Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Ghibah
Pada suatu kesempatan, seorang
kiai sedang menyampaikan ilmu kepada para santrinya. Setelah ilmu selesai
disampaikan,seorang santri mengucapkan tangannya hendak bertanya. Kiai tersebut
lalu mempersilakannya untuk berbicara.
“Guru sayang ingin tahu bahaya
Ghibah itu seperti Apa. Bisakah, guru memberikan gambaran yang mudah agar kami
mengerti tentang hal ini?”
Kiai itu berfikir sejenak,
kemudian ia menjawab.
“ambillah olehmu seekor ayam yang
sudah mati. Cabutilah seluruh bulunya dan hitung olehmy berapa jumlahnya. Dalam
perjalannya pulang kerumah, tebarkanlah beberapa healay bulunya dijalan yang
kau lalaui itu sampai habis. Setelah itu, kumpulkan kembali bulu-bulu ayam itu besok
pagi dan temuilah aku.”
Santri itu pun menagnguk tanda
mengerti. Lalu, diperbutlah olehnya seperti yang diperintahkan oleh gurunya
tersebut. Dicarilah seekor ayam yang sudah mati, lalu dicabutilah bulunya.
Setelah itu, ia menghitung berapa jumlah bulu yang berhasil diperolehnya. Dalam
perjalanan pulang, ditebarkanlah beberapa helai bulu ayam itu di sepanjang
jalan yang dilaluinya.
Setelah pagi datang, ia pun
bergegas mempersiapkan diri untuk menemui sang guru. Dengan melewati jalan yang
ssma, ia mengumpulkan bulu-bulu ayam yang kemarin ia tebarkan di sepanjang
jalan yang dilaluinya. Tapi, sungguh susah ia melakukannya karena sebagian dari
bulu-bulu ayam itu sudah terbang hilang entah kemana.
Sesampainya ia dikediaman sang
guru, jumlah bulu ayam yang berhasil dikumpulkannya tidak sesuai dengan jumlah
awalnya, berkurang hampir duapertiganya.
“Nah, muridku, bagaimana
keadaanmu hari ini? Dapatkah engkau mengumpulkan seluruh bulu ayam yang kau
tebarkan itu?”
Santri ini menggelengkan
kepalanya, lalu bertanya apa hikmahnya. Sang kiyai menjawab.
“Sesungguhnya begitulah gibah
itu. Walupun engkau sudah menarik kembali gibah itu dari lidahmu, tapi engkau
tidak dapat menghapus seluruh pengaruh dari gibah itu. Sama seperti bulu ayam
yang telah kau sebarkan kemarin, hari ini engkau tidak dapat mengumpulkan
seluruhnya. Karena dua pertiga dari bulu-bulu ayam itu sudah hilang terbawa
angin entah kemana.”
Hikmah cerita
Gibah (bergunjing keburukan orang
lain) itu sifatnya cepat menyebar dan sulit menemukan siapa yang memulai
terlebih dahulu dalam bergibah.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung:
Pustaka Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar