BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Sebelum kita
terlebih mengenal apa itu pendidikan, terlebih dahulu kita terangkan dua
istilah yang hampir sama bentuknya,yaitu paedagogie
dan paedagogiek. Paedagogie
artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Paedagogik
atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan
gejala-gejala perbuatan mendidik. Paedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan
dengan anak-anak.Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat
dan kebudayaannya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogik
berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang
dewasa agaria menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan dapat diartikan sebagai
usaha yang di jalankan oleh seseorang atau kelompokorang lainagar menjadi
dewasa atau mencapai tingkathidup atau penghidupan yang lebihtinggi dalam arti
mental[1].
B.
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA.
Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga di katakan
sebagai lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah
di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak di terima oleh anak
adalah dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Sifat dan tabiat anak sebagian besar di ambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga yang lain[2]. Di lihat dari segi pendidikan keluarga
merupakan satu kesatuan hidup (system sosial).dan keluarga menyediakan situasi
belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (system sosial), keluarga terdiri
dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin,
tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan. Sementara itu, yang
berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat di lihat bahwa
bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada oran tua, baik karena keadaan
jasmaniahnya, maupun kemampuan intelektual,sosial dan moral.
a.
Pengertian keluarga.
Secara
umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri dari atas suami istri dan
anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam kesatuan kelompaok berdasarkan
ikatan tertentu. Secara etimologis, menurut Ki Hajar Dewantara (Abu Ahmadi, Nur
Uhbiyati, 1991) kata keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti “abadi”, yakni “hamba” dan warga
berarti anggota.
Apabila
di tinjau dari sosiologi, keluarga merupakan bentuk masyarakat kecil yang
terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni
kesatuan antara ayah-ibu-anak, merupakan kesatuan kecil dari bentuk kesatuan
masyarakat. Jadi pengertian keluarga adalah suatu kesatuan (unit) di mana
anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit
tersebut.[3]
b.
Fungsi keluarga.
Keluarga
berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai
dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi, dan lingkungan. Demi perkembangan
dan pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik
dan seimbang. M.I. Soelaeman (1944) mengemukakan bebrapa fungsi keluarga yaitu:
fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi proteksi, fungsi religius, fungsi
afektif, fungsi ekonomi, fungsi rekreasi, fungsi biologis.
a.
Fungsi edukasi.
Fungsi
ini berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan anak khususnya dan
pendidikan anggota keluarga lainnya. Fungsi ini sekedar menyangkut
pelaksanaannya, melainkan menyangkut penentuan dan pengukuhan landasan yang
mendasari upaya pendidikan, penyediaan sarana, pengayaan wawasan, yang
berkaitan dengan upanya pendidikan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang
pertama bagi anak, di mana tanggung jawabnya di pikul oleh orang tua sebagai
salah satu unsur tri pusat pendidikan.
b.
Fungsi sosialisasi.
Sosialisasi
dapat di artikan belajar sosial, artinya anak mempelajari nilai-nilai sosial.
Kehidupan anak dan dunianya merupakan suatu kehidupan dua dunia yang utuh,
terpaduh dan di hayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial
berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan keluarga bertugas
tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian yang utuh namun
juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan
masyarakatnya, dengan pembiasan nilai-nilai, norma-norma, sosial yang berlaku
dalam masyarakat.
c.
Fungsi proteksi (perlindungan)
Dengan
fungsi ini keluarga berfungsi sebagai tempat peroleh rasa aman, nyaman, damai
dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagian batin,
juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
d.
Fungsi afeksi (perasaan)
Fungsi
afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk menumbuh kembangkan rasa cinta
dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya. Selain itu keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi
lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggotanya, sesuai dengan
status peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu.
Fungsi
afeksi di warnai oleh kasih sayang serta kehangatan yang terpancar dari
keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan. Dalam pelaksanaan fungsi
perasaan, yang terpenting ialah bahasa yang di iringi mimik, yang serasi serta
irama yang senada.
e.
Fungsi religius.
Fungsi
ini mendorong keluarga sebagai wahana pembangunan onsang-insang yang beriman
dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, bermoral, berakhlak dan berbudi
pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Untuk melaksanakan fungsi ini
keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan
beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius sehingga dapat di
hayati oleh anggota keluarganya. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah
keagamaan, melainkan menjadi insan beragama, sebagai hamba yang sadar akan
kedudukannya sebagai makhluk yang di ciptakan dan limpahi nikmat tanpa henti,
sehingga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan kehidupannya kepada pengabdian
kepada Tuhan.
f.
Fungsi ekonomi.
Fungsi
ini mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan
material sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis dan rasional.
Fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah, perencanaan serta pemanfaatan dan
pembelajarannya. Pelaksanaan fungsi ekonomi oleh seluruh anggota keluarga
mempunyai kemungkinan menambah saling pengertain, solidaritas dan tanggung
jawab bersama dalam keluarga, serta dengan segalah akibatnya. Semuanya akan
membantu pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga dengan tepat dan wajar.
g.
Fungsi rekreasi.
Dalam
menjalankan fungsi ini, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman,
menyenangkan, ceria, hangat, dan penuh semangat. Menurut M.I Soeleman (1994),
melaksanakan fungsi rekreasi oleh seluruh anggota keluarga sangat ppenting
karena :
·
Memiliki kemungkinan untuk
menggugah keseimbangan kepribadian anggota keluarga.
·
Menghindari atau setidak-tidaknya
mengurangi ketegangan yang akan timbul karena lelah menghadapi persoalan di
tempat kerja yang monoton.
·
Mempermudah munculny kesenangan
lahir batin, saling mengerti, memperkokoh kerukunan dan solidaritas.
·
Menimbulkan rasa tentram,damai
serta kasih sayang keluarga.
·
Menghormati serta memperhatikan
kepentingan masing-masing aggota.
h.
Fungsi biologis.
Fungsi
ini di arahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi
sehat bagi semua anggota keluarganya. Fungsi biologis merupakan kumpulan dari
beberapa fungsi, bermanfaat bagi keluarga supaya mengatur, membina dan
mempersiapkan anggota keluarganya menghadapi berbagai macam tantangan serta
kemampuan-kemampuan untuk tetap hidup di tenga masyarakat[4].
C.
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN
SEKOLAH
Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan yang ke dua. Sekolah di dirikan oleh masyarakat
atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu
memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya. Untuk mempersiapkan anak untuk
hidup cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, yang
telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya
menerima pendidikan dan pengajaran dari keluarganya saja. Maka dari itulah,
masyarakat atau negara mendirikan sekolah.
Guru sebagai
pendidik adalah lain dari orang tua. Guru menerima tugasnya dan kekuasaan
sebagai pendidik dari pemerintah atau negara. Ia di angkat dan ai tunjuk serta
di tetapkan oleh pemerintah. Guru adalah pendidik adalah pendidik karena
jabatannya. Maka dari itu, sudah sewajarnya pula bahwa kasih sayang guru
terhadap murid-muridnya tidak akan sedalam kasih sayang orang tua terhadap
anaknya. Tambah pula, hubungan guru dengan anak didiknya bersifat
sementara,tidak tetap. Guru sering berganti-ganti dan berpindah-pindah,
demikian pula muridnya.selain tiap tahun berganti, juga jumlahnya juga banyak.
Kehidupan pergaulan di sekolah sifatnya lebih lugas. Di sekolah harus ada
ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus di jalankaan oleh
tiap-tiap murid dan guru.pergaulan antara anak-anak sesamanya dan anak-anak
dengan guru lebih bersifat objektif dari pada pergaulan di dalam lingkungan
keluarga yang diliputi oleh suasana kasih sayang yang sejati . suasana di
seklah lebih mendekati suasana kerja daripada suasana bermain-main.
Di dalam
sekolah, pertanggung jawabannya lebih menitik beratkan pada pendidikan intelek
(menambah pengetahuan anak) serta pendidikan (skiils) yang berhubungan dengan
kebutuhan anak itu untuk hidup didalam masyarakat nanti, dan yang sessuai
dengan tuntunan masyarakat pada waktu itu. Tentu saja dalam hal ini guru tidak
boleh mengabaikan begitu saja pendidikan untuk anak-anak didiknya. Sekolah
berkewajiban dan bertanggung jawab atas hasil-hasil pelajaran yang telah di
berikan kepada anak-anak.yang umumnya keluarga tidak dapat memberikan lagi
untuk anaknya.sedangkan pendidkan etika yang di berikan di sekolah merupakan
bantuan pendidikan yang telah di
laksanakan oleh keluarga[5].
D.PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT.
Masyarakat merupakan pendidikan ke tiga atau
pendidikan terakhir bagi anak.. Masyarakat
mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antara sesamanya saling tergantung
dan terikat oleh nilai dan norma yang di patuhi bersama, serta pada umumnya
bertempat tinggal di wilayah tertentu, ada kalanya mereka memiliki hubungan
darah atau memiliki kepentingan bersama.
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki cirri
seperti yang di kemukakan oleh Tirtarahadja dan La Sulo (2000), yaitu :
a.
Ada interaksi antar warga-warganya.
b.
Pola tingkah laku warganya di atur oleh adat istiadat, norma-norma, dan
hokum.
c.
Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya, seperti kesatuan
wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas, serta rasa loyal (kesetiaan).
Kaitan antara masyarakat dengan pendidikan,
menurut Tirtarahadja dan La Sulo (2000),
dapat di tinjau dari tiga aspek, yaitu :
1.
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan, baik yang di kembangkan (jalur
sekolah dan luar sekolah).
2.
Lembaga kemasyarakatan, atau kelompok sosial di masyarakat baik
langsung, maupun tidak langsung, ikut mempunyai perang dan fungsi pendidikan.
3.
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang di rancang,
maupun yang di manfaatkan.
Aspek pertama masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan, menunjukkan bahwa masyarakat berusaha untuk menyelenggarakan
pendidikan.fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan tergantung kepada
perkembangan pada perkembangan masyarakat itu sendiri beserta sumber-sumber
lainnya yang tersedia[6].
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada banyak macam lingkungan pendidikan,Kami dapat
menyimpulkan bahwa antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pendidikan
tidak dapat di pisahkan, di mana keluarga, sekolah maupun masyarakat merupakan
bagian dari pendidikan . pendidikan merupakan bagian dari usaha manusia untuk
memanusiakan dirinya. Dalam pelaksanaan pendidikan perlu di seimbangkan antara
lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat. Apabila salah satunya pincang
ataupun tidak terlaksana dengan baik, maka pendidikan pun tak dapat lancar.
B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini, kami dapat mengetahui
betapa pentingnya hubungan keluarga, masyarakat dan sekolah dalam melaksanakan
sebuah pendidikan, maka dari itu, tingkatkanlah mutu pembelajaran ataupun
ketanggasan anda untuk menyeimbangkan antara pendidikan lingkungan keluarga,
sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Daftar pustaka
Hasbulloh, (14240), Dasar-dasar Pendidikan, Jakatra :
Rajagrafindo persada.
Purwanto, Ngalim, Drs. M., (2003). Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim, Drs. M., (2009). Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sadulloh, Uyoh, Drs., (2010).
Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung :
Alfabeta.
Wen, Sayling, (2003), Masa Depan Pendidikan, Batam : Lucky Publishers.
[1]Hasbullah,
Dasar-dasar ilmu pendidikan, Rajawali
Pers, Jakarta, 2011, Cet.ke-9, Hal.1.
[2]Hasbullah,
Dasar-dasar ilmu pendidikan, Rajawali
Pers, Jakarta, 2011, Cet.ke 9,
Hal.38.
[3] Drs. UYOH SADULLOH, M.Pd., dkk, Pedagogik
(ilmu mendidik), Alfabeta, Bandung (2010), Cet. 1. Hlm. 187.
[4] Drs. UYOH SADULLOH, M.Pd., dkk, Pedagogik
(ilmu mendidik), Alfabeta, Bandung (2010), Cet. 1. Hlm. 192.
[5]DRS. M. NGALIM PURWANTO, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2003, cet .15, hlm. 124-126.
[6] Drs. UYOH SADULLOH, M.Pd., dkk, Pedagogik
(ilmu mendidik), Alfabeta, Bandung (2010), Cet. 1. Hlm. 204.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar