Senin, 09 November 2015

makalah: PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN KALIMAT (KALIMAT MAJEMUK)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).  Sebagai bagian terkecil dari teks, kalimat berstatus sebagai dasar wacana yang bersangkutan. Artinya, wacana barulah mungkin terbentuk jika ada kalimat yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan tertentu.
Berkenaan dengan hal itu, pengenalan secara lebih seksama dan terpercaya terhadap kalimat sudah selayaknya bertolak dari bagian awal setiap wacana atau setidak-tidaknya dari bagian awal setiap paragraf atau alinea. Kalimat majemuk merupakan jenis kalimat yang dilihat dari strukturnya, artinya kalimat ini susunannya terdiri dari minimal dua buah kalimat tunggal yang digabungkan menjadi sebuah kalimat dengan menggunakan kata penghubung.

B.     Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian kalimat majemuk?
2.   Apa saja jenis-jenis kalimat majemuk?
3.   Bagaimana pola pembentukan kalimat majemuk?

C.    Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui pengertian kalimat majemuk.
2.   Untuk mengetahui jenis-jenis kalimat majemuk.
3.   Untuk mengetahui pola pembentukan kalimat majemuk.

D. Kegunaan  Penulisan
1.   Mengetahui pengertian, jenis-jenis, dan pola kalimat majemuk.
2.   Dapat dijadikan sebagai bahan belajar.
3.   Menambah khazanah ilmu pengetahuan.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi atau kata penghubung. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
           
B.  Jenis-jenis Kalimat Majemuk
1.      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan beberapa kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu tidak kehilagan unsur-unsurnya.
Kalimat majemuk setara diberi nama sesuai dengan jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Pada garis besarnya, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga, yaitu:

a)Kalimat  Majemuk  Setara Sejalan
Sebuah  kalimat  majemuk  setara sejalan, kalau arti kalimat itu digabungkan itu tidak berlawanan atau pengertiannya sejalan.
b)      Kalimat Majemuk Setara Berlawanan
Sebuah kalimat majemuk setara berlawanan kalau terdapat pertentangan arti di antara kalimat-kalimat yang digabungkan.
c)      Kalimat Majemuk Setara Penunjukan
Kalimat majemuk setara penunjukan ialah bagian kalimat yang satu menunjuk kembali bagian kalimat yang lain.

2.      Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang unsur kalimatnya sama dielipskan. Jadi, menentukan kalimat majemuk rapatan dilihat dari segi ada dan tidaknya unsur yang dielipskan atau yang dirapatkan. Kalau ada beberapa kalimat tunggal mempunyai kesamaan unsur, maka kalimat tunggal itu dapat digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan menuliskan/menyebutkan satu kali unsur-unsur yang sama itu. Kalimat majemuk yang terjadi karena prroses penggabungan yang demikian itu disebut kalimat majemuk rapatan. Kalimat majemuk rapatan terdiri dari kalimat majemuk sama subjek, kalimat majemuk sama predikat, kalimat majemuk sama objek, dan kalimat majemuk sama keterangan.

3.      Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. 

4.      Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya berkedudukan setara atau bertingkat. Sebuah kalimat disebut kalimat majemuk campuran bila kalimat itu terdiri minimal tiga pola kalimat dan kedudukan pola-pola kalimatnya tidak sama, yaitu ada yang setara dan ada yang bertingkat.
Kalimat majemuk campuran bisa berupa dua pola kalimat berkedudukan setara dan satu pola kalimat berkedudukan bertingkat. Bisa pula berupa dua pola kalimat berkedudukan bertingkat dan satu pola kalimat berkedudukan setara.
Dengan demikian, kalimat majemuk campuran minimal terdapat dua pola atasaan (induk kalimat) dan satu pola bawahan (anak kalimat), atau minimal terdapat dua pola bawahan dan satu pola atasan.
C.     Pola Pembentukan Kalimat Majemuk
                  1.      Kalimat majemuk setara
a.       Kalimat majemuk setara menggabungkan dibentuk dengan cara menggabungkan atau merangkaikan dua kalimat tunggal atau lebih dengan menggunakan kesenyapan antara tanda koma (,) dan kata tugas (misalnya : dan, sesudah itu, karena itu).
K1 = Awan menghitam di langit.
K2  = Angin sama sekali tak terasa.
K3  = Bururng-burung pulang ke sarangnya.
Kalimat = Awan menghitam di langit, angin sama sekali tak terasa, dan burung-burung pulang ke sarangnya.
b.      Kalimat majemuk setara memilih dibentuk dengan cara menggabungkan atau merangkai dua kalimat tunggal atau lebih dengan menggunakan kata tugas yang menyatakan pemilihan (misalnya kata atau). Contoh:
K1 = Kau menerima lamarannya.
K2 = Kau akan menjadi perawan tua.
Kalimat = Kau menerima lamarannya atau kau akan menjadi perawan tua.
c.       Kalimat majemuk setara penunjukan dibentuk dengan menggabungkan dua kalimat tunggal yang memiliki hubungan sebab akibat. Contoh:
K1 = Dia sedang sakit.
K2 = Dia tidak ikut bertanding.
Kalimat = Dia sedang sakit, karena itu dia tidak ikut bertanding.

                  2.      Kalimat Majemuk Rapatan
a.       Kalimat majemuk rapatan sama subjek dibentuk dengan cara mengelipskan atau menghilangkan atau merapatkan unsur subjeknya (yang sama). Contoh:
K1 = Benteng itu ditembaki.
K2 = Benteng itu dibom bertubi-tubi.
K3 = Benteng itu diratakan dengan tanah.
Kalimat = Benteng itu ditembaki, dibomi bertubi-tubi, dan diratakan dengan tanah.
b.      Kalimat majemuk rapatan unsur predikat dibentuk dengan cara mengelipskan atau menghilangkan atau merapatkan unsur predikatnya (yang sama). Contoh:
K1 = Sawahnya digadaikan.
K2 = Pekarangannya digadaikan.
K3 = Rumahnya digadaikan.
Kalimat = Sawahnya, pekarangannya, dan rumahnya digadaikan.
c.       Kalimat majemuk rapatan unsur objek dibentuk dengan cara mengelipskan atau menghilangkan atau merapatkan unsur objeknya (yang sama). Contoh:
K1 = Ayah menulis surat itu.
K2 = Ibu mengirimkan surat itu.
Kalimat = Ayah menulis dan ibu mengirimkan surat itu.
d.      Kalimat majemuk rapatan unsur keterangan dibentuk dengan cara mengelipskan atau menghilangkan atau merapatkan unsur keterangannya (yang sama). Contoh:
K1 = Adik menimba air di sumur.
K2 = Kakak mencuci pakaian di sumur.
Kalimat = Adik menimba air dan kakak mencuci pakaian di sumur.
Atau = Di sumur adik menimba air dan kakak mencuci pakaian.

                  3.   Kalimat Majemuk Bertingkat
a.       Kalimat majemuk bertingkat pengembangan subjek dibentuk  dengan cara memperluas atau mengembangkan unsur yang yang menduduki jabatan subjek dalam kalimat tunggal. Wujud pola kalimat (baru) yang merupakan hasil perluasan unsur subjek disebut anak kalimat atau pola baawahan (perluasan subjek).
b.      Kalimat majemuk bertingkat pengembangan predikat dibentuk dengan cara memperluas atau mengembangkan unsur yang menduduki fungsi predikat dalam kalimat tunggal. Wujud pola yang merupakan hasil perluasan unsur predikat disebut anak kalimat atau pola bawahan (perluasan predikat).
c.       Kalimat majemuk bertingkat pengembangn objek dibentuk dengan memperluas atau mengembangkan unsur yang menduduki jabatan objek dalam kalimat tunggal. Wujud pola kalimat yang merupakan hasil perluasan unsur objek disebut anak kalimat atau pola bawahan (perluasan objek).
d.      Kalimat majemuk bertingkat pengembangan keterangan dibentuk dengan cara memperluas atau mengembangkan unsur yang menduduki fungsi keterangan dalam kalimat tunggal. Wujud pola kalimat yang merupakan hasil perluasan unsur keterangan disebut anak kalimat atau pola bawahan (perluasan keterangan).
Contoh:        Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.
Unsur kemarin diganti dengan kalimat: Ketika matahatri mulai condong ke barat.
- Kedatangnnya disambut oleh rakyat ketika matahari mulai condong ke barat.

                  4.   Kalimat Majemuk Campuran
a.    Menggabungkan dua kalimat majemuk setara dan satu kalimat majemuk bertingkat.
b.   Menggabungkan dua kalimat majemuk bertingkat satu kalimat majemuk setara.
Contoh:
1.   Saiful  bermain dengan Ivan. (kalimat tunggal 1)
2.   Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.   Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Kalimat: Saiful bermain dengan Ivan, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)











BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
1.   Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk terdiri dari induk kalimat (pola atasan) dan anak kalimat (pola bawahan).
2.   Kalimat majemuk terdiri atas: (1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk rapatan, (3) kalimat majemuk bertingkat, dan (4) kalimat majemuk campuran.
3.   Pola pembentukan kalimat majemuk yaitu dengan cara menggabungkan dua kalimat atau lebih dengan menggunakan kata penghubung yang sesuai agar terbentuk kalimat majemuk yang tepat.

B.   Saran
Kalimat majemuk selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Untuk itu perlu adanya pengetahuan dan pemahaman tentang kalimat majemuk, khususnya pola kalimat majemuk  agar bisa menggunakannya dengan baik (secara lisan) dan tidak terjadi kesalahan dalam membuat sebuah kalimat majemuk (dalam bentuk tulisan).
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Maimunah, Siti Annijat.2011.  Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Maliki Press.
Meliono, Anton M. dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Tidak ada komentar: