Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Kisah Seorang
Pekerja
Alkisah, pada zaman Malik bin
Dinar, hidplah dua kakak beradik bergama Majusi. Yaitu sebuah agama yang
menyembah api. Mereka telah berpuluh tahun menyembah api hingga kemudian si
adik berkata kepada kakaknya.
“Wahai kakakku, sudah berpuluh
tahun kita menyembah api. Sekarang marilah kita buktikan kalau api membawa
manfaat buat kita? Aku akan memegang api ini. Jika api ini tidak terasa panas
di tanganku, aku yakin kalau api ini sebagai tubuh kita.”
Kakaknya kurang setuju, namun si
adik tetap melakukan keinginannya. Oleh karena itu, dipeganglah api itu, dan
ternyata panas. Si adik langsung menarik kembali tangannya karena khawatir
terbakar. Akhirnya, si adik tidal lagi menyembah api dan datang kepada Malik
bin Dinar. Di sana , ia bertanya tentang islam. Stelah diterangkan oleh Malik
bin Dinar, ia beserta istri dan anak-anaknya bersyahadat memeluk islam. Berbeda
dengan kakaknya yang masih menganut agama Majusi.
Akan tetapi, setelah sebu;an
menjadi muslim, kondisi ekonomi si adik mengalami kemunduran hingga akhirnya ia
tidak memiliki pekerjaan. Bahkan, keluarganya pun sangat kesulitan mendapatkan
makanan. Dengan susauh payah dan tetap gigih berusaha, rezeki yang
diusahakannya tidaak kunjung datang. Hingga tiga hari berlalu dan tibalah pada
hari jumat. Si adik berpakaian rapi untuk sahlat jumat berjamaah di masjid.
Selesai shalat, si adik berdia berdoa kepada Allah sambil menangis.
“Ya Allah, Aku tahu engkau adalah
Allah Maha Penyayang kepada hamba-hambamu. Engakau tidak pernah lalai mengurus
makhlukmu. Berikanlah ya Allah, rezekimu untuk keluargaku agar kami bisa hidup.
Jangan sampai ya Allah, kami jatuh ke dalam dosa meninggalkan agama islam dan
kembali pada agama lamaku.”
Di saat yang sama, istrinya
sedang berda di rumah bersama anak-anaknya. Tiba-tiba, datanglah seorang pemuda
yang tampan membawakan bungkusan untuk suaminya(si Adik).
“Bungkusan untuk apakah ini?”
tanya istri si adik.
“Katakan saja, ini sebagaia upah
suamimu selama tiga hari bekerja,” jawab pemuda yang singkat.
Sang istri kemudia, menaruh saja
bungkusan itu sambil menunggu suaminya pulang dari mesjid. Tidak lama kemudian,
pulanglah suaminya. Diserahkanlah bungkusan itu kepadanya.
“Bungkusan apa ini?” tanya sang
suami.
“Tidak tahu. Tadi ada seorang
pemuda yang memberikannya untukmu. Katanya ini sebagai upahmu bekerja selama
tiga hari terakhir,” jawab istrinya.
Si suami merasa bingung, lalu
membuka bungkusan tersebut. Didapati di dlamnya seribu keping emas hingga
membuat dirinya dan istrinya tercengang.
Lalu, dibawalah emas tersebut ke pasar untuk di jual. Ternyata satu keping
emasnya berhrga seribu dinar. Emas ini adalah emas murni yang nilainya 2 kali
lipat daripada emas biasa yang banyak bereadar pada zaman itu. Maka bertanyalah
pedagang emas.
“Dari mana kau dapatkan emas
ini?”
Si adik lalu menceritakan
kejadian aneh yang baru saja dialaminya hingga kemudian pedagang emas ini
bersyahadat dan memeluk agama islam.singkat cerita, si adik yang keyakinannya
dan ikhlas kepada Allah ini telah membawa kebahagian bagi keluarganya. Allah
swt telah memerikan kepadanya kecukupan karena keikhlasannya ini.
Hikmah cerita
Setiap pekerjaan pasti ada jejak
atau bekasnya. Jika kita akan menempuh 10 km perjalanan, 1 langkah saja kita
berjalan, itu artinya perjalanan kita sudah berkurang 1 meter. Hal utama adalah
setiap ikhtiar yang dilakukan haruus tetap ikhlas pada ketentuan Allah. Selam
tiga hari si adik bekerja, namun hasilnya tidak langsung diterima,. Akan
tetapi, tetap sesungguhnya pekerjaanya itu mendatangkan hasil. Bahkan, Allah
melimpahkan kecukupan pada keluarganya dengn cara yang tidak diduga-duga.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung:
Pustaka Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar