Senin, 23 Juni 2014

PENGALAMAN BERHARGA


Aku seorang pemuda berusia 34 tahun yang dibesarkan di antara ayah yang berprofesi sebagai pengawai, ibu yang hanya bekerja di rumah  dan 4 orang bersaudara. Ayah selalu menanamkan prinsip dan norma-norma kebaikan, seperti bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain hingga dala hal-hal yang sederhana. Sementara ibu mencurahkan segala perhatiannya untuk membahagiakan anak-anaknya. Kontribusinya kepada kami sangat banyak, dan ayah adalah sosok pria terbaik untuk dijadikan tempat bersandar dan berlindung.
Kisahku ini bermula ketika aku lulus kuliah. Aku kemudian berangkat ke luar negeri untuk beberapa tahun. Dalam kurun waktu tersebut, ayah dan ibu berusaha mencarikan calon pendamping hidupku. Selama masa liburan, aku pun telah bertunangan dengan wanita pilihan orang tuaku. Kemudian aku berangkat lagi ke luar negeri. Setelah setahun, aku menikah dan memutuskan untuk tinggal di Mesir.
Pada tahun-tahun pertama pernikahanku, aku telah merasakan 2 hal dalam rumah tangga.namun, kemudiankehidupan rumah tanggaku hampir terancam bubar lebih dari sekali. Dalam hal ini, bapak mertuaku berperan dalam menghancurkan fondasi-fondasi rumah tanggaku. Akan tetapi, aku tetap bersabar dan menghormatinya.
Sekarang, setelah melewati masa-masa sulit sepanjang hidup, istriku sadar dan kembali mengurusi rumah tangganya, serta mengerahkan segala usaha demi membahagiakanku. Dan berkat karunia Allah, aku diberi keluasan rezeki yang kemudian aku gunakan untuk keperluan keluarga. Tidak hanya itu, aku bisa memiliki rumah yang sebelumnya tidak pernah aku impikan. Bahkan lebih dari itu, mertuaku yang sering terpuruk hanya bisa mengandalkanku untuk mengeluarkannya dariketerpurukannya itu. prinsip dan norma agamayang diajarkan kepadaku selalu aku junjung tinggi, sampai-sampai aku terbiasa tidak bisa menolak orang yang meminta bantuan dariku.
Aku sebenarnya ingin mengutarakan beberapa saran bagi para pembaca. Saran dan nasehat tersebut aku petik dari pengalaman hidupku yang sederhana dalam rangka berusaha membangun kehidupan rumah tangga yang sukses, yaitu:
1.      Hendaknya suami-istri selalu bersabar dan saling menghargai satu sama lain.
2.      Suami seyogianya menjaga agar jangan sekali-kali mengeluarkan istri dari rumah jika terjadi pertengkaran selama hubungan suami-istri masih terjalin, karena hal itu dapatmempertahankan keutuhan keluarga. Masing-masing pasangan semestinya menyadari bahwa segala yang terjadi dalam rumah tangga merupakan rahasia yang tidak patut diceritakan kepada orang lain, bagaimana dekatnya hubungan mereka.
3.      Tidak terburu-buru mengambil keputusan cerai dan mempertimbangkannya berkali-kali sebelum terlambat,karena pertengkaran antara suami-istri bukanlah akhir dari kehidupan dan masih banyak pilihan yang dapat menggantikan jaln perceraian.
4.      Anda harus memahami bahwa dalam kehidupan berumah tangga tidak ada istilah suami sukses dan istri yang gagal, atau sebaliknya. Tapu, yang ada hanyalah keluarga yang sukses dan keluargayang gagal, dan keberhasilan salah dari keduanya merupakan keberhasilann bagi yang lainnya.
5.      Mestinya setiap pasangan  rela mengorbankan tenaga, harta, waktu, pikiran dan perasaannya serta semua yang ia miliki, dan tidak bakhil untuk membahagiakan pasangan hidupnya.
6.      Masing-masing pihak hendaknya menyadari bahwa ia memiliki kewajiban yang harus dipenuhi sebelum menuntut haknya, karena menuntut hak tnapa melaksanakan kewajiban (sebelum melaksanakannya) akan melemahkan dalih tuntutan dan terkadang dapat menggugurkan haknya.
Inilah sekelumit pengalaman hidupku yang ku petik ketika berjuang menghadapi ancaman kegagalan dalam membina kehidupan tangga guna mewujudkan kesuksesan. Aku berharap ada pihak lain yang menemukan manfaat lain dari apa yang aku kemukakan di atas.

Referensi:
Muthawi Wahab Abdul. 2005. Bunga yang Hilang. Jakarta: Najla Press.


Tidak ada komentar: