Senin, 09 November 2015

makalah manusia dan perkembangannya

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Bagaimana manusia berkembang dibicarakan secara mendalam dalam psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembangan manusia. Dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat beberapa pendapat mengenai faktor perkembangan manusia.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana manusia dan perkembangannya?
2.      Apa faktor pembawaan dan lingkungan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui manusia dan perkembangannya.
2.      Untuk mengetahui fa.ktor pembawaan dan lingkungan



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Manusia Dan Perkembangannya
Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan dalam segi psikologik. Mengenai faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapat bermaca-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lain, bahkan ada yang bertentangan satu dengan yang lain. Teori-teori perkembangan tersebut ialah:
1.         Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan dapat dikataan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhauer (Bigot, Kohstamm, Palland, 1950).
Teori ini lebih jauh dapat menimbulkan suatu pendapat bahwa untuk menciptakan suatu masyarakat yang baik, langkah yang dapat diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik tidak diberi kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Tapi ternyata teori ini tidak dapat diterima ileh ahli-ahli lain, ini terbukti dengan adanya teori-teori lain diantaranya seperti yang dikemukakan oleh William Stem.
2.         Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamnnya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya, karena itu peranan pendidikan dalam hal ini sangat besar, pendidklah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Karena itu aliran atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering dikenal dengan teori “tabularasa”, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
3.         Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari kedua teori tersebut di atas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern. Menurut W. Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu, perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalam dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen.Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori yang dikemukakan oleh W. Stern-lah merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh W. Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu di sampung adanya hukum-hukum perkembangan yang lain. Di Indonesia teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara:
“ Tentang hubugan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu tarik menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai perlu tidaknya tuntunan di dalam tubuhnya manusia, samalah keadannya dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangakan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu walaupun dasarnya baik, tak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik dari pada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Kihajar Dewantara, 1962).
B.       Faktor Pembawaan dan Lingkungan
Faktor endogen ialah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktopr eksogen. Apa saja gfaktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor-faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya putih, hitam ataui coklat, bagaimana keadaan rambutnya, pirang, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang nereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel.
Faktor pembawaab yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih, bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya warna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Disamping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan sifat psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hyocrates dan Galenus, yang menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (sstruktur kejasmanian)dengan sifat psikologik dari individu yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa tipe temperamen dari manusia, yaitu “sanguinicus, flegmaticus, cholericus, melancholicus”. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa pada individu ada bagian yang dpaat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat diubah inilah yang bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat. Bakat bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah terjadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi saja.
Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat-bakat tersebut. Karena itu, untuk dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, yang mendukung, di sinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Karena itu, langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk dapat mengetahui bakat seseorang umumnya digunakan tes bakat (aptitude test) seperti telah dipaparkan di muka.
Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan:
·         Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim, dsb. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu. Misalnya daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
·         Lingkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan masyarakat ini ada interaksi individu satu dengan individu lainnya. Keadaan individupun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi:
a.       Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan dimana terdpaat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu dengan yang lain saling kenal dengan baik. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
b.      Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan dengan anggotanya agak longgar. Pada umumnya antara anggota satu dengan anggota lainnya tidak saling mengenal. Karena itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat kompleks dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam psikologi sosial.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal-balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.         Individu menolak atau menentang lingkungan.
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, akibat banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengaruh dari lingkungan itu, sehinggaorang tidak menerima begitu saja.
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi, individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.
2.         Individu menerima lingkungan.
Dalam hal ini keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian, individu akan menerima lingkungan itu.
3.         Individu bersikap netral.
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo” terhadap lingkungan.
ð  Pembawaan
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).
1.      Struktur Pembawaan
Di samping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan menyatakan diri dari perwujudannya (dari potential ablity menjadi actual ablity), kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti: potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata intelijensi yang baik, dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak. Jadi sifat-sifat dalam pembawaan itu tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari yang lain. Sifat-sifat yang bermacam-macam dalam pembawaan itu merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi dengan seorang manusia tertentu.
Sifat-sifat pembawaan atau kesanggupan-kesanggupan yang termasuk dalam struktur pembawaan itu tidak semuanya dapat berkembang atau menunjukkan diri dalam perwujudannya. Ada pula sifat-sifat yang tetap terpendam, tetap tinggal, latent atau tersembunyi; jadi tetap tinggal sebagai kemungkinan saja, yang tidak dapat mewujudkan diri.
Adapun yang menyebabkan perkembangan sifat-sifat pembawaan itu sehingga menjadi wujud (actual ability) atau tetap tinggal terpendamnya suatu sifat pembawaan (potential ability), ialah faktor-faktor dari luar (umpamanya karena tidak mendapat kesempatan atau latihan atau pengajaran yang cukup) maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya konstitusi badan yang demikian rupa sehingga tidak memungkinkan berkembangnya sifat-sifat pembawaan itu.
2.      Pembawaan dan Keturunan
Dimuka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.
Semua yang dibawa oleh si anak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya; jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaiknya, semua yang diperoleh karena keturunan adalah dapat dikatakan pembawan; atau lebih tepat lagi pembawan keturunan.
Sebuah contoh sebagai penjelasan: seorang anak yang mempunyai kepandaian dan kecakapan tentang seni musik. Ia pandai dan lekas mempelajari segala sesuatu tentang seni musik itu. Ada kemungkinan besar bahwa kesanggupan yang dipunyai si anak benar-benar merupakan sifat-sofat pembawaannya; jadi memang dia berpembawaan atau berbakat sen musik. Tetapi apakah pembawaanya tentang seni musik itu juga adalah diperoleh karena turunan, belum dapat ditentukn dengan pasti.
3.      Pembawaan dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu- pembawaan dan bakat- adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umunya dalam buku-buku psikologi kita dapati kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Titik berat perbedaannya terletak pada luas pengertiannya; yang satu mengandung oengertian yang lebih luas dari pada yang lain. Dengan contoh berikut agaknya menjadi lebih jelas: “ Si A berpembawaan musik, dapa juga dikatakan si A berbakat musik. Si B berpembawaan ilmu pasti dapat juga dikatakan si B berbakat ilmu pasti. Akan tetapi: Si X berpembawaan rambut ikal; janggal jika dikatakan si X berbakat rambut ikal. Si Y berpembawaan badan tinggi; janggal jika dikatakan si Y berbakat badan tinggi”.
Dari contoh tersebut dapatlah kita mengatakan bahwa kata “bakat” dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan” yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.
Sedangkan kata pembawaan mengendung arti yang lebih luas; yaitu semua sifat-sifat ciri-ciri, dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir; termasuk juga pembawaan keturunan.  
4.      Macam-macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a.       Macam-macam pembawaan
1)      Pembawaan Jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2)      Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras. Seperti ras Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro, dan lain-lain. Masing-masing ras itu dapat terlhat perbedaannya satu sama lain.
3)      Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing: laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula perbedaan sikap dan sifatnya terhadap dunia luar. Tetapi dalam hal ini kita hendaklah berhati-hati dalam mencari perbedaan sifat antara kedua jenis kelamin itu.
4)      Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan tersebut di atas, tiap-tiap orang (individu) memiliki pembawaan yang bersifa individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap individu- meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya- masing-masing mempunyai pembawaan watak, intelijensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda. Jadi tiap-tiap orang mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-lainan.
                        Dari uraian tersebut diatas nyatalah bahwa pembawaan – terutama pembawaan keturunan- sebagian besar menampakkan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis) dan sebagain lagi dalam pemabwaan rohaniah (psikis). Tentu saja pembawaan keturunan yang bersifat fisis lebih terlihat dengan nyata dari pada pembawaan keturunan yang bersifat kejiwaan atau psikis.
b.      Beberapa macam pembawaan tersebut diatas yang paling banyak ditentuka oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan tersebut dapat dikatakan sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi pada pembawaan perseorangan, pengaruh lingkungan adalah penting. Banyak sifat-sifat pembawaan perseorangan yang alam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh lingkungannya. Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh pembawaan ketururnan antara lain ialah:
a)      Konstitusi tubuh.
b)      Cara bekerja alat-alat indra.
c)      Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar.
d)     Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (I.Q) serta tipe-tipe intelijensi.
e)      Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas
f)       Tempo dan ritme perkembangan.
ð  Lingkungan
1.      Macam-macam Lingkungan
Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dilmaksud dengan lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
Menurut Sartai lingkungan alam dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
a.       Lingkungan alam/luar (external or physical environment),
Yang dimaksud dengan lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia.
b.      Lingkungan dalam (internal environment),
Yang dimaksud dengan lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Akan tetapi makanan yang sudah ada dalam perut kita, kita katakan berada antara external dan internal environment kita.
c.       Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial ialah seemua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung.
Masing-masing dari kita, terutama dalam hal kepribadian kita adalah hasil interaksi antara gen-gen dan lingkungan sosial kita, karena interaksi ini maka tiap-tiap orang adalah unik, tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.
2.      Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan?
Allport merumuskan kepribadian maniusia itu sebagai berikut: “ Kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”.
Dari definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat, kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya, menyataka diri dengan khas dalam menyesuaikan dirinya ddengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
a.       Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penesuaian autoplastis).
b.      Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri alloplastis)














BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Teori mengenai perkembangan manusia meliputi teori nativisme, teori empirisme dan teori konvergensi.Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
2.      Baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen.Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut, teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lainnya.
B.     Saran
Dengan terselesainya makalah ini, seseorang diharapkan mampu  berpartisipasi dalam pembentukan karakter baik orang dewasa maupun anak-anak, karena faktor pembawaan dan lingkunganlah yang bisa membentuk kepribadian seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Cet.XIV; Jakarta: PT Remaja                   Rosdakarya, 1998.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Cet.III; Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2003.
http://aprileopgsd.wordpress.com/2013/05/23/makalah-psikologi-manusia-pembawaan-dan-lingkungan.



Tidak ada komentar: