembawaan
keturunan.
4. Macam-macam
Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a. Macam-macam
pembawaan
1) Pembawaan
Jenis
Tiap-tiap manusia biasa
diwaktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk
badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya
semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis
makhluk lain.
2) Pembawaan
Ras
Dalam jenis manusia
pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk
pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras. Seperti ras Indo
Jerman, ras Mongolia, ras Negro, dan lain-lain. Masing-masing ras itu dapat
terlhat perbedaannya satu sama lain.
3) Pembawaan
Jenis Kelamin
Setiap manusia yang
normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing:
laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula perbedaan
sikap dan sifatnya terhadap dunia luar. Tetapi dalam hal ini kita hendaklah berhati-hati
dalam mencari perbedaan sifat antara kedua jenis kelamin itu.
4) Pembawaan
Perseorangan
Kecuali
pembawaan-pembawaan tersebut di atas, tiap-tiap orang (individu) memiliki
pembawaan yang bersifa individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap
individu- meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya- masing-masing mempunyai
pembawaan watak, intelijensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda.
Jadi tiap-tiap orang mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-lainan.
Dari uraian tersebut
diatas nyatalah bahwa pembawaan – terutama pembawaan keturunan- sebagian besar
menampakkan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis) dan sebagain lagi dalam
pemabwaan rohaniah (psikis). Tentu saja pembawaan keturunan yang bersifat fisis
lebih terlihat dengan nyata dari pada pembawaan keturunan yang bersifat
kejiwaan atau psikis.
b. Beberapa
macam pembawaan tersebut diatas yang paling banyak ditentuka oleh keturunan
ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan
tersebut dapat dikatakan sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan
tetapi pada pembawaan perseorangan, pengaruh lingkungan adalah penting. Banyak
sifat-sifat pembawaan perseorangan yang alam pertumbuhannya lebih ditentukan
oleh lingkungannya. Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam
pertumbuhannya lebih ditentukan oleh pembawaan ketururnan antara lain ialah:
a) Konstitusi
tubuh.
b) Cara
bekerja alat-alat indra.
c) Sifat-sifat
ingatan dan kesanggupan belajar.
d) Tipe-tipe
perhatian, intelijensi kosien (I.Q) serta tipe-tipe intelijensi.
e) Cara-cara
berlangsungnya emosi-emosi yang khas
f) Tempo
dan ritme perkembangan.
ð Lingkungan
1. Macam-macam
Lingkungan
Sartain (seorang ahli
psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dilmaksud dengan lingkungan (environment)
ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
Menurut Sartai
lingkungan alam dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
a. Lingkungan
alam/luar (external or physical environment),
Yang dimaksud dengan
lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan
manusia.
b. Lingkungan
dalam (internal environment),
Yang dimaksud dengan
lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Akan
tetapi makanan yang sudah ada dalam perut kita, kita katakan berada antara
external dan internal environment kita.
c. Lingkungan
sosial/masyarakat (social environment).
Yang dimaksud dengan
lingkungan sosial ialah seemua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada
yang tidak langsung.
Masing-masing dari
kita, terutama dalam hal kepribadian kita adalah hasil interaksi antara gen-gen
dan lingkungan sosial kita, karena interaksi ini maka tiap-tiap orang adalah
unik, tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu
sama lain.
2. Bagaimana
individu berhubungan dengan lingkungan?
Allport merumuskan
kepribadian maniusia itu sebagai berikut: “ Kepribadian adalah organisasi
dinamis dari pada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”.
Dari definisi tersebut
jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu
keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya
dengan lingkungannya. Kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan
sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan ciri-ciri
kegiatannya, menyataka diri dengan khas dalam menyesuaikan dirinya ddengan
lingkungannya.
Dalam arti yang luas
menyesuaikan diri itu berarti:
a. Mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penesuaian autoplastis).
b. Mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri
alloplastis)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Manusia
adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Teori mengenai perkembangan manusia meliputi
teori nativisme, teori empirisme dan teori konvergensi.Pembawaan ialah seluruh
kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat
pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat
diwujudkan (direalisasikan).
2.
Baik pembawaan maupun pengalaman
atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu.
Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir
maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan
faktor eksogen.Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori
yang dikemukakan oleh William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh
para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern
merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum
perkembangan yang lainnya.
B.
Saran
Dengan
terselesainya makalah ini, seseorang diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembentukan karakter
baik orang dewasa maupun anak-anak, karena faktor pembawaan dan lingkunganlah
yang bisa membentuk kepribadian seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Ngalim. Psikologi Pendidikan.
Cet.XIV; Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1998.
Ahmadi,
Abu. Psikologi Umum. Cet.III;
Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003.
http://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-psikologi-manusia-pembawaan-dan-lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar