Selasa, 03 November 2015

Cerita Hikmah dalam kehidupan: Anak Burung Rajawali Dan Anak Ayam

Cerita Hikmah dalam kehidupan:
Anak Burung Rajawali Dan Anak Ayam
Alkisah, seekor burung rajawali baru saja bertelur. Ranting-ranting kering yang dibuatnya telah menjadi tempat yang aman bagi telur-telur  yang hendak ditetaskannya. Namun ternyata, angin kencang yang tertiup sanggup menggoyahkan sarang burunh rajawali tersebut sehingga mengakibatkan salah satu telurnya menggelinding jatuh ke dasar bukit. Lucunya, telur ini tidak pecah dan berhenti tepat di sebuah jerami di mana seokor ayam betina tengah mengerami telurnya. Akhirnya setelah sekian lama dierami, menetaslah telur burung rajawali ini bersama dengan telur ayam lainnya.
Lalu dipeliharalah anak burung rajawali ini oleh sang induk ayam.dikarenakan menetas bersama dengan anakayam lainnya, anak burung rajawali ini pun merasa dirinya sebagai anak ayam. Hingga satu ketika, ia melihat seekor burung rajawali dengan gagahnya terbang di langit cakrawala yang luas.
Anak burung rajawali ini pun berdecak kagum, “Duhai alangkah gagahnya burung rajawali itu. Andai saja aku bisa terbang seperti layaknya dia, pasti aku akan merasa senang sekali memandang desa ini daei ketinggian di atas sana.”
Tapi, anak-anak ayam yang lain menjawab, “Sudahlah, kamu ini hanya bermimpi. Kita kan anak ayam, mana mungkin bisa terbang seperti burung rajawali?”
Akhirnya, anak burung rajawali hanya mampu menatap ke arah langit dengan pandangan kosong.
Keesokan harinya, di tengah-tengah kegiatannya mencari makan bersama anak ayam lainnya, akan burung rajawali ini kembali melihat sepasang burung rajawali terbang tinggi bermain-main di udara dengan asyiknya. Kemudian, anak burung rajawali ini pun kembali berdecak kagum, “Sungguh senang bisa berda di atas sana. Andai saja aku bisa terbang seperti layaknya dia, bermain-main di langit luas sambil membentangkan sayap dengan penuh wibawa. Aku pasti akan menaklukkan seluruh wilayah ini.”
Tapi, kembali anak-anak ayam yang lain tertawa dan menjawab, “Hai, kamu ini masih saja bermimpi! Kita ini kan anak ayam, mana mungkin bisa melanglang buana seperti burung rajawali? Sudahlah, kubur saja mimpi indahmu itu dan sadari keadaan kita sebagai anak ayam!”
Demikianlah, sebulan berturut-turut anak rajawali ini memandang ke langit biru. Tatapan kagumnya pada seekor burung rajawali yang terbang menyapu cakrawala luas tidak pernah terhenti. Namun, dia pun tidak pernah mampu terbang ke langit karena merasa dirinya sebagai anak ayam, padahal sesungguhnya dia adalah seekor anak rajawali.

Hikmah Cerita:
Karakter seseorang sebagian besar terbentuk dari lingkungan yang ditinggalinya. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,. “bergaul dengna tukang minyak wangi akan ikut berbau harum, tetapi bergaul dengan tukang besi akan ikut berbau bakaran.” Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih lingkungan pergaulan yang baik. Bergaullah dengan para ulama, niscaya dengan mudah kita aka dapat memperoleh nasihat-nasihat dan ilmu yang bermanfaat. Akan tetapi, jika bergaul dengan para penjahat, pejudi, dan pemabuk niscaya dengan mudah pula mengikuti perbuata-perbuatan tercela mereka.
Cerita di ats memberikan gambaran untuk memiliki prinsip dalam hidup. Jangan terpengaruh oleh hal-hal yang negatif di sekitar kita. Jangan pernah dekat dengan orang-orang pesimis dan selalu memandang negatif dalam hidup ini. Hasilnya akan seperti anak burung rajawali tersebut. Andai saja dia mau berusaha terbang seperti terbangnya burung rajaawali yang telah dilihatnya, niscaya akan dapat terbang dan mendapat dirinya bukan sebagai anak ayam, melainkan sebagai anak burung rajawali.
Itulah sebabnya, apa yang sudah dicita-citakan maka jalankanlah itu semua dengan penuh ketaqwaan kepada Allah. Perkuat cita-cita dengan mendekati para ulama dan para salihin kareana itu akan sangat membantu perkembangan karakter menjadi lebih baik. Sempurnakan ikhtiar dan ikhlaskan hasilnya hanya kepada Allah.

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar: