BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Alam
semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang
dan waktu dimana semua energi dan
materi berpadu. Alam semesta, kadang disebut alam
raya atau mayapada. Terjadinya
alam semesta telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Dari waktu ke waktu,
sejalan dengan perkembangan akal pikiran manusia yang diikuti oleh kemajuan
teknologi, pandangan terhadap alam semesta semakin luas.
Terbentuknya alam
semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat manusia. Sejauh perkembangan
teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat membuktikan secara
empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi bagi alam
raya. Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya. Maka walaupun manusia dengan susah payah mencari-cari bagaimana terbentuknya
alam semesta sering terhalang
keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat
terikat dengan pengetahuan apriori yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya
sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.
Awal mula, manusia
berpandangan bahwa alam semesta terbentuk dalam mitos. Menurut bangsa Mesir Purba, alam raya ini dikuasai Dewi Langit Nut yang tubuhnya
bertaburan bintang, memayungi alam raya sambil menopang langit agar tidak
runtuh menekan bumi. Setiap malam dia menelan matahari dan memuntahkannya di pagi hari. Di
antara pagi dan malam hari matahari berlayar di langit dengan menggunakan
perahu. Selain dewi Nut di bawahnya berkuasa Dewa Udara Syu, di bawah lagi ada
Dewa bumi Geb.
Sedangkan
kepercayaan bangsa Babilonia,
bumi merupakan pusat alam semesta. Bumi adalah sebuah gunung yang memiliki rongga di bawahnya dan ditopang oleh suatu samudera. Di
atas bumi ada angkasa yang
melengkung, berdiri tegak di antara perairan bawah dan perairan atas samudra, yang
kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
Pada
zaman kebangkitan pada abad ke 17, pandangan orang
Eropa mengenai asal usul kehidupan dibentuk oleh
ajaran dalam Perjanjian Lama pada Kitab Genesis. Dalam kitab ini berisi
ajaran tentang bumi yang mirip dengan pandangan orang
Babilonia. Bedanya bahwa di atas `langit ada suatu tempat yang disebut Surga yaitu tempat
Tuhan Yang Maha Esa bertakhta, sedangkan dibawah bumi terdapat suatu tempat
yang disebut Neraka.
Seiring dengan waktu
mitos tersebut tergusur dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan cara
berpikir manusia membuat para ilmuwan merumuskan teori mengenai terbentuknya
alam semesta. Bagaimana
konsepsi para ilmuwan tentang penciptaan alam
semesta? Konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantungpada tingkat
kecanggihan alat-alat dan sarana observasinya, dan bergantung pada tingkat
kemajuanfisika itu sendiri.
Dalam makalah ini penulis membahas teori-teori tentang pembentukan alam semesta ditinjau dari pandangan barat juga pandangan Islam yaitu menurut Alquran.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kelahiran alam semesta dalam perspektif Islam ?
2. Bagaimana
kelahiran alam semesta menurut alamiah modern ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
kelahiran alam semesta dalam perspektif Islam
2. Mengetahui
kelahiran alam semesta menurut alamiah modern
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelahiran
Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad
yang lalu.Al Quran mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan
keagamaannya. Beberapa fakta yang
baru dapat diungkap dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah
dalam Al Quran empat belas abad yang lalu.
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti yang memberikan
informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.
Kenyataan bahwa dalam Al Quran tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu
pengetahuan modern adalah hal penting,
karena keasesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah ” firman Allah”.
A. Al Qur’an surat
Fussilat (41:11) yang artinya: ” Kemudian Dia menuju langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ” Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: ”Kami datang dengan suka hati”. Kata asap dalam ayat tersebut
menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan
partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada tempratur yang
tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
B. Dalam Al Quran
surat Al-Anbiya (21:30) disebutkan ”Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya.Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” . Matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar
keliling sumbuhnya sejak berjuta-juta tahun. Dalam proses perputarannya dengan
kecepatan tinggi itu, maka terhamburkan bingkah-bingkahan yang akhirnya menjadi beberapa benda
angkasa termasuk
bumi. Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah
lingkaran matahari, semangkin lama semangkin bertambah jauh,
hingga masing-masingnya menempati garis edarnya yang
sekarang. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu
yang hanya diketahui oleh Allah S.W.T
C. Surat Adz
Dzaariyaat (51:47) ” Dan langit, dengan kekuasaan Kami,Kami bangun dan Kami
akan memuaikannya selebar-lebarnya”. Teori Big Bang
juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus menerus dengan
kecepatan maha dahsyat yang di umpamakan mengembangnya permukaan balon yang
sedang ditiup ,yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat
ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya (21:104) ”(Yaitu) pada hari Kami
gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana Kami
telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”
D. Dalam surat
Al-Sajda (32:4) yang artinya : ”Allah lah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa...” . Uraian penciptaan
langit dan bumi dan apa-apa yang ada antara keduanya, terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat 9,10 dan 12. yang
perincian tafsirannya sebagai berikut: Tahapan pertama penciptaan bumi 2 rangkaian waktu, tahapan kedia
penyempurnaan aparat bumi 2 rangkaian waktu, tahap ketiga penciptaan (angkasa
raya) dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu. Jadi terbentuknya alam raya ini
terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam
masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan
enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya,
sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:[1][17]
1.
Masa I (ayat
27): Penciptaan
Langit Pertama Kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari
ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun
lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari
meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan
tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk
ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika
temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah
helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain
berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infrared. Perubahan wujud hidrogen
ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan
sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan,
menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan
yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi.
Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian
dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga).
Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian
yang kosong dan bagian yang terisi.
2. Masa II
(ayat 28): Pengembangan dan Penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan
bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan
alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan
langit terlihat makin tinggi.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big
bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang,
melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek
doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam
ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung.
Sebelum
langit itu disempurnakan, keadaanyya masih primitif dan masih sempit atau belum
meluas[2][18]. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta
ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
3.
Masa III (ayat 29): Pembentukan
Tata Surya Termasuk
Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan
malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat
ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang
berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan
seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit
Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya
ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur
yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya Lain halnya
dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan
kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah
bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena
Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar
(sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan
akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
4.
Masa IV (ayat 30): Awal Mula Daratan
di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat
diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat
Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
Sedang
dalam Surat Nuh ayat 9, “Dan Allah
menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan”.
Bumi dijadikan hamparan. Meskipun tidak licin, tetapi sudah memenuhi
syarat-syarat untuk bekerja/berfungsi sebagaimana mestinya dan sudah memenuhi
syarat hidup bagi makhluk biologis dan botanis.[3][19]
5.
Masa V (ayat 31): Pengiriman
Air ke
Bumi Melalui Komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum
terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi
dari tidak ada air menjadi ada air.
Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet
kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini
kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet,
adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada
komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada
Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk,
kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
6. Masa VI
(ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung
dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah
penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah
hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi,
usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat
masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat
10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya”.
B. Kelahiran Alam
Semesta Menurut Alamiah Modern
1.
Teori Bintang Kembar
Menurut
teori ini, dahulu matahari merupakan bintang kembar. Kemudian bintang
kembarannya meledak menjadi kepingan-kepingan. Karena pengaruh gaya gravitasi
bintang yang tidak meledak (matahari), maka kepingan-kepingan itu bergerak
mengitari bintang tersebut dan menjadi planet-planet[4][11].
Adapun
alasan dari pendapat ini adalah karena setelah penelitian terhadap tata surya
lain ternyata ada tata surya yang memiliki bintang kembar, oleh karena itu
Lyttleton, seorang astronom Inggris beranggapan bahwa tata surya kita terbentuk
dari proses meledaknya bintang kembar. Teori ini mempunyai kelemahan karena berdasarkan analisis matematis yang
dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa momentum anguler dalam sistem
tatasurya yang ada sekarang ini tidak mugkin dihasilkan oleh peristiwa tabrakan
dua buah bintang.
Beberapa sumber mengatakan penggagas teori bintang kembar
adalah Fred Hoyle (1915-2001) yang mengemukakan pendapatnya pada tahun 1956.
Namun, tidak sedikit pula sumber-sumber terpercaya yang mengatakan bahwa
pencetus teori bintang kembar adalah Lyttleton,
seorang astronom Inggris. Dan Fred Hoyle juga menggagas teori lain
tentang tata surya, yaitu teori kedaan tetap (steady-state) yang menganggap
alam semesta ini tidak berawal dan tidak berakhir. Teori
ini diagung-agungkan para materialis di abad ke-19, termasuk
Ludwig Freuerbach (1804-1872). Menurut pendapatnya, hanya alamlah yang
ada, manusia juga termasuk alam. Dia menganggap bahwa jiwa ada setelah materi,
jadi psikis manusia merupakan salah satu gejala dari materi yang ada[5][12].
2.Teori Nebular
Immanuel
Kant (1749-1827), seorang ahli filsafat berkebangsaan Jerman membuat suatu
hipotesis tentang terbentuknya tata surya pada tahun 1755. Menurut teori ini, jagad raya berasal dari
gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan dan memadat karena adanya gaya
tarik-menarik dan tolak-menolak, dari bagian-bagiannya terbentuklah pada
pusatnya sebuah inti. Bagian inti atau
tengah kabut itu menjadi gumpalan gas yang kemudian membentuk matahari, dan
bagian kabut di sekelilingnya menjadi planet, satelit dan benda-benda langit
lainnya.
Seorang
ahli astronomi dan ilmuan fisika dari Perancis, Pierre Simon de Laplace
mengemukakan teori yang hampir serupa dengan teori Immanuel Kant pada tahun
1796. Menurut Laplace, tata surya berasal dari kabut panas yang terus berputar
sehingga membentuk gumpalam kabut, yang pada akhirnya bentuknya menjadi bulat
seperti bola.[6][13] Akibatnya, bola tersebut memepat pada
kutubnya, dan melebar pada bagian equatornya. Kemudian massa gas pada
equatornya mejauhi gumpalan inti dan membentuk cincin-cincin yang melingkari
inti tersebut. Dalam waktu yang lama, cincin-cincin tersebut berubah menjadi
gumpalan padat yang kemudian membentuk planet-planet dengan satelitnya dan
benda langit lainnya. Sedangkan inti kabut tetap berbentuk gas berpijar yang
kemudian disebut sebagai matahari.
Persamaan
kedua teori diatas terletak ada materi pembentuk tata surya, yaitu kabut
(nebula), sehingga teori tersebut bisa disebut dengan teori kabut atau teori
nebula. Teori kabut ini telah dipercaya orang selama
kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah banyak ditinggalkan karena tidak
mampu memberikan jawaban-jawaban kepada banyak hal atau masalah di dalam tata
surya dan juga karena munculnya banyak teori baru yang lebih memuaskan.[7][14]
3.Teori Tidal Atau Teori Pasang Surut
Teori
ini dipopulerkan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891)
yang keduanya dari Inggris. Menurut teori ini, gaya tarik bintang yang besar
pada permukaan matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang
surutnya air laut di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu yang
menjorok ke arah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk
gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu
membeku dan kemudian membentuk planet-planet.
Teori
ini menjelaskan mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian
ujungnya merupakan planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena
pecahan gas dari matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet
iti berbeda-beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih
besar lagi.[8][15]
4.
Teori Terbentuknya Alam Semesta
Alam
semesta terdiri atas mikrokosmos dan makrokosmos
a.
Teori dentuman besar (Big-bag Theory)
Teori ini berlandaskan dari anggota
adanya masa yang sangat besar dan mempunyai berat jenis yang sangat besar,
meledak dengan dahsyat sebagai akibat dari reaksi inti. Kemudian masa berserak
dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Teori ini didukung
oleh pengamatan yang membenarkan bahwa galaksi-galaksi itu memang bergerak
menjauhi titik pusat yang sama. Setelah berjut-juuta tahun, masa yang
berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok galaksi seperti yang terjadi
sekarang ini.
Menurut
teori ini, ada beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta, yaitu
:
·
Masa batas dinding Planck, yaitu masa pada saat alam semesta
berumur 10-43 detik berdasarkan penghitungan Planck
·
Masa Jiffi, yaitu pada saat alam semesta berumur 10-23
detik, dengan jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055
kali kecepatan air
·
Masa Quark, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4
detik. Pada masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak
berstruktur serta diikulti dengan terbentuknya Hadron yang mempunyai kerapatan
109 ton tiap cm3
·
Masa pembentukan Lipton, yaitu masa pada saar alam semesta
berumur setelah 10-4 detik
·
Masa Radiasi, yaitu pada masa saat alam semesta berumur 1
detik sampai satu juta kemudian pada saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi
helium mempunyai suhu 109 derajat Kelvin. Pada saat umur alam
semesta berumur 105 sampai 106 tahun mempunyai suhu 3000
derajat Kelvin
·
Masa pembentukan galaksi, yaitu pada usia alam semesta 108-109
tahun. Pada saat usia ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar
membentuk piringan raksasa
·
Masa pembentukan tat surya yaitu pada usia 4,6 x 109
tahun
b.
Teori Ekspansi dan Kontraksi
Setelah diketahui radial galaksi-galaksi menjauhi umi yang
dihubungkan dengan jarak galaksi-galaksi dengan bumi dari hasil pemotretan
satelit, maka disimpulkan makin jauh jarak galaksi terhadap bumi maain cepat
galaksi tersebut bergerak menjauhi bumi.
Dalam masa ekspansi (mengembang) terbentuklah galaksi-galaksi dan
bintang-bintang. Ekspansi (pengembangan ini) didukung oleh adanya tenaga
yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang akhirnya akan membentuk menyusut dengan
mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi.
Teori dentuman besar maupun teori ekspansi dan kontraksi ternyata mendukung
teori yang menyatakan bahwa partikel yang ada di zaman ini berasal dari
partikel yang ada pada zaman dahulu. Berdasarkan teori ekspansi dan kontraksi
maka dapat diketahui bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
c.
Ahli-ahli Pengamat Makrokosmos
Galileo (1564-1642) ia dapat
mengamati benda-benda makrokosmos dengan teleskop yang diciptakannya.Immanuel
Kant dan Laplace menciptakan teori kondensasi. Teori ini kemudian disempurnakan
oleh Gerald P Kuiper dan CF. Van Wiszacker. Teori kondensasi menyatakan bahwa
semula ada kabut gas dan debu (nebula). Karena dingin menjadi menyusut,
berputar semakin cepat sehingga berbentuk pipih seperti cakram. Kebanyakan
bahan berada ditengah dan membentuk matahari, sedangkan bahan yang keluar
membentuk planet-planet. Andaikata tatasurya tersebut sesuai dengan teori ini,
tentulah alam semesta ini terdapat banyak tata surya.
d.
Ahli-ahli Pengamat Mikrokosmos
Robert Hooke (1665) dengan mikroskop ciptaanya, ia melihat bahwa gabus tersusun
atas gelembung berdinding, mirip sarang lebah yang disebut sel.
Gelembung-gelembung kecil itu berisi bahan kehidupan.
Euglena (organisme bersel tunggal) dapat diamati dengan mikroskop yang
diperbesar 1000 kali. Hasil dari pengamatan itu ternyata dapat diterapkan pada
organisme tingkat seperti manusia. Sehingga proses kehidupan dapat dipelajari.
Freicdrich Miescher(1869) ahli biokimia. Ia mampu memisahkan suatu zat dari
inti sel. Sekarang zat itu dikenal dengan nama asam deoksiri bonykleat (DNA)
yang merupakan mata rantai antara zat bernyawa dan tak bernyawa.
Maurice Wikins (1950) ahli biofisika, meneliti rahasia kehidupan yang
menyangkut
perbanyakan diri atau berkembang, dengan bantuan kristalografi sinar x untuk
mengetahui struktur DNA.
James Waston (1953) ahli biologi dan Prancis Crickahli fisika. Menurut struktur
DNA merupakan pilin rangkap yang terbelah menjadi dua.
Max Perutz dan Jhon Kendrow mereka menganalisis dua protein yaitu mioglobin dan
hemoglobin. Dewasa ini penemuannya berguna untuk memecahkan masalah anemie sel
sabit,yang ternyata disebabka oleh formaso hemoglobin yang tidak normal.
e.
Ahli-ahli yang Meramalkan Umur Alam Semesta
·
Lord Rutherford (1970)
Menurut laju pelapukan zat radioaktif sangat teratur dan ia menyatakannya dalam
waktu penuh. Jika setiap atom uranium melapauk menjadi atom timbul yang stabil
meninggalkan delapan atom helium. Untuk mengetahui umur suatu batuan, kita
tinggal menghitung atau mengukur banyaknya uranium dan helium yang ada didalam
batuan tersebut. Sejak diketemukan isotop radioaktif, umur batuan dapat
ditentukan dengan lebih teliti, dengan cara membandingkan waktu paruh
unsur-unsur isotop radio aktivitas yang terkandung didalam batuan itu.
·
Willard F. Libby (1946)
Menurutnya setiap tumbuhan menghisap
karbon dioksida (CO2) dan secara kimiawi membentuk bagian
strukturnya. Tetapi jika tumbuhan itu mati C14 yang dikandungnya
akan beku dan lapuk secara radioaktif. Karena setiap organisme hidup
mengandung karbon (C) maka metode Libby dapat dipakai untuk menentukan umur
dari makhluk yang pernah hidup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dikemukakan beberapa teori dari beberapa ilmuwan serta dari pandangan Islam
berdasarkan Al Quran. Teori terciptanya alam semesta
meliputi Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory), Teori Dentuman Besar
(Big Bang) Dan Teori Osilasi. Sedangkan pembentukan tata surya
dibahaskan dalam teori bintang kembar, teori nebular dan teori tidal atau
pasang surut.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para
ilmuwan ternyata ilmuwan modern menyetujui bahwa teori dentuman besar (Teori Big Bang)
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai
asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun
perlu disadari bahwa jauh sebelum para ahli mengemukakan teori
Big Bang, ayat- ayat Al Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam
semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
B.
Saran
·
Kepada penulis
hendaknya mengetahui dan memahami cara-cara penulisan sebuah makalah sebelum
membuat sebuah makalah agar lebih baik dalam karyanya
·
Kepada pelajar
hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan tentang kelahiran alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
http://10108602.blog.unikom.ac.id
[1][17] Djamaluddin, Penciptaan
Alam Semesta Melewati Enam Masa, 2011, diakses dari pada tanggal 29 September 2012 pukul 08.09
WIB.
republika.co.id diakses pada Selasa, 25
September 2012 pukul 14.22 WIB.
[6][13] Sukma, Tebentuknya
Tata Surya Menurut Teori, 2011, diaksesa dari www.geounesa-sukma1.blogspot.com
pada 26 September 2012 pukul 13:27 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar