Senin, 09 November 2015

makalah BELAJAR DAN BERFIKIR

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
        Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman yang selalu melibatkan kerja otak.
       Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.  Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
       Kesiapan psikologis menyangkut kemampuan individu untuk memahami situasi belajar yang dihadapi serta kemampuan mengabaikan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar yang dihadapinya serta memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari. Ini berarti bahwa individu yang telah siap belajar telah menunjukkan dorongan yang kuat untuk memulai belajar dan memilih tujuan yang jelas.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian belajar dengan berfikir?
2.      Bagaimana proses belajar dan berfikir?
3.      Bagaimana manfaat belajar dan berfikir dan cirri-ciri belajar?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian belajar dengan berfikir.
2.      Mengetahui proses belajar dan berfikir.
3.      Mengetahui manfaat belajar dan berfikir dan cirri-ciri belajar.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Mengetahui pengertian, proses, ciri-ciri, dan  manfaat belajar dan belajar
2.      Dapat dijadikan sebagai bahan belajar.
3.      Menambah khazanah ilmu pengetahuan.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar dan Berfikir
       Belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku ditimbulkan, diubah, atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (atau rangsangan yang terjadi). Proses belajar tidak hanya meliputi perilaku motorik, tetapi juga berfikir. Belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman yang bisa mempengaruhi tingkah laku organisme itu.
       Sesuai dengan hukum Gestalt bahwa manusia belajar secara menyeluruh, maka proses belajar yang terutama melibatkan proses berfikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secaa keseluruhan, baru ke detail atau bagian-bagiannya. Tetapi dalam belajar yang melibatkan aktivitas motorik justru harus dimulai dengan detail dulu, selanjutnya digabungkan menjadi keterampilan yang menyeluruh.
       Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.

B.     Proses Belajar dan Berfikir
1.    Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu.
a)   Waktu Istirahat
   Kalau sedang mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak atau proses yang panjang, dan dilakukan sebagian-sebagian, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk jeda atau beristirahat. Pada waktu istirahat sebaiknya tidak banyak kegiatan yang terkait atau masih berhubungan dengan hal yang dipelajari itu sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan.  Jadi, kalau sedang belajar Matematika, jangan berfikir tentang Matematika ketika istirahat, kalau sedang belajar Sejarah lupakan sejenak pelajaran Sejarah. Istirahat menghindari kejenuhan otak sehingga proses belajar itu lebih efektif.
b)   Pengetahuan tentang Materi yang Dipelajari Secara Menyeluruh
   Dalam mempelajari sesuatu lebih baik kalau kita pelajari dulu materi atau bahan yang ada secara keseluruhan, baru setelah itu pelajari secara seksama bagian-bagiannya. Tetapi, untuk melakukan hal itu, ddiperlukan kemampuan berfikir menyeluruh  yang relatif  tinggi.
c)Pemahaman terhadap Materi yang Dipelajari
   Kalau kita mempelajari sesuatu, tanpa pemahaman, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya dua orang disuruh menghafalkan puisi berbahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris. Akibatnya, bahan yang sama akan dihafal jauh lebih cepat oleh orang yang pertama.
d)  Pengetahuan akan Prestasi Sendiri
   Kalau tiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui mana-mana yang masih salah (untuk dierbaiki) dan mana-mana yang sudah betul, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus. Seringnya sudah benar, tapi kemudian diubah sehingga jadi tidak benar, sementara yang salah malah dibiarkan salah. Dengan kata lain, pengetahuan akan prestasi sendiri akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.
e)Transfer
   Pengetahuan kita mengenai ha-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, bisa mengetahui proses belajar. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat  positif, kalau hasil belajar masa lalu mempermudah proses belajar yang sekarang, begitu pula sebaliknya.

2. Proses berfikir dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu.
a)Berfikir Asosiatif
Berfikir asosiatif yaitu proses berfikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan fikiran dalam proses berfikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jadi berfikir ini disebut juga belajar avergen (menyebar) atau kreatif,
Jenis-jenis berfikir asisiatif adalah;
1)   Asosiasi bebas: suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaiut hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya beberapa ide, misalnya tentang rsetoran, dapur, nasi, anak yatim yang  belum sempat diberi makan, atau apa saja.
2)   Asosiasi terkontrol: suatu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu saja. Misalnya, ide untuk membeli mobil akan merangsang ide-ide lain, misalnya tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya.
3)   Melamun: mengkhayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis. Misalnya berkhayal jadi Superman atau jadi Putri Salju.
4)   Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang muncul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang  terlupakan pada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat. Mimpi bisa merupakan kilas balik peristiwa-peristiwa masa lalu, namun bisa juga merupakan harapan-harapan yang tidak terpenuhi, atau bahkan sama sekali tak bermakna. Sigmund Freud pakar psikoanalisis, menilai mimpi sangat penting karena berisi dorongan-dorogan alam bawah sadar yang tidak dimunculkan dalam keadaan sadar karena dilarang oleh “ super ego”.
5)    Berfikir artistic: merupakan proses belajar yang sangat subjektif. Jalan fikiran sangat dipengaruhi ileh pendapat dan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Hal ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya. 

b)      Berfikir  Terarah
Ini adalah jenis berpikir yang lain, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Proses berpikir seperti ini juga disebut sebagai berpikir konvergen.

3.   Penggunaan Simbol dalam Berpikir
       Proses berpikir selalu menggunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal di lingkungan luar, ataupun yang ada pada diri kita sendiri dalam alam pikiran kita. Kata " buku " adalah simbol yang mengartikan tumpukan kertas yang disusun menjadi satu. Orang yang pandai,berpengalaman, banyak membaca atau bergaul, mempunyai lebih banyak kosa kata yang disimpan dalam memorinya.
       Selain kata-kata, bentuk-bentuk simbol yang digunakan oleh manusia adalah angka-angka, simbol-simbol matematika, simbol tanda lalulintas, not musik, mata uang, dan lain-lain. Simbol adalah suatu lambang yang digunakan manusia sesuai kesepakatan bersama yang disebut kebudayaan, dianggap mewakili suatu hal tertentu.

4.   Strategi Berpikir
       Telah dikatakan bahwa berpikir terarah diperlukan dalam pemecahan persoalan-persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi.  Ada dua strategi umum dalam memecahkan persoalan yaitu:
a)   Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.
b)   Strategi detailistis: di sini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba  dipecahkan bagian demi bagian.
       Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat terlihat hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian cara ini lebih efisien dan cepat, dan terutama berguna saat waktunya terbatas. Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
a)   Set: Cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan peda persoalan-persoalan yang berikutnya. Pola yang sama untuk memecahkan persoalan yang berbeda disebut set. Seperti yang sudah dikatakan diatas, tidak semua persoalan bisa dipecahkan dengan set yang sudah terbentuk. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama jika orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
b)   Sempitnya pandangan: Seringkali dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena dia tidak bisa melihat jalan keluar yang lainnya. Dalam psikologi sosial, ada yang dinamakan "group think", yaitu suatu proses berpikir yang sudah demikian diyakini oleh suatu kelompok tertentu sebagai suatu pandangan atau cara yang terbaik sehingga mereka tidak memerlukan pandangan atau cara lain.
C.    Manfaat Belajar dan Berfikir  dan Ciri-ciri Belajar
1. Manfaat Belajar dan Berfikir 
       Sebagai makhluk berpikir dengan pemikiran yang terus berkembang. Belajar membuat kegiatan berpikir berlangsung terus dan memungkinkan manusia dapat bergerak maju.
       Cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada), kata Renne Descartes, sang pencetus filsafat modern. Dan karena manusia berpikir, maka manusia mampu belajar. Betapa pentingnya kegiatan belajar dan berpikir ini sampai-sampai manusia melembagakannya dalam bentuk sekolah atau institusi pendidikan.
       Belajar bukan cuma dialami mereka yang duduk di bangku sekolah. Siapa saja butuh pembelajaran. Namun, seperti yang diakui banyak orang, kegiatan belajar tak selalu mulus dilaksanakan. Selalu saja ada halangan dan godaan yang menghalangi kita untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
       Mood atau suasana hati menjadi faktor terpenting saat kita belajar. Upayakan selalu mood yang positif untuk belajar, misalnya saja dengan menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai karakter kita. Mulailah menentukan sendiri prioritas nilai dan prinsip kita. Jangan biarkan siapa pun mendikte kita dalam belajar. Pusatkan perhatian terhadap apa yang telah kita percayai tersebut dan kerjakan dulu prioritas-prioritas yang telah kita tentukan sendiri.
       Memahami orang lain dengan baik akan membuat orang lain dapat memahami kita. Cobalah mengandalkan diri kita dalam posisi orang lain yang kita ajak berargumen/berdiskusi. Pikirkan argumen yang paling pas untuk teman diskusi kita.
       Kerapkali kita kurang menangkap sebuah pelajaran, terutama dari sebuah bahan bacaan/buku. Apabila tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, kita dapat mencari cara lainnya selain membaca ulang bahan tersebut. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen, teman sekantor, atau dengan siapa saja yang dianggap bisa diajak berbagi. Mereka mungkin memberi kita pemahaman yang lebih baik.
       Jangan ragu menantang terus diri kita untuk memahami lebih banyak lagi masalah. Belajar akan menjadi kegiatan yang “membangkitkan adrenalin” dan terasa mengasyikan, bahkan bukan mustahil ide-ide cemerlang akan kita ciptakan.

2. Ciri-ciri Belajar
a)   Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
b)   Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c)   Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d)  Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.










BAB II
PENUTUP
A.     Simpulan
1.   Belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku ditimbulkan, diubah, atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang.
2.   Proses belajar dapat dipengarui oleh beberapa factor yang menyebabkan setiap orang berbeda dalam proses belajarnya. Sedangkan berfikir terbagi dua, yaitu berfikir asosiatif dan berfikir terarah.
3.   Manfaat belajar sangat besar, di antaranya adalah dapat menjadikan manusia bergerak dan berkembang ke arah yang lebih maju.

B.     Saran
       Belajar dan berfikir merupakan dua hal yang sangat urgen bagi manusia. Untuk itu setiap orang harus memaksimalkan kemampuan belajar dengan berfikirnya, dan khususnya bagi mahasiswa harus mengetahui dan mengatur pola belajar dan berfikir agar dapat menjadi manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT.       RajaGrafindo Persada, 2009.
Syah, Muhibin,  Psikiologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.


Tidak ada komentar: