Selasa, 03 November 2015

Cerita hikmah dalam kehidupan: Ghibah

Cerita hikmah dalam kehidupan:
Ghibah
Pada suatu kesempatan, seorang kiai sedang menyampaikan ilmu kepada para santrinya. Setelah ilmu selesai disampaikan,seorang santri mengucapkan tangannya hendak bertanya. Kiai tersebut lalu mempersilakannya untuk berbicara.
“Guru sayang ingin tahu bahaya Ghibah itu seperti Apa. Bisakah, guru memberikan gambaran yang mudah agar kami mengerti tentang hal ini?”
Kiai itu berfikir sejenak, kemudian ia menjawab.
“ambillah olehmu seekor ayam yang sudah mati. Cabutilah seluruh bulunya dan hitung olehmy berapa jumlahnya. Dalam perjalannya pulang kerumah, tebarkanlah beberapa healay bulunya dijalan yang kau lalaui itu sampai habis. Setelah itu, kumpulkan kembali bulu-bulu ayam itu besok pagi dan temuilah aku.”
Santri itu pun menagnguk tanda mengerti. Lalu, diperbutlah olehnya seperti yang diperintahkan oleh gurunya tersebut. Dicarilah seekor ayam yang sudah mati, lalu dicabutilah bulunya. Setelah itu, ia menghitung berapa jumlah bulu yang berhasil diperolehnya. Dalam perjalanan pulang, ditebarkanlah beberapa helai bulu ayam itu di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Setelah pagi datang, ia pun bergegas mempersiapkan diri untuk menemui sang guru. Dengan melewati jalan yang ssma, ia mengumpulkan bulu-bulu ayam yang kemarin ia tebarkan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tapi, sungguh susah ia melakukannya karena sebagian dari bulu-bulu ayam itu sudah terbang hilang entah kemana.
Sesampainya ia dikediaman sang guru, jumlah bulu ayam yang berhasil dikumpulkannya tidak sesuai dengan jumlah awalnya, berkurang hampir duapertiganya.
“Nah, muridku, bagaimana keadaanmu hari ini? Dapatkah engkau mengumpulkan seluruh bulu ayam yang kau tebarkan itu?”
Santri ini menggelengkan kepalanya, lalu bertanya apa hikmahnya. Sang kiyai menjawab.
“Sesungguhnya begitulah gibah itu. Walupun engkau sudah menarik kembali gibah itu dari lidahmu, tapi engkau tidak dapat menghapus seluruh pengaruh dari gibah itu. Sama seperti bulu ayam yang telah kau sebarkan kemarin, hari ini engkau tidak dapat mengumpulkan seluruhnya. Karena dua pertiga dari bulu-bulu ayam itu sudah hilang terbawa angin entah kemana.”

Hikmah cerita
Gibah (bergunjing keburukan orang lain) itu sifatnya cepat menyebar dan sulit menemukan siapa yang memulai terlebih dahulu dalam bergibah.

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar: