Senin, 12 Oktober 2015

filsafat cinta

[filsafat] Cinta [4]

Cinta [4]


Perkenalan kemudian terjadilah,

Ketika banyak orang masih sibuk dengan mempelajari teori-teori,
Ketika banyak orang masih kasak kusuk ingin mengenalnya,
Ketika banyak orang masih tanya sana tanya sini,

Siapa namanya ?
Dimana rumahnya ?
Kesukaannya apa ?
Yang tidak disukai apa ?

Aku sudah mengenalnya,
Aku sudah pernah datang kerumahnya,
Aku sudah tahu apa yang disukainya,
Aku sudah tahu apa yang tidak disukainya,

Dan aku sudah menyampaikan hasratku untuk bersahabat dengannya,
Sesuatu yang sulit?
Sesuatu yang sulit terjadi antara pria dan wanita,
Yaitu ?persahabatan?

Kudatangi taman kehidupan itu,
Kuberhenti di depan bunga mawar merahku,
Dan kudendangkan sajak-sajak persahabatan,


SAHABAT


Tidak kenal Benci,
Tidak kenal Cinta,

Sahabat,
Tidak kenal Marah,
Tidak kenal Dendam,
Tidak kenal Rindu,

Sahabat,
Yang dikenal hanya Kasih,
Yang dikenal hanya Sayang,
Tidak kurang,
Tidak lebih,

Sahabat,
Sulit dicari,
Mudah terpisah,
Mudah berubah,

Sahabat,
Sesuatu yang indah,

Karena??.,
Persahabatan,
Adalah??,
Sesuatu yang ideal.

(Nop.93)


Bagaimana persahabatan itu bukan merupakan sesuatu yang ideal ?
Seandainya ?Persahabatan? itu adalah jembatan,

Sebuah jembatan emas,
Yang membentang antara pegunungan benci dan cinta,
Yang membelah jurang menjadi jurang musuh dan kekasih,
Yang menghubungkan antara aku dan dia,

Maka,
Ketika engkau terjerumus ke dalam jurang yang sebelah kiri,
Jadilah engkau menjadi musuh bagi yang lainnya,
Ketika engkau terjerumus ke dalam jurang sebelah kanan,
Jadilah engkau menjadi kekasih bagi yang lainnya,

Bayangkanlah !
Betapa sulitnya untuk tetap berjalan di atas jembatan emas,
Jembatan ?Persahabatan?.

Ketika kudendangkan nada-nada persahabatan,
Ketika kubacakan sajak keindahan persahabatan,

Kuberharap jatuhnya diriku ke dalam sisi jurang yang sebelah kanan,

Biarlah satu waktu nanti,
bila pintu-pintu pagar sudah terbuka,
Aku akan melontarkan diriku dari jembatan emas ini,
Jatuh kedalam sisi jurang yang sebelah kanan.

Biarlah satu waktu nanti,
Bila kutemukan gerbang diri yang terbuka,
Aku akan melemparkan diriku ke dalam jurang seorang kekasih,

Biarlah satu waktu nanti,
Bila tlah kutemukan kunci pintu diri,
Aku akan menenggelamkan diriku ke dalam lautan cinta,

Jembatan emas telah mengantarkanku ke dalam kebimbangan dan penantian,
Jembatan emas telah menemaniku di dalam kekhawatiran dan penegasan?.

 referensi:



Tidak ada komentar: