Senin, 23 Maret 2015

dasar tujuan dan fungsi pendidikan islam



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah  mata kuliah Hadits Tarbawi yang berjudul “Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam.
Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW. Yang mana beliau telah memberikan kita petunjuk kepada jalan yang benar.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku Dosen kami dalam pembelajaran mata kuliah Hadits Tarbawi, juga kepada semua teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif  guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada Allah-lah kita berlindung dan mengharapkan taufiq serta hidayahnya. Amin Ya Rabbal Almin....
Wallahul Muwafieq ilaa Aqwamith Thorieq
 Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Watampone, 02 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL                                                                                            
KATA PENGANTAR                                                                                             i
DAFTAR ISI                                                                                                             ii
BAB I PEMBAHASAN                                                                                           1
A.    Latar Belakang Masalah                                                                                  1
B.     Rumusan Masalah                                                                                           2
C.     Tujuan Penulisan                                                                                             2
D.    Manfaat Penulisan                                                                                           2
BAB II PEMBAHASAN                                                                                          3
A.    Dasar Pendidikan Islam                                                                                  3
B.     Tujuan Pendidikan Islam                                                                                11
C.     Fungsi pendidikan Islam                                                                                 17
BAB III PENUTUP                                                                                                  19
A.    Simpulan                                                                                                         19
B.     Saran                                                                                                               20
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktivitas pendidikan, sedangkan tujuan pendidikan adalah apa yang akan dicapai melalui pendidikan. Karena dasar dan tujuan pendidikan menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan komprehensif, serta tidak mudah berubah karena diyakini memiliki kebenaran yang telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikan landasan pendidikan itu bersifat relatif dan temporal, maka pendidikan akan mudah terombang ambing ambing oleh kepentingan dan tuntutan sesaat yang bersifat teknis dan pragmatis. Setidaknya demikianlah pandangan filsafat pendidikan esensiaalisme dan perenialisme. Berbeda dengan pendapat tersebut, progresivisme berpandangan lain. Menurutnya, tidak perlu ada nilai-nilai abadi dan tak perlu ada perumusan tujuan pendidikan yang langgeng, karena zaman terus berganti tuntutan masyarakat pun juga berubah, semakin maju (progress).
Terlepas dari setuju atau tidak setuju dengan kedua pandangan tersebut di atas, pertimbangan filosofis mengenai dasar dan tujuan pendidikan mutlak diperlukan, mengingat hakekat pendidikan adalah aktivitas normatif. Dalam hal ini bukan berarti yang teknis dan pragmatis diabaikan, tetapi pekerjaan teknis dan pertimbangan pragmatis tidak boleh lepas dari arah dan tujuan yang bersifat

fundamental itu karena kalau sampai lepas apalagi menyimpang, pendidikan akan kehilangan jati dirinya sebagai sebuah aktivitas normatif.
Begitu pentingnya pertimbangan filosofis, Winarno Surachmat dengan nada keras mengingatkan: “Filsafat pendidikan adalah fundamen untuk melahirkan praksis, tanpa fundamen itu tidak ada pendidikan. Perbuatan pendidik yang tidak berdasar, yang tidak bertujuan, yang tidak disertai dengan keyakinan mengenai kebaikan dan kebenaran, yang diperbuatnya itu bukanlah perbuatan pendidikan.
Kita tidak akan memahami ilmu pendidikan Islam kalau kita tidak mengetahui dasar, tujuan dan fungsi ilmu pendidikan Islam tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana dasar pendidikan Islam?
2.      Apa tujuan pendidikan Islam?
3.      Apa fungsi pendidikan Islam?
C.    Tujuan Penulisan
1.         untuk mengetahui dasar pendidikan Islam.
2.         untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam.
3.         Untuk mengetahui fungsi pendidikan Islam.
D. Manfaat Penulisan
Dengan keberadaan makalah ini kita dapat meningkatkan cakrawala ilmu kita tentang ilmu pendidikan Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan pencerminan filsafat hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan oleh karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa itu berbeda karena mereka mempunyai falsafat hidup yang berbeda.
Untuk menentukan dasar pendidikan, diperluka jasa filsafat pendidikan. Berdasarkan pertimbangan filosofis (metasifika dan aksiologi) diperoleh nilai-nilai yang memiliki kebenaran yang meyakinkan. Untuk menentukan dasar pendidikan Islam, selain pertimbangan filosofis, juga tidak lepas dari pertimbangan teologis seorang muslim.
Islam sebagai pandangan hidup yang berdasarkan nila-nilai Ilahiyah, baik yang termuat dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transendental, universal dan eternal (abadi), sehinggga secara akidah diyakihi oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimana saja (likuli zamanin wa makanin).
Karena pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-

nilai tersebut di atas baik dalam menyusun teori maupun praktik pendidikan. Berdasarkan nilai-nilai yang demikian itu konsep pendidikan Islam dapat dibedakan dengan konsep pendidikan lain yang bukan Islam.
Dari sekian banyak nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadits dapat diklasifikasi ke dalam nilai dasar atau intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang ada dengan sendirinya bukan sebagai prasyarat atau alat bagi nilai yang lain. Mengingat begitu banyaknya nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam, maka perlu dipilih dan dibakukan nilai mana yang tergolong nilai intrinsik, fundanental, dan memiliki posisi paling tinggi. Nilai tersebut adalah tauhid atau lengkapnya iman tauhid.
Dasar pendidikan Islam dapat dibedakan kepada: pertama, Dasar ideal, dan kedua, dasar operasional.
1.      Dasar Ideal Pendidikan Islam
Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu ssendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk :
a.       Al-Quran
Umat sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu kita suci Al-Quran, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar

pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Quran.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam di samping Sunnah beliau sendiri.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam  dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Firman Allah:
artinya: “dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab ((Al-Quran) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Al-Nahl: 64).
Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada hakekatnya Al-Quran itu adalah merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya ialah merupakan adalah merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spritual (kerohanian).
Begitu pula Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumber kepada aqidah Islamiyah. Menurut beliau lagi, sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada Al-

Quran dan Al-hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi adalah pendidikan asing.
b.      Sunnah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah Sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT:
artinya:
“Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik. (Q.S. Al-Ahzab: 21).
Konsep dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: pertama, disampaikan sebagai rahmatan lil ‘alamin, kedua, disampaikan secara universal, ketiga, apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak, keempat, kehadiran, nabi sebagai evaluator atau segala aktifitas pendidikan, dan kelima, perilaku nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasana) bagi umatnya.
c.       Perkataan, Perbuataan, dan Sikap para Sahabat
Pada masa khulafa al-Rasydin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Quran dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat

diperpegangi karena Allah sendiri di dalam Al-Quran yang memberikan pernyataan.
Pada sejarahawan mencatat perkataan sikap sahabat-sahabat tersebut yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam Islam di antaranya adalah:
a)      Setelah Abu Bakar dibai’at menjadi khalifah ia mengucapkan pidato sebagai berikut:
“Hai manusia, saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukan orang terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah, betulkanlah aku, orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah sehingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedangkan orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat sehingga aku dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tak perlu mentaati aku.
b)      Umar bin khattab terkenal dengan sifatnya yang jujur, adil, cakap, berjiwa demokrasi yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifat-sifat Umar ini disaksikan dan dirasakan sendiri oleh masyarakat pada waktu itu. sifat-sifat seperti ini sangat perlu dimiliki oleh

seorang pendidik, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai pedagogis dan teladan yang baik yang harus ditiru.
d.      Ijtihad
Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib berakhir masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan digantikan oleh Dinasti Ummiyah. Pasa masa ini Islam telah meluas sampai ke Afrika Utara, bahkan ke Spanyol. Perluasan daerah kekuasan ini diikuti oleh ulama dan guru atau pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat  pendidikan yang tersebar di kota-kota besar seperti: Makkah dan Madinah, Basrah, Kuffah, Damsyik, Palestina dan Fustat (Mesir).
Agaknya Al-Auza’i, Abu hanafiah, dan Imam Malik sebagai imam-imam mujtahid yang telah ada pada waktu itu, merasa perlu untuk memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat interaksi-interaksi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berbeda tersebut dengan menggunakan ijtihad. Dengan demikian Ijtihad dapat dijadikan sebagai sumber pendidikan, karena sesuai dengan hikmah Islam.
2.      Dasar Operasional Pendidikan Islam
Dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Langgulung, dasar operasional dapat dibagi kepada enam macam.
a.       Dasar Historis

Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
b.      Dasar Sosiologis
Dasar berupa kerangka budaya dimana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.
c.       Dasar Ekonomis
Dasar yang memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
d.      Dasar Politik dan Administrasi
Dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
e.       Dasar Psikologi
Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan.
f.       Dasar Filosofis

Dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.



















B.     Tujuan Pendidikan Islam
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan “goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas.
Tujuan ini sendiri, menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.
Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi:
1.      Tujuan tertinggi/terakhir
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu:
a.       Menjadi hamba Allah

Tujuan ini sejalan dnegan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan khususan terhadapnya, melakukan seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syariat dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambilkan dari Al-Quran. Firman Allah SWT:
Artinya:
Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-ku”. (Q.S. Al-Zariat: 56).
b.      Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Ingatkanlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (Q.S. Al-Baqarah:20).
c.       Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagian hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat. Firman Allah SWT:

Artinya:
“Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagian dari (kenikamatan) duniawi”. (Q.S. Al-Qashash: 77).
Ketiga tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal ketiga-tiganya harus dicapai secara bersama melalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.
2.      Tujuan Umum Pendidikan Islam
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa di batasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi atau sumber daya insani berarti telah mampu merealisasikan diri (self realisation), menampilkan diri sebagai pribadi yang utuh (pribadi muslim). Proses pencapaian realisasi diri tersebut dalam istilah psikologi disebut becoming, yakni proses menjadikan diri dengan keutuhan pribadinya. Sedangkan untuk sampai pada keutuhan

pribadi diperlukan proses perkembangan tahap demi tahap yang disebut proses development.
Tercapainya self realisation yang utuh itu merupakan tujuan umum pendidikan Islam yang proses pencapaiannya melalui berbagai lingkungan atau lembaga pendidikan, baik pendidika keluarga, sekolah atau masyarakat secara formal, non formal maupun informal.
Kenyataan menunjukkan bahwa baik tujuan tertinggi/terakhir maupun tujuan umum, dalam praktek pendidikan boleh dikatakan tidak pernah tercapai sepenuhnya. Dengan perkataan lain, untuk mencapai tujuan tertinggi/terakhir itu diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir, sedangkan tujuan umum “realisasi diri” adalah becoming, selama hayat proses pencapaiannya tetap berlangsung.
Dari sini dalam Islam dikenal konsep pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan hadits nabi: “ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Di samping itu dalam pendidikan Islam berlaku pula konsep pendidikan manusia seutuhnya. Dengan demikian bukan apologi bila dikatakan bahwa konsep tersebut mendahului konsep yang dewasa ini populer dengan sebutan long life education.
3.      Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan tertinggi dan terakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpojak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a.       Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.
b.      Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subjek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Quran Al-Karim. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”
Untuk mencapai prestasi sebagaiman yang diharapkan, kesesuaian tujuan khusus dengan minat, bakat dan kemampuan subyek didik sangat menentukan.
c.       Tuntutan Situasi, Kondisi pada Kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan mempertimbangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang

memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik; dasar pertimbangan ini sangat penting terutama bagi perencanaan pendidikan. Mereka harus mengantisipasi masa depan.
4.      Tujuan Sementara Pendidikan Islam
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, tujuan operasional dalam bentuk tujuan pembelajaran yang dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang mendasar tujuan dengan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.


C.    Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Agama Islam adalah:
1.   Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.
2.   Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).

3.   Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.
4.   Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
5.   Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.













BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Dasar pendidikan Islam; dasar ideal, dan dasar operasional.
a.       Dasar ideal; Al-Quran, Sunnah (hadits), Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat, dan Ijtihad.
b.      Dasar operasional; dasar historis, dasar sosiologi, dasar ekonomi, dasar politik dan administrasi, dasar psikologis, dan dasar filosofis.
2.      Tujuan pendidikan Islam;
a.       Tujuan tertinggi/terakhir.
b.      Tujuan umum.
c.       Tujuan khusus.
d.      Tujuan sementara.
3.      Fungsi pendidikan Islam;
a.       Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt.
b.      Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).
c.       Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.

d.      Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
e.       Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
B.     Saran
Marilah kita bersama-sama terus berjuang demi tercapainya keinginan negara kita yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sehingga kita bisa menjadi negara yang maju dan berkembang.













DAFTAR ISI
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme Teosentris. Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. IV. Jakarta: Kalam Mulia. 2004.

Tidak ada komentar: