KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Hadits Tarbawi yang berjudul “Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Islam”.
Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi
besar Muhammad SAW. Yang mana beliau telah memberikan kita petunjuk
kepada jalan yang benar.
Tak
lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku Dosen kami dalam
pembelajaran mata kuliah Hadits Tarbawi, juga kepada semua teman-teman yang
telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian
makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak
terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada Allah-lah kita
berlindung dan mengharapkan taufiq serta hidayahnya. Amin
Ya Rabbal Almin....
Wallahul Muwafieq ilaa Aqwamith
Thorieq
Wassalamu ‘alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Watampone, 02 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PEMBAHASAN 1
A.
Latar Belakang Masalah 1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan Penulisan 2
D.
Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.
Dasar Pendidikan Islam 3
B.
Tujuan Pendidikan Islam 11
C.
Fungsi pendidikan Islam 17
BAB III PENUTUP 19
A.
Simpulan 19
B.
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dasar
pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktivitas pendidikan,
sedangkan tujuan pendidikan adalah apa yang akan dicapai melalui pendidikan.
Karena dasar dan tujuan pendidikan menyangkut masalah ideal dan fundamental,
maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan komprehensif, serta
tidak mudah berubah karena diyakini memiliki kebenaran yang telah teruji oleh
sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikan landasan
pendidikan itu bersifat relatif dan temporal, maka pendidikan akan mudah
terombang ambing ambing oleh kepentingan dan tuntutan sesaat yang bersifat
teknis dan pragmatis. Setidaknya demikianlah pandangan filsafat pendidikan
esensiaalisme dan perenialisme. Berbeda dengan pendapat tersebut, progresivisme
berpandangan lain. Menurutnya, tidak perlu ada nilai-nilai abadi dan tak perlu
ada perumusan tujuan pendidikan yang langgeng, karena zaman terus berganti
tuntutan masyarakat pun juga berubah, semakin maju (progress).
Terlepas dari
setuju atau tidak setuju dengan kedua pandangan tersebut di atas, pertimbangan
filosofis mengenai dasar dan tujuan pendidikan mutlak diperlukan, mengingat
hakekat pendidikan adalah aktivitas normatif. Dalam hal ini bukan berarti yang
teknis dan pragmatis diabaikan, tetapi pekerjaan teknis dan pertimbangan
pragmatis tidak boleh lepas dari arah dan tujuan yang bersifat
fundamental itu karena kalau
sampai lepas apalagi menyimpang, pendidikan akan kehilangan jati dirinya
sebagai sebuah aktivitas normatif.
Begitu
pentingnya pertimbangan filosofis, Winarno Surachmat dengan nada keras
mengingatkan: “Filsafat pendidikan adalah fundamen untuk melahirkan praksis,
tanpa fundamen itu tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak
berdasar, yang tidak bertujuan, yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai
kebaikan dan kebenaran, yang diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidikan.
Kita tidak
akan memahami ilmu pendidikan Islam kalau kita tidak mengetahui dasar, tujuan
dan fungsi ilmu pendidikan Islam tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana dasar pendidikan
Islam?
2.
Apa tujuan pendidikan
Islam?
3.
Apa fungsi pendidikan
Islam?
C. Tujuan Penulisan
1.
untuk mengetahui dasar
pendidikan Islam.
2.
untuk mengetahui tujuan
pendidikan Islam.
3.
Untuk mengetahui fungsi
pendidikan Islam.
D. Manfaat Penulisan
Dengan keberadaan makalah ini kita dapat meningkatkan
cakrawala ilmu kita tentang ilmu pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah
landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada
tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya
sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan
pencerminan filsafat hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan
suatu bangsa disusun. Dan oleh karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa
itu berbeda karena mereka mempunyai falsafat hidup yang berbeda.
Untuk
menentukan dasar pendidikan, diperluka jasa filsafat pendidikan. Berdasarkan
pertimbangan filosofis (metasifika dan aksiologi) diperoleh nilai-nilai yang
memiliki kebenaran yang meyakinkan. Untuk menentukan dasar pendidikan Islam,
selain pertimbangan filosofis, juga tidak lepas dari pertimbangan teologis
seorang muslim.
Islam sebagai
pandangan hidup yang berdasarkan nila-nilai Ilahiyah, baik yang termuat
dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung kebenaran mutlak yang
bersifat transendental, universal dan eternal (abadi), sehinggga secara akidah
diyakihi oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya
memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimana saja (likuli zamanin wa makanin).
Karena
pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-
nilai tersebut di atas baik dalam
menyusun teori maupun praktik pendidikan. Berdasarkan nilai-nilai yang demikian
itu konsep pendidikan Islam dapat dibedakan dengan konsep pendidikan lain yang
bukan Islam.
Dari sekian
banyak nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadits dapat diklasifikasi
ke dalam nilai dasar atau intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik
adalah nilai yang ada dengan sendirinya bukan sebagai prasyarat atau alat bagi
nilai yang lain. Mengingat begitu banyaknya nilai-nilai yang diajarkan oleh
Islam, maka perlu dipilih dan dibakukan nilai mana yang tergolong nilai
intrinsik, fundanental, dan memiliki posisi paling tinggi. Nilai tersebut
adalah tauhid atau lengkapnya iman tauhid.
Dasar
pendidikan Islam dapat dibedakan kepada: pertama, Dasar ideal, dan kedua,
dasar operasional.
1. Dasar Ideal Pendidikan Islam
Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan
ajaran Islam itu ssendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
Al-Quran dan Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para
ulama dalam bentuk :
a. Al-Quran
Umat sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu
kita suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh
aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar
pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat
hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa
awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam
di samping Sunnah beliau sendiri.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan
Islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran
itu sendiri. Firman Allah:
artinya: “dan kami tidak menurunkan kepadamu
Al-Kitab ((Al-Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka
perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S.
Al-Nahl: 64).
Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil
Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada hakekatnya Al-Quran itu adalah
merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang
kerohanian. Ia pada umumnya ialah merupakan adalah merupakan kitab pendidikan
kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spritual (kerohanian).
Begitu pula Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan
bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumber kepada aqidah
Islamiyah. Menurut beliau lagi, sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak
didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada Al-
Quran dan Al-hadits, maka pendidikan itu bukanlah
pendidikan Islam, tetapi adalah pendidikan asing.
b. Sunnah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah Sunnah
Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan
hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT
menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT:
artinya:
“Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan
teladan yang baik. (Q.S. Al-Ahzab: 21).
Konsep dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad
SAW sebagai berikut: pertama, disampaikan sebagai rahmatan lil ‘alamin, kedua,
disampaikan secara universal, ketiga, apa yang disampaikan merupakan
kebenaran mutlak, keempat, kehadiran, nabi sebagai evaluator atau segala
aktifitas pendidikan, dan kelima, perilaku nabi sebagai figur
identifikasi (uswah hasana) bagi umatnya.
c. Perkataan, Perbuataan, dan Sikap para Sahabat
Pada masa khulafa al-Rasydin sumber pendidikan dalam
Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Quran dan Sunnah juga perkataan,
sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat
diperpegangi karena Allah sendiri di dalam Al-Quran
yang memberikan pernyataan.
Pada sejarahawan mencatat perkataan sikap
sahabat-sahabat tersebut yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam
Islam di antaranya adalah:
a) Setelah Abu Bakar dibai’at menjadi khalifah ia mengucapkan
pidato sebagai berikut:
“Hai manusia, saya telah diangkat untuk mengendalikan
urusanmu, padahal aku bukan orang terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankan
tugasku dengan baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah, betulkanlah
aku, orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah sehingga aku dapat
mengambil hak dari padanya, sedangkan orang yang kamu pandang lemah aku pandang
kuat sehingga aku dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taat kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tidak mentaati
Allah dan Rasul-Nya, kamu tak perlu mentaati aku.
b) Umar bin khattab terkenal dengan sifatnya yang jujur, adil,
cakap, berjiwa demokrasi yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifat-sifat
Umar ini disaksikan dan dirasakan sendiri oleh masyarakat pada waktu itu.
sifat-sifat seperti ini sangat perlu dimiliki oleh
seorang pendidik, karena di dalamnya terkandung
nilai-nilai pedagogis dan teladan yang baik yang harus ditiru.
d. Ijtihad
Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib
berakhir masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan digantikan oleh Dinasti
Ummiyah. Pasa masa ini Islam telah meluas sampai ke Afrika Utara, bahkan ke
Spanyol. Perluasan daerah kekuasan ini diikuti oleh ulama dan guru atau
pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat pendidikan yang tersebar di kota-kota besar
seperti: Makkah dan Madinah, Basrah, Kuffah, Damsyik, Palestina dan Fustat
(Mesir).
Agaknya Al-Auza’i, Abu hanafiah, dan Imam Malik
sebagai imam-imam mujtahid yang telah ada pada waktu itu, merasa perlu untuk
memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat interaksi-interaksi
nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berbeda tersebut dengan menggunakan
ijtihad. Dengan demikian Ijtihad dapat dijadikan sebagai sumber pendidikan,
karena sesuai dengan hikmah Islam.
2. Dasar Operasional Pendidikan Islam
Dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk
sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Langgulung, dasar operasional
dapat dibagi kepada enam macam.
a. Dasar Historis
Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan
hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan
peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
b. Dasar Sosiologis
Dasar berupa kerangka budaya dimana pendidikannya itu
bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan
mengembangkannya.
c. Dasar Ekonomis
Dasar yang memberi perspektif tentang potensi-potensi
manusia, keuangan, materi persiapan yang mengatur sumber keuangan dan
bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
d. Dasar Politik dan Administrasi
Dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar
yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
e. Dasar Psikologi
Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta
didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian
bimbingan dan penyuluhan.
f. Dasar Filosofis
Dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik,
memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua
dasar-dasar operasional lainnya.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Istilah
“tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat
atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris,
istilah “tujuan” dinyatakan dengan “goal atau purpose atau objective
atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang
sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah,
maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas.
Tujuan ini
sendiri, menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin,
tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang
terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha
melalui proses tertentu. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan,
akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang
dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.
Abu Ahmadi
mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi:
1.
Tujuan tertinggi/terakhir
Tujuan ini
bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai
dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan
tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya
sebagai ciptaan Allah, yaitu:
a. Menjadi hamba Allah
Tujuan ini sejalan dnegan tujuan hidup dan penciptaan
manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini
pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya
sedemikian rupa, sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh
penghayatan dan khususan terhadapnya, melakukan seremoni ibadah dan tunduk
senantiasa pada syariat dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan
pendidikan itu diambilkan dari Al-Quran. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia
melainkan untuk menyembah-ku”. (Q.S. Al-Zariat: 56).
b. Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah fi al-Ardh,
yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan
rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya, dan sebagai
konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Ingatkanlah ketika Tuhan berfirman kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (Q.S.
Al-Baqarah:20).
c. Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagian hidup di dunia sampai
akhirat, baik individu maupun masyarakat. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagian) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagian dari
(kenikamatan) duniawi”. (Q.S. Al-Qashash: 77).
Ketiga tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang
satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal ketiga-tiganya
harus dicapai secara bersama melalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.
2.
Tujuan Umum Pendidikan
Islam
Berbeda dengan
tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum
lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang
taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku
dan kepribadian peserta didik.
Dikatakan umum
karena berlaku bagi siapa saja tanpa di batasi ruang dan waktu, dan menyangkut
diri peserta didik secara total.
Pendidikan
adalah upaya pengembangan potensi atau sumber daya insani berarti telah mampu
merealisasikan diri (self realisation), menampilkan diri sebagai pribadi
yang utuh (pribadi muslim). Proses pencapaian realisasi diri tersebut dalam
istilah psikologi disebut becoming, yakni proses menjadikan diri dengan
keutuhan pribadinya. Sedangkan untuk sampai pada keutuhan
pribadi
diperlukan proses perkembangan tahap demi tahap yang disebut proses development.
Tercapainya self
realisation yang utuh itu merupakan tujuan umum pendidikan Islam yang
proses pencapaiannya melalui berbagai lingkungan atau lembaga pendidikan, baik
pendidika keluarga, sekolah atau masyarakat secara formal, non formal maupun
informal.
Kenyataan menunjukkan bahwa baik tujuan
tertinggi/terakhir maupun tujuan umum, dalam praktek pendidikan boleh dikatakan
tidak pernah tercapai sepenuhnya. Dengan perkataan lain, untuk mencapai tujuan
tertinggi/terakhir itu diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir, sedangkan
tujuan umum “realisasi diri” adalah becoming, selama hayat proses
pencapaiannya tetap berlangsung.
Dari sini dalam Islam dikenal konsep pendidikan
sepanjang hayat, sesuai dengan hadits nabi: “ Tuntutlah ilmu dari buaian
sampai ke liang lahat”. Di samping itu dalam pendidikan Islam berlaku pula
konsep pendidikan manusia seutuhnya. Dengan demikian bukan apologi bila
dikatakan bahwa konsep tersebut mendahului konsep yang dewasa ini populer
dengan sebutan long life education.
3. Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi
tujuan tertinggi dan terakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus
bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu
sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpojak
pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. pengkhususan tujuan
tersebut dapat didasarkan pada:
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya
sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan
sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam
merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.
b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subjek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat,
dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran
Al-Karim. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”
Untuk mencapai prestasi sebagaiman yang diharapkan,
kesesuaian tujuan khusus dengan minat, bakat dan kemampuan subyek didik sangat
menentukan.
c. Tuntutan Situasi, Kondisi pada Kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan mempertimbangkan faktor
situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang
memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek
didik; dasar pertimbangan ini sangat penting terutama bagi perencanaan
pendidikan. Mereka harus mengantisipasi masa depan.
4. Tujuan Sementara Pendidikan Islam
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan sementara itu
merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, tujuan operasional dalam bentuk tujuan
pembelajaran yang dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan khusus (TIU
dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan
pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah sudah kelihatan pada pribadi anak
didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada
tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi
tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari
tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.
Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah
barangkali perbedaan yang mendasar tujuan dengan pendidikan Islam dibandingkan
dengan pendidikan lainnya.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting
untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena
pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang
ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang
ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek
pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan
kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik
diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan
Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu
pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah
swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang
dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan
dipahami secara benar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan
Agama Islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik
anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta
seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha
illallah.
2. Memperkenalkan kepada anak
didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan
haram).
3. Menyuruh anak agar sejak dini
dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun
ibadah yang menyangkut hablumminannas.
4. Mendidik anak didik agar
mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
5. Mendidik anak didik agar taat
dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dasar pendidikan Islam; dasar ideal, dan dasar operasional.
a. Dasar ideal; Al-Quran, Sunnah (hadits), Perkataan, perbuatan dan
sikap para sahabat, dan Ijtihad.
b. Dasar operasional; dasar historis, dasar sosiologi, dasar
ekonomi, dasar politik dan administrasi, dasar psikologis, dan dasar filosofis.
2. Tujuan pendidikan Islam;
a. Tujuan tertinggi/terakhir.
b. Tujuan umum.
c. Tujuan khusus.
d. Tujuan sementara.
3. Fungsi pendidikan Islam;
a.
Memperkenalkan dan mendidik
anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt.
b. Memperkenalkan kepada anak
didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan
haram).
c. Menyuruh anak agar sejak dini
dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun
ibadah yang menyangkut hablumminannas.
d.
Mendidik anak didik agar
mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
e. Mendidik anak didik agar taat
dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
B. Saran
Marilah kita bersama-sama terus berjuang demi tercapainya
keinginan negara kita yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Yang
berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sehingga kita bisa menjadi negara
yang maju dan berkembang.
DAFTAR ISI
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam;
Paradigma Humanisme Teosentris. Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. IV. Jakarta:
Kalam Mulia. 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar