Sabtu, 19 April 2014

ilmu tauhid


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ASAL MULA MUNCULNYA ILMU TAUHID”
 Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW. Yang mana beliau telah memberikan kita petunjuk kepada jalan yang benar.
Tugas ini diberikan kepada kami sebagai tugas mata kuliah ILMU TAUHID dan diharapkan nantinya dapat membantu dosen pengajar dalam menyampaikan materi kuliah di ruangan.
Akhir kata, perkenankanlah kami memohon do’a restu atas makalah ini. Dan hanya kepada Allahlah kita berlindung dan mengharapkan taufiq serta hidayahnya.
Wallahul Muwafieq ilaa Aqwamith Thorieq
 wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

                                                                                        
Watampone, 15 Oktober 2013
                                                                             

Penulis





DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR..................................................................................... ...... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ...... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.  Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B.   Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.  Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A.     Asal Mula Munculnya Ilmu Tauhid........................................................... 3
B.   Sebab-Sebab Munculnya Ilmu Tauhid....................................................... 5
BAB III PENUTUP................................................................................................ 15
A.     Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.     Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ...... 16









                                                               BAB I         
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Ilmu tauhid biasanya disebut juga ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran Salaf dan ahli Sunnah. Ilmu tauhid ini juga mempunyai beberapa nama lain, yaitu ilmu kalam yang di dalamnya mempelajari Kalam Allah, ilmu ushuluddin yang membahas tentang prinsip-prinsip agama Islam, dan juga ilmu aqidah atau ilmu aqo’id yang membicarakan tentang kepercayaan Islam.
Sebenarnya akidah itu hanya satu, yaitu meyakini tentang ke-esaan Allah, dan adanya pembalasan dari yang maha ghaib. Rasul-rasul itu diutus oleh Tuhan ialah untuk memurnikan kembali akidah yang telah rusak dibawa oleh arus perkembangan zaman. Oleh karena tidak ada lagi nabi sesudah Muhammad, maka ulamalah yang akan memikul tugas yang berat ini.
Kita tidak akan memahami ilmu tauhid secara utuh, kalau tidak mempelajari asal mula munculnya ilmu tauhid serta faktor-faktor atau sebab-sebab yang mendorong timbulnya ilmu tauhid. Sebab ilmu tauhid sebagai ilmu yang berdiri sendiri, belum dikenal pada masa Nabi sendiri maupun pada masa Sahabat. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas asal mula munculnya ilmu tauhid dan  sebab-sebab munculnya ilmu tauhid, yaitu sebagai pengantar untuk memahami ilmu tauhid secara utuh.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana asal mula munculnya ilmu tauhid ?
2.      Apa sebab-sebab munculnya ilmu tauhid ?
C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui asal mula munculnya ilmu tauhid.
2.      Untuk mengetahui sebab-sebab munculnya ilmu tauhid.












BAB II
PEMBAHASAN
A.     Asal Mula Munculnya Ilmu Tauhid
sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan prinsip teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan kedangkalan ukhuwah dalam perilaku perebutan singgasana kekuasaan,bermula dari Peristiwa wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tanggal 8 juni 632 M melahirkan suatu perjuangan keagamaan dan politik dalam masyarakat islam sehingga mengakibatkan timbulnya perpecahan di kalangan umat islam. Perpecahan ini mulai memanas sejak Khalifah Utsman bin Affan mengambil kebijakan  mengangkat anggota keluarganya untuk menduduki posisi dalam struktur politik dan jabatan penting, sehingga sebagian  besar masyarakat islam tidak senang dengan kebijakan tersebut. Puncaknya adalah saat Khalifah Utsman bin Affan terbunuh saat sedang membaca Al-Qur’an dirumahnya.
Setelah khalifah ustman terbunuh maka kembali diumumkan pergantian kekhalifahan selanjutnya yang berpacu pada penolakan muawiyyah atas terpilihnya Ali bin abi Thalib. Ketegangan antara keduanya mengobarkan sebuah peperangan yang disebut perang siffin dan merupakan perang saudara pertama dalam islam yang dengan pertempuran utama terjadi dari tanggal 26-28 Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam), akan tetapi dengan kesigapan nilai ukhuwah maka peperangan ini dapat diakhiri dengan keputusan tahkim (abitetrase), dan dalam tahkim terdapat persoalan-persoalan yang merugikan pihak Ali bin abi Thalib karena menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash utusan dari pihak Muawiyyah dalam tahkim yang mengakibatkan misintrepetasi dari sebagian tentara Ali, karena telah memutuskan persoalan dengan tahkim sebagai akhir dari sebuah pilihan. Hal inilah yang mengakibatkan perpecahan dari kubu Ali bin abi thalib sehingga banyak diantara yang semula berpihak pada Ali kemudian terpecah dan keluar dari barisan militer ali bin abi Thalib, keputusan hanya datang dari Allah dan harus kembali pada hukum dan ketetapan Allah yang ada dalam Al-qur’an . La hukma illa Allah (tidak ada perantara selain Allah)  Hal ini tidak hanya mempunyai implikasi politik yang tajam, tetapi juga meningkat kepada persoalan-persoalan teologi.












B.  Sebab-sebab Munculnya Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid atau bisa juga disebut dengan ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang berdiri sendiri yang belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW, maupun pada masa Sahabat-Sahabtnya. Akan tetapi, baru dikenal pada masa berikutnya setelah ilmu-ilmu ke-Islaman yang lain satu persatu muncul dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan alam ghaib (metafisika). Kita tidak akan mendapat memahami persoalan-persoalan ilmu tauhid sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu tauhid tersebut, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya.
Faktor itu sebenarnya banyak, akan tetapi dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari dalam (intern) dan faktor-faktor yang datang dari luar (extern), karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan Islam.
1.    Sebab-sebab Munculnya Ilmu Tauhid dari Segi Intern
Adapun sebab-sebab munculnya ilmu tauhid yang datang dari dalam (intern) adalah sebagai berikut:
a.    Al-Qur’an itu sendiri, di samping ajakannya ke pada tauhid dan mempercayai ke-Nabian dan hal-hal lain yang berubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan dan agama-agama yang pada masa Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar. Al-Qur’an tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantah alasan-alasannya, antara lain:
b.    Al-Qur’an membantah golongan yang mengingkari agama dan adanya Tuhan dan mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan
hanyalah waktu saja.Firman Allah SWT QS:Al-Jasiyah:  45:24:
(#qä9$s%ur $tB }Ïd žwÎ) $uZè?$uŠym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç žwÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur Mçlm; y7Ï9ºxÎ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇËÍÈ  
Terjemahannya:
 “Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
c.    Al-Qur’an membantah golongan orang syirik yang menyembah bintang, bulan, matahari seperti QS. Al-An’am: 6:76-78 :
$£Jn=sù £`y_ Ïmøn=tã ã@ø©9$# #uäu $Y6x.öqx. ( tA$s% #x»yd În1u ( !$£Jn=sù Ÿ@sùr& tA$s% Iw =Ïmé& šúüÎ=ÏùFy$# ÇÐÏÈ   $£Jn=sù #uäu tyJs)ø9$# $ZîÎ$t tA$s% #x»yd În1u ( !$£Jn=sù Ÿ@sùr& tA$s% ûÈõs9
 öN©9 ÎTÏöku În1u žúsðqà2V{ z`ÏB ÏQöqs)ø9$# tû,Îk!!$žÒ9$# ÇÐÐÈ   $£Jn=sù #uäu }§ôJ¤±9$# ZpxîÎ$t tA$s% #x»yd În1u !#x»yd çŽt9ò2r& ( !$£Jn=sù ôMn=sùr& tA$s% ÉQöqs)»tƒ ÎoTÎ) Öäü̍t $£JÏiB tbqä.ÎŽô³è@ ÇÐÑÈ  
Terjemahannya:
76. Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
77. Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
d.    Golongan yang tidak percaya akan kerasulan Nabi Muhammad SAW dan tidak percaya akan kehidupan kembali di akhirat nanti. Firman Allah SWT berfirman: seperti QS. Al-Isra’, 17:94 dan al-Anbiya: 21:38 :
$tBur yìuZtB }¨$¨Z9$# br& (#þqãZÏB÷sムøŒÎ) æLèeuä!%y` #yßgø9$# HwÎ) br& (#þqä9$s% y]yètr& ª!$# #ZŽ|³o Zwqߧ ÇÒÍÈ  

Terjemahannya:
“Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali Perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"
šcqä9qà)tƒur 4ÓtLtB #x»yd ßôãuqø9$# bÎ) óOçFZà2 šúüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ  
Terjemahannya:
“ Mereka berkata: "Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekaIian adalah orang-orang yang benar?"
e.     Al-Qur’an mengharuskan kaum muslimin mengembangkan agama dan membelanya. Kita tidak boleh memeluk agama Islam dan mengimani segala aturan-aturannya saja tanpa berusaha mengerjakan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan agama dan mengkokohkannya di dalam jiwa manusia.            Fiman Allah SWT berfirman:  “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”(QS. Al-Fath: 28).
f.       Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak ada campur tangan manusia. Mereka inilah orang-orang munafik. Fiman Allah SWT berfirman: QS.Ali Imran: 3:154 :
§NèO tAtRr& Nä3øn=tæ .`ÏiB Ï÷èt ÉdOtóø9$# ZpuZtBr& $U$yèœR 4Óy´øótƒ Zpxÿͬ!$sÛ öNä3ZÏiB ( ×pxÿͬ!$sÛur ôs% öNåk÷J£Jydr& öNåkߦàÿRr& šcqZÝàtƒ «!$$Î uŽöxî Èd,ysø9$# £`sß Ïp§Î=Îg»yfø9$# ( šcqä9qà)tƒ @yd $oY©9 z`ÏB ̍øBF{$# `ÏB &äóÓx« 3 ö@è% ¨bÎ) tøBF{$# ¼ã&©#ä. ¬! 3 tbqàÿøƒä þÎû NÍkŦàÿRr& $¨B Ÿw tbrßö6ムšs9 ( tbqä9qà)tƒ öqs9 tb%x. $oYs9 z`ÏB ̍øBF{$# ÖäóÓx« $¨B $uZù=ÏGè% $oYßg»yd 3 @è% öq©9 ÷LäêYä. Îû öNä3Ï?qãç yuŽy9s9 tûïÏ%©!$# |=ÏGä. ãNÎgøŠn=tæ ã@÷Fs)ø9$# 4n<Î) öNÎgÏèÅ_$ŸÒtB ( uÍ?tFö;uŠÏ9ur ª!$# $tB Îû öNà2Írßß¹ }ÈÅcsyJãÏ9ur $tB Îû öNä3Îqè=è% 3 ª!$#ur 7OŠÎ=tæ ÏN#xÎ ÍrߐÁ9$# ÇÊÎÍÈ  
Terjemahannya:
“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah.” mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati. (QS. Ali Imran: 154).
Allah membantah alasan-alasan mereka dan perkataan-perkataan mereka semua dan juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk tetap menjalankan da’wahnya sambil menghadapi alasan-alasan mereka yang tidak percaya dengan menggunakan cara yang halus. Firman Allah SWT berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).
Dalam ayat ini, sudah barang tentu membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menemukan alasan-alasan kebenaran ajaran-ajaran agamanya di samping menunjukkan kesalahan golongan-golongan yang menentang kepercayaan-kepercayaan itu, dan dari kumpulan alasan-alasan itulah berdirinya ilmu tauhid.
g.    Ketika kaum muslimin selesai membuka negara-negara baru untuk masuk Islam, mereka mulai tentram dan tenang pikirannya, di samping melimpahnya rezeki. Di sinilah mulai mengemukakan persoalan agama dan berusaha mempertemukan nash-nash yang kelihatannya saling bertentangan. Keadaan ini adalah gejala umum bagi tiap-tiap agama bahkan pada tiap-tiap masyarakat pun terdapat gejala itu. Pada mulanya agama itu hanyalah merupakan kepercayaan-kepercayaan yang kuat dan sederhana, tidak perlu diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut-penganutnya menerima bulat-bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hatinya tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan.
Setelah itu, datanglah fase penyelidikan dan pemikiran serta membicarakan soal-soal agama secara filosofis. Di sinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat alasan-alasannya. Keadaan yang sama juga dialami oleh golongan-golongan agama lainnya seperti: Yahudi dan Nasrani.
h.    Masalah-Masalah Politik. Sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti dan tidak pula menentukan cara pemilihan penggantinya. Ketika itu, antara sahabat Muhajirin dan Anshar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya pengganti Rasul dari pihaknya. Di tengah kesibukan itu, Umar bin Khattab r.a membai’at Abu Bakar r.a menjadi khalifah yang kemudian diikuti oleh Sahabat-Sahabat lainya. Abu Bakar kemudian mengambil cara lain dengan cara menyerahkan khilafah kepada Umar bin Khattab, Umar bin Khattab pun mengambil cara lain lagi, yaitu dengan menyerahkan khilafah ke pada pengikutnya dan pilihan pengikutnya itu jatuh ke pada Usman bin Affan r.a.
Sebenarnya khilafah itu adalah soal politik. Agama tidak mengharusakan kaum muslimin untuk mengambil bentuk khilafah tertentu, tetapi hanya memberikan dasar yang umum, yaitu kepentingan umum. Kalau terjadi perselisihan dalam soal ini, maka perselisihan itu adalah soal politik semata-mata. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada masa itu. Ditambah lagi dengan peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan dalam keadaan gelap. Sejak itu kaum muslimin terpecah menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing sebagai pihak yang benar dan hanya calon daripadanya yang berhak menduduki pimpinan Negara. Kemudian golongan-golongan itu menjadi golongan agama dan menemukan dalil-dalil agama untuk membelanya, dan selanjutnya perselisihan antara mereka menjadi perselisihan agama, dan berkisaran pada soal iman dan kafir.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi buku-buku ke-Islaman, yaitu melakukan kejahatan besar yang mula-mula dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman bin Affan, kemudian beransur-ansur menjadi persoalan yang umum. Lepas dari persoalan siapa orangnya yang membunuh, kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal iman dan hakikatnya, bertambah atau berkurangnya, soal imamah dan lain-lain.
2. Sebab-sebab Munculnya Ilmu Tauhid dari Segi Extern
Adapun sebab-sebab dari luar (extern) munculnya ilmu tauhid adalah sebagai berikut:
a.    Kebanyakan di antara pemeluk-pemeluk Islam sesudah pengalahan kota Makkah, adalah orang-orang yang sudah menganut agama dan terdidik dan dibesarkan dalam agama itu, dan bahkan menjadi ulama-ulamanya. Setelah mereka merasa aman dari tekanan kaum muslimin mulailah mereka mengkaji lagi akidah-akidah mereka dan mengembangkannya di dalam akidah Islam. Karenanya banyak kita temukan dalam kitab-kitab yang disusun oleh partai-partai atau golongan tertentu yang kita pandang Islam, pendapat-pendapat ataupun prinsip-prinsip yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam, seperti Mazhab Tanasukh (inkarnasi) yang sebenarnya berasal dari kaum Hindu dan seperti menetapkan sesuatu hukum ke-Tuhanan bagi Al-Masih yang berasal dari akidah Nasrani dan ke-Tuhanan Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain serta mengatakan bahwa kelima mereka itu adalah satu. Ruh yang menghinggapi mereka adalah sama. Inilah salah satu contoh akidah Nasrani.
b.     Golongan Islam yang dulu, terutama golongan Mu’tazilah, memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan-lawannya kalau mereka itu sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan-lawannya tersebut berserta dalil-dalilnya. Dengan demikian, mereka harus menyelami pendapat-pendapat tersebut, dan akhirnya Negara Islam menjadi arena perdebatan bermacam-macam pendapat dan bermacam-macam agama, hal mana yang bisa mempengaruhi masing-masing pihak yang bersangkutan. Salah satu seginya yang terang ialah penggunaan filsafat sebagai senjata kaum muslim. 
c.     Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, para Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawanya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat, terutama segi Ketuhanan. Karena itu, An-nazam (tokoh Mu’tazilah) membaca buku-buku Aristoteles dan membantah beberapa pendapatnya. Demikian pula Abul Huzail Al-Allaf ( tokoh Mu’tazilah).
Inilah sebabnya kita banyak temukan dalam kita-kitab tauhid yang berkembang sekarang yang intinya adalah filsafat Yunani. Dengan motif-motif ini, timbullah ilmu tauhid, menjadi luaslah pembahasannya dan bermacam-macamlah dimensinya, sehingga dinamailah dia juga dengan ilmu kalam.
Demikian faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu kalam yang notabenenya bukanlah ilmu murni/asli ilmu Islam, namun jika dikatakan berasal dari filsafat yunani juga tidak benar, karena sumber pembicaraannya adalah islam dan ayat-ayat al-Qur’an juga banyak yang dijadikan dalil selain menempuh filsafat yunani. Sebernarnya ilmu kalam adalah campuran dari ilmu keislaman dan filsafat yunani, namun warna keislamannya lebih kuat.












BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Sejarah munculnya ilmu kalam adalah ketika Rasulullah meninggal dunia dan peristiwa terbunuhnya usman diman antara golongan yang satu dengan yang lain saling mengkafirkan dan menganggap golongannya yang paling benar. dan sumber-sunber ilmu kalam adalah dalil naqli(al-qur’an dan hadits) dan dalil aqli (dalil fikiran).
2.    Sebab-sebab timbulnya ilmu Tauhid ada dua yaitu faktor intern dan ekstern.
B.     Saran
Kita semua sudah berada d zaman firqah (kelompok/aliran) islam, sesuai dengan anjuran Nabi kita harus mengikuti as-Syawdzu al-‘Adhom (kelompok mayoritas).







                 15
 
 


DAFTAR PUSTAKA
Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, cet. I.
http://mambaulhikaminduk.blogspot.com.

Tidak ada komentar: