BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Ilmu budaya dasar sensiri dikembangkan di Indonesia sebagai
pengganti istilah Basic Humanities.
Dalam ilmu budaya dasar terdapat dua masalah
pokok yang dibahas yaitu tentang aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan
ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan
pengetahuan budaya. Yang kedua adalah tentang hakekat manusia yang satu atau
universal, akan tetapi beranekaragam perwujudannya dalam kebudayaan
masing-masing zaman dan tempat.
Melihat kedua masalah tersebut, dapat dilihat bahwa
manusia menenpati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia sendiri juga
mempunyai beberapa tema sebagai makhluk budaya. Seperti cinta kasih, keindahan,
penderitaan, keadilan, tanggung jawab, pandangan hidup dan kegelisahan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian tanggung
jawab, hakikat manusia dan tanggung jawab, hubungan manusia dengan tanggung jawab dan melatih tanggung jawab terhadap keluarga.
Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga
berati berbuat sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia memiliki
tanggung jawab masing-masing. Diantaranya tanggung jawab seorang pelajar atau
mahasiswa akan belajar, tanggung jawab seorang dosen kepada mahasiswa atau
mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada negara dan rakyatnya,
tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, dan tanggung jawab
manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari tanggung jawab itu ?
2. Bagaimana hakikat manusia
dan tanggung jawab ?
3.
Bagaimana hubungan antara manusia dengan
tanggung jawab ?
4. Bagaimana melatih tanggung jawab terhadap keluarga ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tanggung jawab.
2. Untuk mengetahui lebih jelas hubungan antara manusia dengan
tanggung jawab terhadap keluarga.
3. Untuk mengetahui tips/cara melatih tanggung jawab terhadap
keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum
bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada
hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena
manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan
makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab
mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual
ataupun teologis.
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup
sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang
diperankan seseorang dalam jaminan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga
tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama. Masalah
tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.
Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab
terhadap dirinya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab
terhadap Tuhannya (sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap
dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia mentiliki kesadaran yang
mendalam. Tanggung jawab
manusia terhadap dirinya juga muncul
sebagai akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, manusia sadar akan
keyakinan dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan
keji dan munkar.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang
bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang
menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang
lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan
akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Selain itu juga orang yang
bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.
Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu
yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak
dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini
adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam,
yaitu :
- Kewajiban Terbatas
Kewajiban ini
tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang
larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
2. Kewajiban tidak Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang.
Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab
dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, karena
orang tersebut dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat
dirasakan oleh dirinya atau orang lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak
bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak mengikuti aturan,
norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang dirasakan pada zaman
sekarang sehubungan dengan masalah tanggung jawab adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Orang yang bertanggung jawab itu akan mencoba untuk berbuat adil. Tetapi
adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya
nilai-nilai yang dipegangnya dan runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang
demikian tentu akan mempertanggung jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan.
Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan hukuman atau cobaan kepada manusia
agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala perbuatannya.
B.
Hakikat Manusia Dan Tanggung Jawab
Manusia adalah makhluk yang diberi kelebihan
dibanding makhluk lain yang berupa akal dan budi yang lazim disebut pikiran dan
perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup bagi
manusia dibanding dengan makhluk lain. Orang yang bertanggung jawab dapat
memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan
tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Seumpamanya posisi kita sebagai pelajar, tugas kita
adalah belajar ketika telah kita mau belajar. Maka kita telah melaksanakan
kewajiban kita sebagai pelajar, berarti pula kita telah bertanggung jawab
terhadap kewajiban kita. Bagaimana kegiatan belajar kita. Itulah tanggung jawab
kita.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang
bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia merupakan makhluk sosial,
juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk
bertanggung jawab. Manusia juga memiliki peranan dalam konteks sosial,
individual, maupun teologis.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban.
Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seeorang. Kewajiban
merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu terhadap hak.
Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajbannya.
C.
Hubungan Antara Manusia Dengan Tanggung Jawab
Setiap manusia harus bertanggung jawab terhadap diperbuatnya. Setiap manusia harus berani
menanggung resiko dari apa yang dilakukannya. Sesuai dengan kedudukannya sebagai
makhluk indivdu, makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah, tanggung jawab
manusia dapat dibedakan atas tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap
masyarakat, dan tanggung jawab terhadap Allah.
Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi
hidup, akal dan budi. Semua pemberian itu harus dipelihara. Terhadap hidup,
manusia dituntut tanggung jawabnya disamping menggunakan akal dan budinya itu
sebagaimana mestinya, juga dituntut menanggung resiko akibat dari perbuatan akal
budinya.
Sebagai makhluk sosial manusia juga dibebani tanggung jawab sosial pula.
Setiap angggota masyarakat dituntut
untuk bertanggung jawab demi tegaknya peraturan. Semua periklaku setiap anggota
masyarakat harus dapat diterima oleh masyarakat bersangkutan. Bila ada
pelanggaran dia akan mendapatkan hukuman dari masyarakat bersangkutan.
Tanggung jawab manusia yang lainnya, tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Manusia diberi tugas oleh Tuhan untuk menjadi khalifah di dunia, untuk
mengatur alam semesta supaya tetap baik, harmonis dan dapat dimanfaatkan.
Sehinggga manusia bertanggung jawab terhadap alam semesta ini untuk dipelihara.
D.
Melatih Tanggung Jawab
Terhadap Keluarga
Banyak rumah tangga yang berada di ujung
tanduk karena tidak ada keharmonisan lagi karena tanggung jawab para anggota
keluarga dalam rumah juga tidak berjalan. Kemudian satu sama lain saling
menyalahkan dan melempar tanggung jawab akan kekacauan demi kekacauan yang
terjadi. Bagaimana kita memberikan solusi bijak akan masalah tanggung jawab ini
?
Semua orang tua wajib bertanggung
jawab untuk menetapkan batasan bagi anak. Orang tua wajib memastikan mereka
memakan-makanan sehat, memakai pakaian yang bersih & pantas, serta tepat
waktu untuk tidur. Ketika mereka bertambah besar, sedikit demi sedikit kita
kurangi batasan mereka, dengan memberi mereka kepercayaan dan kebebasan secara
bertahap dan bertanggung jawab. Anak diberi masukan dalam menentukan pilihan
mereka sendiri, dengan tetap diperhatikan serta siap sedia disamping anak bila
diperlukan. Tujuan utama menetapkan batasan dalam kehidupan anak kita
adalah agar mereka dapat memulai menetapkan batasan tanggung jawab mereka
sendiri saat mereka kelak meninggalkan lingkungan keluarga dan memulai keluarga
mereka sendiri.
Proses menetapkan batasan ini sudah tidak
berjalan dengan semestinya di jaman modern sekarang ini. Perilaku anak usia
sekolah sehingga menjelang dewasa seperti yang kita baca di media cetak &
elektronik sudah lepas kendali. Mengapa hal ini terjadi ? Selanjutnya,
apa yang kita dapat lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi dalam keluarga
dan anak kita sendiri ? Topik ini merupakan topik yang sangat panjang akan
tetapi mungkin kami dapat membagikan sedikit solusi bijak yang dapat diterapkan,
diantaranya :
1) Meski kedua orang tua bekerja di luar
rumah, quality time tetap harus disediakan buat parenting beserta teladan
yang harus disiapkan untuk anak. Orang tua wajib berkomunikasi dengan guru
disekolah untuk memonitor perkembangan anak dan informasi dari guru harus
disikapi dengan memberikan solusi dan ucapan terima kasih.
2) Sebagai orang tua, akan jamak hukumnya
bila kita dibandingkan dengan orang tua teman anak kita yang lain. Kita harus
jeli untuk melihat apakah hal itu dibenarkan atau tidak. Pemahaman dan rasio
akan alasan kita berbuat harus dipikirkan agar anak dapat merasa puas akan
kebijakan kita dengan tak lupa bila memang kebijakan kita kurang, kita harus
dengan jiwa besar menerima masukan dari anak.
3) Anak perlahan-lahan disiapkan sesuai
dengan perkembangan umur dan kedewasaannya untuk menjadi rekan dalam
berdiskusi. Hal ini untuk melatih logika, karakter,
sikap, kepribadian dan mindset anak untuk proses pendewasaan dan persiapan anak
dalam hidup dimasyarakat. Orang tua wajib memberikan contoh nyata akan kondisi
permasalahan, walau ketidak sempurnaan itu terjadi, sehingga anak akan dapat
menghargai kita bukan hanya sebagai orang tua namun juga sebagai seorang
sahabat.
4) Jangan pernah takut untuk memberi hukuman
kepada anak, karena hukuman adalah proses disiplin
paling awal yang harus anak hadapi untuk persiapan terjun dimasyarakat bila
anak melalaikan tanggung jawabnya dalam keluarga. Keluarga adalah bentuk
masyarakat terkecil dan paling dini untuk menyiapkan anak bersikap disiplin,
teratur, dewasa dan bertanggung jawab.
5) Menyiapkan mindset anak untuk melihat
kebebasan yang dia miliki sebagai sesuatu hal yang memiliki dua sisi mata
pedang. Bila si anak menyikapi tanpa memiliki
karakter yang benar, kebebasan tersebut akan melukai si anak sendiri apalagi di
tengah kondisi masyarakat jaman sekarang yang makin permisif terhadap bentuk
kekerasan yang diperlihatkan di berbagai media massa, materi berbau seksual,
dan penyimpangan tingkah laku.
6) Menjaga jalur komunikasi antara suami
istri dan antara orang tua dan anak. Keharmonisan orang tua berakibat vital
terhadap anak karena dalam 24 jam sehari & 7 hari seminggu, anak senantiasa
bergantung dan menyerap apapun yang kita lakukan, kita pikirkan dan yang kita
katakan, baik secara verbal / non-verbal. Komunikasi memegang peranan penting
dalam tanggung
jawab keluarga. Kata “tolong” bila meminta
tolong, “terima kasih” bila sudah dibantu mengerjakan sesuatu serta “maaf” bila
berbuat salah merupakan kata yang harus sering diucapkan antara suami istri dan
orang tua terhadap anak. Saling menghargai dan mengasihi akan terjadi cepat
atau lambat bila ketiga kata ini senantiasa diucapkan di dalam rumah.
7)
Memberikan pujian, semangat dan
motivasi kepada setiap anggota keluarga yang telah menunaikan tanggung
jawab di dalam rumah karena secara langsung atau tidak
langsung rumah akan menjadi nyaman untuk didiami dan setiap anggota keluarga
akan merasa saling memiliki. Dalam tanggung jawab terhadap keluarga merupakan
sesuatu tugas yang sangat berat untuk dipikul. Karena sebagaimana dalam satu
riwayat diceritakan bahwa “Sa`id binMusayyab mengatakan bahwa
suatu pagi Ali bin Abi Thalib keluar rumah. Tiba-tiba Salman Al Farisi menghadapnya.
Ali berkata, "bagaimana keadaanmu, wahai Salman?" Salman menjawab,
"aku sedang menyusahkan empat hal."
Sa`id
binMusayyab mengatakan bahwa suatupagi Ali bin Abi Thalib keluar rumah.
Tiba-tiba Salman Al Farisi menghadapnya. Ali berkata, "bagaimana
keadaanmu, wahai Salman?" Salman menjawab, "aku sedang menyusahkan
empat hal." "Apa itu?"
"Susah karena keluargaku harus
dicarikan sesuap makan, susah karena Allah memerintahku untuk taat, susah
karena setan selalu mengajakku bermaksiat, dan susah karena Malaikat Maut
selalu mengincar nyawaku setiap saat."
"Bebahagialah engkau, wahai
Salman, karena sesungguhnya di dalam empat hal tersebut ada pangkat tersendiri
bagi dirimu. Begini, suatu hari aku menghadap Rasulullah saw., dan beliau
bertanya, "bagaimana keadaanmu, wahai Ali ?” ”
Aku menjawab, aku sedang menyusahkan
empat perkara, ya Rasulullah. Di rumah tidak ada apa pun kecuali air, sedangkan
saya kasihan juga terhadap anak-anakku. Kemudian menyusahkan taat pada Allah,
menyusahkan kelak di hari kiamat, dan menyusahkan datangnya Malaikat Maut. Maka
Rasulullah saw. bersabda, “berbahagialah engkau, wahai Ali. Sesungguhnya
menyusahkan nafkah keluarga merupakan penlindung dari neraka. Menyusahkan taat
pada Allah menyebabkan engkau aman dari siksa-Nya. Menyusahkan akhirat adalah
jihad. Dan menyusahkan kematian adalah penghapus dosa-dosa. Wahai Ali,
sesungguhnya rezeki hamba Allah ada dalam tanggungan-Nya. Jadi, meski engkau
bersusah- payah mengusahakannya, namun bagi Allah kepayahanmu itu tiada gunanya
sama sekali. Hanya saja engkau diberi pahala atas usahamu itu. Wahai Ali,
perbanyaklah bersyukur, taat, serta taubat, maka engkau akan termasuk
Ashdiqaillah (orang yang bersungguh-sungguh berdekat-dekat pada Allah).”
Aku bertanya, “apa yang harus aku
syukuri ?” Rasulullah saw. menjawab, “Islam.” Aku kembali bertanya, `bagaimana
aku taat, wahai Rasulullah? Rasulullah saw. berkata, ucapkan, `Laa baula
walaa quwwata illa billabil ’aliyyil ’adziim `Aku pun berkata, `bagaimana
dengan taubat?` `Meninggalkan marah. Sebab meninggalkan marah itu dapat
rneredamkan murka Allah, serta pahalanya memperberat timbangan amal baik, dan
akan menuntun ke surga.`
Salman kemudian berkata, "semoga
Allah menambah kemuliaanmu, wahai Ali. Sesungguhnya aku ini orang yang
menyusahkan empat perkara tersebut, khususnya soal nafkah keluarga."
Ali menjawab, "wahai Salman, aku
pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa tidak memperhatikan
nafkah keluarganya, maka tidak ada bagian baginya di surga." "Wahai
Ali, bukankah Rasulullah saw. juga bersabda, ‘orang yang mempunyai tanggungan
keluarga selamanya tidak akan beruntung?” ’
"Bukan begitu maksudnya,"
jawab Ali. "Jika engkau menafkahi keluargamu dengan barang halal, maka
engkau pun akan beruntung. Wahai Salman, sesungguhnya surga itu merindukan
orang-orang yang memberi nafkah keluarganya dengan barang- barang halal."
Diceritakan dari Ali bin Abi Thalib.
Suatu hari ada seorang lelaki datang pada Rasulullah saw, kemudian berkata,
"ya Rasulullah, saya telah berbuat maksiat, maka mohonkan ampunan untuk
saya."
"Apa yang telah engkau
lakukan?"
"Aku malu untuk mengatakannya,
wahai Rasulullah." Rasulullah saw. berkata, "engkau malu pada Allah ?
Padahal Allah melihat dirimu saat engkau melakukannya. Pergilah dari tempat ini
agar api neraka tidak melingkupi kami."
Lelaki itu pergi dari tempat Rasulullah saw. sambil menangis karena putus asa.
Tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata, "wahai Muhammad, mengapa engkau membuatnya putus asa ? Padahal dosanya bisa terhapus meski terlampau banyak."
Lelaki itu pergi dari tempat Rasulullah saw. sambil menangis karena putus asa.
Tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata, "wahai Muhammad, mengapa engkau membuatnya putus asa ? Padahal dosanya bisa terhapus meski terlampau banyak."
"Hal apa yang sekiranya dapat
menghapus dosanya ?" Malaikat Jibril pun menjawab pertanyaan Rasulullah
saw., "Ketika ia pulang dan anak-anaknya
menyambut kedatangannya, maka ia
memberi makanan atau apa saja yang bisa menggembirakan hati anak-anaknya, di
saat itulah dosa- dosanya terhapus."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tanggung jawab
menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
2.
Pada hakikatnya
manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia
merupakan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki
tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab. Manusia juga memiliki peranan
dalam konteks sosial, individual, maupun teologis.
3.
Allah telah menciptakan
manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi hidup, akal dan budi. Semua
pemberian itu harus dipelihara. Terhadap hidup, manusia dituntut tanggung
jawabnya disamping menggunakan akal dan budinya itu sebagaimana mestinya, juga
dituntut menanggung resiko akibat dari perbuatan akal budinya.
4. Solusi
Melatih Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
a. Meski kedua
orang tua bekerja di luar rumah, quality time tetap harus disediakan buat
parenting beserta teladan yang harus disiapkan untuk anak.
b. Sebagai
orang tua, akan jamak hukumnya bila kita dibandingkan dengan orang tua teman
anak kita yang lain.
c. Anak
perlahan-lahan disiapkan sesuai dengan perkembangan umur dan kedewasaannya
untuk menjadi rekan dalam berdiskusi.
d. Jangan
pernah takut untuk memberi hukuman kepada anak, karena hukuman adalah proses
disiplin paling awal yang harus anak hadapi untuk persiapan
terjun dimasyarakat bila anak melalaikan
tanggung jawabnya dalam keluarga.
e. Menyiapkan
mindset anak untuk melihat kebebasan yang dia miliki sebagai sesuatu hal yang
memiliki dua sisi mata pedang.
f. Menjaga
jalur komunikasi antara suami istri dan antara orang tua dan anak.
g. Memberikan
pujian, semangat dan motivasi kepada setiap anggota keluarga .yang telah
menunaikan tanggung jawab di dalam rumah.
B. Saran
Apabila kita sudah ber-rumah tangga maka
kita sebagai anggota rumah tangga bertanggung jawab untuk menjadikan rumah
tangga kita sebagai keluarga sakinah mawaddah warahmah. Serta mendidik anggota
keluarga dengan didikan yang berlandaskan islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mallaweang Rahim Abdul. 2013. Ilmu
Budaya Dan Gender. Makassar: Gunadarma Ilmu
http://solusibijak.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar