Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Kisah kakak
beradik
Pada suatu masa, hiduplah dua
orang saudara, kakak beradik. Sang kakak adalah seorang yang saleh. Sejak
kecil, hari-harinya lenih benyak dilewati di dalam mesjid. Berzikir, membaca
Al-Quran, dan salat sudah menjadi kebiasaan sang kakak. Namun, tidak demikian
dengan sang adik. Sang adik ialah seorang yang jauh dari mesjid. Sejak kecil,
hidupnya penuh dengan maksiat. Berzina dengan pelacur, berjudi, dan
mabuk-mabukan sudah menjadi kebiasaannya.
Ketika mereka menginjak usia 40
tahun, sang akak berfikir, “Aku selalu hidup dalam kebaikan. Waktuku banyak
kuhabiskan di dalam mesjid. Rasanya aku sekali-sekali mencoba bagaimana rasanya
kehidupan di luar sana. Nanti setelah puas bermain perempuan dan mabuk-mabukan,
aku akan langsung bertobat.” Demikianlah niatan sang kakak untuk menemui
adiknya di rumah pelacuran.
Pada saat yang sama, sang adik
pun sedang berfikir, “Aku selalu hidup dalam kemaksiatan. Waktuku banyak
kuhabiskan di tempat pelacuran. Rasanya, aku ingin sekali merasakan bagaimana
indahnya kehidupan di dalam mesjid. Baiklah, aku akan menemui kakakku di sana.”
Selepas Magrib, berjalalah
keduanya sesuai dengan niatan masing-masing. Hanya saja mereka melalui jalan
yang berbeda sehingga tidak sapai bertemu di jalan. Setibanya di tempat
pelacuran, sang kakak tidak menemukan adiknya. Ketika ditanya ke mana, tidak
ada seorang pun yang tahu. Lalu, sang kakak memutuskan untuk tetap bermain
perempuan dan mabuk-mabukan walau tanpa ditemani adiknya. Demikian pula dengan
sang adik. Ia pun tidak menemukan kakaknya di mesjid. Ketika ditanyakan ke
mana, tidak ada seorang pun yang tahu. Sang adik lalu memutuskan untuk tetap
berzikir dan shalat di dalam mesjid. Saat itulah gempa bumi yang dahsyat
mengguncang. Tapi, karena terlalu nikmatnua bermain perempuan, sang kakak tidak
merasakannya. Begitu pun dengan sang adik, karena sedang merasakan nikmatnya
shalat dan berzikir, ia pun tidak merasakannya. Hingga kemudian robohlah mesjid
dan rumah pelacuran itu.
Peristiwa ini kemudian membuat
heran para penduduk. Mengapa? Karena sang adik selama ini dikenal sebagai orang
yang selalu berbuat maksiat, ternyata ditemukan jasadnya di reruntuhan mesjid
sambil memeluk al-Qur’an. Adapun sang kakak yang selama ini dikenal dengan
orang yang shaleh ternyata, ditemukan jasadnya di reruntuhan rumah pelacuran
dalam keadaan telanjang bersama jasad seorang wanita pelacur.
Hikmah certita:
1. Jangan pernah berbangga hati jika kita menjadi orang banyak
amalnya karena kita tidak mengetahui akhir kehidupan kita.
2. Jangan pernah meremehkan dosa karena kematian kematian tidak
diketahui datangnya, lakukan yang terbaik dalam hidup, jangan bermaksiat, dan
segera bertobat jika kita banyak melakukan dosa.
3. Jangan pernah putus asa jika kita menjadi ahli maksiat karena ampunana
Allah Swt. Sangat luas bagi semua hamba-Nya.
4. Jangan pernah meremehkan orang lain yang berbuat dosa karena
mungkin suatu saat dia bertobat dan mendapat ampunan Allah Swt.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung:
Pustaka Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar