BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia
adalah Negara Hukum yang berdasarkan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,
itulah dasar cita – cita para pejuang bangsa ini. Negara yang masyarakatnya
sadar akan keberadaan Hukum, menjadikan Hukum sebagai tameng yang mampu
melayani seluruh masyarakat Indonesia tanpa ada Deskriminasi, pandang ras,
jabatan, status dan strata sosialnya.
Di
dalam Negara Hukum, kekuasaan negara di batasi oleh Hak Asasi Manusia sehingga
Aparatur Negara tidak bertindak dan berlaku sewenang-wenangnya, menyalahgunakan
kekuasaan, dan Deskriminatif dalam praktik penegakkan hukum kepada warga
negaranya. Penegak Hukum di negara kita sendri di kenal sebagai Panca Wangsa,
Kehakiman, Kepolisian, dan Advokat.
Tidak
hanya para penegak Hukum saja yang memiliki tanggung jawab untuk
penegakkan hukum, tetapi penegakkan hukum juga menjadi tanggung jawab besar
Pemerintahan atau negara itu sendiri, dengan menyiapkan Peraturan
Perundang-undangan yang memiliki makna kuat dalam berkeadilan, berkepastian
hukum dan mampu di peragakan dalam kehidupan riil masyarakat.
Tetapi
dalam praktik penegakkannya kita ketahui masih banyak sekali catatan-catatan
hitam tentang penegakkan hukum di negara kita ini. Masih lemah dalam menegakkan
keadilan. Bentuk – bentuk keadilan di Indonesia ini seperti orang yang kuat
pasti hidup sedangkan orang yang lemah pasti akan tertindas dan jelas inilah
yang sedang terjadi dalam praktik penegakan hukum di Negara Indonesia, peran
hukum yang tadinya mempunyai arti yang kuat ternyata belum bisa diterapkan
dengan baik dan sesuai dengan atauran-aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Ironisnya, keadilan di indonesia belum mampu membedakan mana yang benar dan
mana yang salah.
Andai
kata di negara kita ini terjadi pemerataan keadilan maka kita yakin dan kita
dapat melihat indahnya Hukum tanpa harus melihat aksi-aksi protes yang disertai
dengan kekerasan, kemiskinan yang berkelanjutan, pencurian, kelaparan, gizi
buruk dan lain sebagainya.
Patut
menjadi tanda tanya besar, mengapa hal di atas bisa terjadi? Karena konsep
keadilan yang tidak di terapkan secara benar dan tepat. Bisa di katakan
keadilan hanya ada dan berpihak pada penguasa. Seakan orang kecil hanya di
permainkan dan menjadi penonton setia drama negara ini.
A.Perumusan Masalah
1.Apa arti keadilan dan
pemimpin itu?
2.Bagaimana praktik keadilan di Indonesia?
3.Bagaimana
pemimpin yang sejati itu?
B.Manfaat
Penulisan
Sangatlah penting bagi kita untuk
memahami dan megetahui gambaran keadilan yang ada di Indonesia dan apa yang
dimaksud dengan keadilan, apakah sudah berjalan sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Keadilan
Keadilan
berasal dari bahasa Arab adil yang artinya tengah. Keadilan berarti menempatkan
sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain keadilan
berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Adil
adalah sifat perbuatana manusia. Menurut arti katanya “adil” artinya tidak
sewenang-wenang pada diri sendiri maupun kepada pihak lain. Maksud dari ketidak
sewenang-wenangnya dapat berupa keadaan :
a. Sama (seimbang), Nilai yang tidak berbeda
b. Tidak berat sebelah, perlakukan yang sama dan tidak pilih
kasih
c. Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan
tidak kurang
d. Patut / layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis dan
proporsional
e. Perlakuan pada diri sendiri sama seprti perlakuan kepada
pihak lain dan sebaliknya
Dalam
konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak yang berbuat dan kepada
pihak lain yang berbuat dan kepada pihak lain terhadap mana perbuatan itu
ditujukan. Implikasinya, perlakuan kepada diri sendiri, seharusnya sama pula
dengan perlakuan kepada pihak lain. Bagaimana berbuat adil kepada pihalk lain
jika kepada diri sendiri saja tidak adil. Konsep adil (tidak sewenang-wenang)
baru jelas bentuknya apabila sudah diwujudkan dalam perbautan nyata dan nilai
yang di hasilkan atau akibat yang ditimbulkannya. Situasi dan kondisi juga ikut
melakuakn perbuatan adil manusia.
Keadilan
adalah pengakuan dan perilaku seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan
terletak pada keserasian menuntut Hak dan Kewajiban atau dengan kata lain
adalah keadilan adalah keadaan dimana setiap orang mendapatkan atau memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan bersama. Ada hubungan timbal balik
antara hak dan kewajiban, hak haruslah di sertai dengan kewajiban begitu juga
sebaliknya kewajiban haruslah disertai dengan hak.
Keadilan
itu merupakan suatu perlakuan antara hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
secara bersamaan dan seimbang. Setiap orang ingin merasakan keadilan yang sama
antar sesamanya. Adil dalam melaksanakan suatu situasi dan kondisi atau masalah
jiwa seseorang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Setiap warga Negara
Indonesia wajib dan layak menerima atau memperoleh keadilan yang merata satu
dengan yang lain sesuai dengan Hak Asasi Manusia baik dalam berbagai bidang.
Keadilan
dan ketidakadilan tidak dapat di pungkiri karena dalam kehidupan manusia itu
sendiri sering kali dan hampir setiap hari merasakan keadilan dan
ketidakadilan. Oleh sebab itu keadilan dan ketidakadilan menimbulkan banyak
perbincangan dan menjadi kreativitas tersendiri. Maka dari itu keadilan
sangatlah penting dan untuk kehidupan sehari – hari karena akan menciptakan
kesejahteraan untuk semua masyarakat bumi.
Keadilan
tercantum dalam Pancasila dan yang paling utama ada dalam sila kelima yang
berbunyi “ keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang memiliki arti
dan makna bahwa warga negara Indonesia berhak dan layak untuk mendapatkan
keadilan yang merata dari pihak yang berwenang.
Berikut
ini beberapa pendapat pengertian mengenai keadilan. Berikut ini beberapa
pendapat mengenai makna keadilan.
· Menurut W.J.S. Poerdaminto, keadilan berarti tidak berat sebelah,
sepatutunya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil termasuk di
dalamnya tidak terdapat kesewenang wenangan. Orang yang bertindak
sewenang-wenang berarti bertindak tidak adil.
· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keadilan
berarti (sifat perbuatan, perlakuan) yang adil. Keadilan berarti perilaku atau
perbuatan yang dalam pelaksanaannya memberikan kepada pihak lain sesuatu yang
semestinya harus diterima oleh pihak lain.
· Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Politik
menyatakan bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana orang dalam situasi
yang sama diperlakukan secara sama. Mengenai makna
keadilan, Sedangkan Aristoteles membedakan dua macam
keadilan, yaitu
a. Keadilan Komulatif,
Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa; Keadilan
kumulatif adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa
mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik
yang sukarela atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum perdata,
misalnya dalam perjanjian tukar-menukar.
b. Keadilan distributive.
Keadilan distributif atau justitia distributiva;
Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang
didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing.
Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan
perorangan.
Plato, guru Aristoteles,
menyebutkan ada tiga macam, yaitu
a. Keadilan komulatif adalah keadilan yang memberikan kepada
setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat berapa besar jasa-jasa yang telah
diberikan (dari kata commute = mengganti, menukarkan, memindahkan).
b. Keadilan distributive adalah keadilan yang memberikan hak
atau jatah kepada setiap orang menurut jasa-jasa yang telah diberikan
(pembagian menurut haknya masing-masing pihak). Di sini keadilan tidak menuntut
pembagian yang sama bagi setiap orang, tetapi pembagian yang sama berdasarkan
perbandingan.
c. Keadilan legal atau keadilan moral adalah keadilan yang
mengikuti penyesuaian atau pemberian tempat seseorang dalam masyarakat sesuai
dengan kemampuannya dan yang dianggap sesuai dengan kemampuan yang
bersangkutan. Keadilan merupakan hal penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Charles E. Merriam dalam Miriam Boedihardjo (1982) meletakkan
keadilan ini sebagai salah satu prinsip dalam tujuan suatu Negara, yaitu
keamanan ekstern, ketertiban intern, keadilan, kesejahteraan umum, dan
kebebasan.Adalah menjadi tugas pengelenggara Negara untuk menciptakan keadilan.
Tujuan bernegara Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Hal ini dapat diketahui baik dalam pembukaan UUD 1945 maka Negara
yang hendak didirikan adalah Negara Indonesia yang adil dan bertujuan menciptakan
keadilan social.
Praktik Keadilan di Indonesia
Dalam
sila kelima pancasila yang berbunyi “ keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia “ kalimat ini sangatlah jelas bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak
mendapatkan keadilan tanpa ada diskriminasi dari pihak manapun. Semua layak
untuk medapatkan keadilan yang merata, hal ini sangat berkaitan dengan Hak
Asasi Manusia ( HAM ). Hak Asasi Manusia di anggap sebagai hak dasar yang
sangat penting dan layak untuk dilindungi dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Oleh
karena itu, wajib diberlakukan sanksi bagi siapa saja yang sudah melanggar Hak
Asasi Manusia dan dalam mewujudkan ini peran hukum sangatlah paling di
butuhkan.Hukum adalah aturan yang harus di taati yang bersifat memaksa dan
apabila melakukan kesalahan atau pelanggaran akan dikenakan sanksi tegas. Hukum
itu sendiri bertujuan memberikan keadilan kepada setiap umat manusia. Semua
manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Namun
dalam praktiknya hal ini sudah tidak lagi di junjung tinggi lagi. Hukum di
indonesia di nilai belum mampu memberikan apa yang di inginkan oleh masyarakat,
hukum di indonesia belum mampu menciptakan keadilan bagi masyarakat lemah.
Ironisnya malah ini terjadi kebalikannya, hukum kini menjadi alat bagi pemegang
kekuasaan untuk bertindak dan bersikap semena-mena. Saat ini hukum di indonesia
hanya berpihak kepada mereka yang kaya, mareka yang berkuasa, dan mereka yang
memiliki jabatan tinggi.
Di
Indonesia keadilan belum bisa ditegakkan sesuai tuntutan negara hukum, sudah
tercermin di dalam praktek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini
di Indonesia terdapat lebih dari cukup norma-norma hukum, tapi ironisnya sulit
sekali mencari keadilan. Sebab di mana saja masih bertengger orang-orang yang
jiwanya hitam kelam yang tidak bisa ditembus sinar terang.
Dan
Kenyataan dewasa ini di Indonesia belum ada persatuan ke arah perjuangan
menegakkan keadilan. Kesadaran untuk perjuangan bersama sangat tipis, semua
mengarah kepada kepentingan golongan dalam menegakkan keadilan/HAM. Rasa
keadilan masyarakat tercabik lantaran, di sisi lain, penegak hukum seolah tak
berdaya menghadapi penjabat atau orang kaya. Kita juga menyaksikan adanya
upaya memperjuangkan hak yang menuntut keadilan dari pihak-pihak yang merasa
diperlakukan tidak adil.
Tatkala
praktek ketidakadilan sudah menjadi wabah, maka akan berdampak buruk dalam
banyak hal, bukan hanya penderitaan atau kemiskinan yang nampak, namun juga
menyebabkan kejahatan yang makin merajarela, dan kehidupan sosial yang
semakin gobrok. Yang kaya semakin kaya dengan cara menindas yang miskin,
yang kuat atau berkuasa menindas yang lemah, yang benar dikalahkan oleh yang
jahat dan lain sebagainya.
B.Pengertian
Pemimpin
Seorang pemimpin adalah pribadi yang sangat menentukan bagi suatu umat atau bangsa. Menentukan karena dengannya sebuah Negara bisa maju atau mundur. Bila seorang pemimpin tampil lebih memihak kepada kepentingan dirinya, tidak bisa tidak rakyat pasti terlantar. Sebaliknya bila seorang pemimpin lebih berpihak
kepada rakyatnya, maka keadilan pasti ia
tegakkan.
Keadilan adalah titik keseimbangan yang menentukan tegak tidaknya alam semesta ini. Allah swt menegakkan langit dengan keseimbangan. Pun juga segala yang ada di bumi Allah swt berikan dengan penuh keseimbangan. Padanan keseimbangan adalah keadilan, lawan katanya adalah kedzaliman.
Setiap kedzaliman pasti merusak. Bila manusia berbuat dzalim maka pasti ia akan merusak diri dan lingkungannya. Bayangkan bila yang berbuat dzalim adalah seorang pemimpin. Pasti yang akan hancur adalah bangsa secara keseluruhan.
Di dalam Al Qur’an Allah swt telah menceritakan hancurnya umat-umat terdahulu adalah kerena kedzaliman pemimpinnya. Karena itu bila kita berusaha untuk memecahkan persoalan bangsa maka tidak ada jalan kecuali yang pertama kali kita perbaiki adalah pemimpinnya.
Pemimpin
yang korup dan dzalim bukan saja akan membawa malapetaka terhadap rakyatnya
tepai lebih jauh –dan ini yang sangat kita takuti – Allah swt akan mencabut
keberkahan yang diberikan. Sungguh sangat sengsara sebuah kaum yang kehilangan
keberkahan. Sebab dengan hilangnya keberkahan tidak saja fisik yang sengsara
melainkan lebih dari itu, ruhani juga ikut meronta-ronta.
Pemimpin Adalah Nahkoda
Pemimpin Adalah Nahkoda
Benar,
perumpamaan yang mengatakan bahwa pemimpin adalah nahkoda bagi sebuah kapal.
Sebab Negara ibarat kapal yang didalamnya banyak penumpangnya. Para penumpang
seringkali tidak tahu apa-apa. Maka selamat tidaknya sebuah kapal tergantung
nahkodanya. Bila nahkodanya berusaha untuk menabrakkan kapal ke sebuah karang,
tentu bisa dipastikan bahwa kapal itu akan tenggelam dan semua penumpang akan
sengsara. Ibarat
kepala bagi sebuah badan, pemipin adalah otak yang mengatur semua gerakan
anggotanya. Karena itu pemimpin harus cerdas, lebih dari itu harus jujur dan
adil. Tidak cukup seorang pemimpin hanya bermodal kecerdasan, sebab seringkali
para pemimpin yang korup menggunakan kecerdasannya untuk menipu rakyat. Karena
itu ia harus jujur dan adil. Itulah rahasia firman Allah : “I’diluu huwa aqrabu
lit taqwaa. Berbuat adillah, karena berbuat adil itu lebih dekat kepada taqwa”.
QS. Al Ma’idah: 8.
Perhatikan
ayat ini menunjukkan bahwa keadilan adalah jalan menuju ketaqwaan. Mengapa?
Sebab tidak mungkin seorang pemimpin yang dzalim bertaqwa. Bila jiwa taqwa
hilang dari diri seorang pemimpin, ia pasti akan berani kepada Allah swt. Bila
seorang pemimpin berani kepada Allah swt, maka kepada manusia ia akan lebih
berani.
Karena itu
bekal utama seorang pemimpin harus benar-benar menegakkan taqwa dalam dirinya.
Karena itu
pesan utama Al Qur’an adalah membangun pribadi taqwa. Sebab dengan taqwa
seorang pemimpin akan bersungguh-sungguh ikut tuntunan Allah swt. Bila ia
bersungguh-sungguh ikut tuntunan Allah swt maka segala langkahnya akan berkah
dan otomatis Negara yang dipimpinya pun akan berkah.
Itulah rahasi mengapa dalam memilih seorang pemimpin, hendaklah sebuah bangsa jangan asal-asalan. Melainkan harus benar-benar selektif. Jangan asal disogok lalu berani mengorbankan kebenarn. Ingat bahwa Allah swt tidak hanya mengancam orang-orang yang berbuat dzalim, melainkan juga mengancam orang-orang yang mendukung kedzaliman tersebut. Allah berfirman:
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. QS. Al Mukmin : 45-46.
Itulah rahasi mengapa dalam memilih seorang pemimpin, hendaklah sebuah bangsa jangan asal-asalan. Melainkan harus benar-benar selektif. Jangan asal disogok lalu berani mengorbankan kebenarn. Ingat bahwa Allah swt tidak hanya mengancam orang-orang yang berbuat dzalim, melainkan juga mengancam orang-orang yang mendukung kedzaliman tersebut. Allah berfirman:
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. QS. Al Mukmin : 45-46.
Pemimpin Adalah Cermin Rakyat Rakyat yang cerdas tidak mungkin memilih pemimpin yang bodoh. Rakyat yang bersih tidak mungkin memilih pemimpin yang korup. Tetapi sebaliknya bila rakyatnya korup maka pasti yang akan dipilih adalah pemimpin yang korup. Karena itu terpilihnya Fir’un sebagi raja, adalah karena rakyatnya bodoh dan bejat. Sebab siapakah sebenarnya seorang pemimpin, jika ia tidak mendapatkan dukungan? Ia sebenarnya tidak berdaya apa-apa. Jika semua rakyatnya bersatu untuk menyerangnya ia pasti tidak bisa bertahan. Karenanya pemimpin yang korup akan selalu menciptakan lingkungan agar rakyat tetap bodoh. Sebab dengan kebodohannya ia akan lebih lama berkuasa, dan lebih nyaman menikmaati kedzalimannya.
Pemimpin yang Adil
Kepemimpinan lebih holistik dan
lebih ampuh dalam memecahkan masalah bangsa dan negara. Misalnya kita
mengingingkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, slogan yang
berulang-ulang disebutkan oleh tokoh pemerintah maupun tokoh masyarakat. Tetapi
banyak yang menyuarakannya tanpa makna, seperti suatu keharusan dalam isi
pidato. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa tidak bisa dicapai hanya dari
tersedianya pemimpin yang bersih (tidak korupsi), tetapi rakyatnya perlu bersih
juga (tidak korupsi dan sekaligus anti korupsi), juga system pengambilan
keputusan dalam penggunaan dana negara harus bersih dan jelas. Lingkungan untuk
berdialog antar pemimpin dan yang dipimpin juga ada. Jadi pemerintahan yang
bersih dan berwibawa dapat dicapai apabila tersedia kepemimpinan yang bersih
dan berwibawa.
Kita tidak perlu mengelu-ngelukan pesta demokrasi,
karena hal yang terpenting adalah bagaimana memilih pemimpin tanpa pertikaian
yang tajam, bahkan sampai menumpahkan darah, dan bagaimana mengawasi bersama
jalannya pemerintah, dan yang lebih penting lagi membantu jalannya pemerintahan.
Tugas kepemimpinan itu adalah tugas pemimpin dan yang
dipimpin, tugas seluruh umat tergantung pada skalanya masing-masing. Seorang
pemimpin nasional tentu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin nasional dengan
segala urusannya, apakah itu sektor, pembangunan daerah, politik luar negeri
dan seterusnya. Pemimpin daerah mengurus daerah, pemimpin departmen menangani
departemen di bawah wewenangnya, dan seterusnya sampai pada tingkat rumah
tangga dimana kepala rumah tangga bertanggung jawab mengurus rumah tangganya,
bahkan sampai kepada tiap individu yaitu tiap orang bertanggung jawab mengatur
dirinya sendiri sehingga memberi manfaat tidak saja bagi dirinya sendiri tetapi
juga bagi keluarga dan masyarakat luas.
Jadi pada dasarnya tiap individu dari sebuah bangsa
mengemban amanat kepemimpinan. Untuk kita yang beriman seikhlasnya kepada
Allah, tuntunannya sudah jelas seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Quran
serta teladan dan ajaran dari Rasulullah SAW. Perhatikan Sabda Allah dalam
Surat Saad: ayat 26 berikut ini: "Hai Daud, sesungguhnya Kami telah
nobatkan kamu menjadi (pemimpin) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara)
di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena
ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.
Dari firman Allah tersebut diatas kata Khalifah
melekat dengan berlaku adil dan menahan diri dari hawa nafsu. Jadi kedua sifat
ini sudah menjadi prasyarat khalifah atau pemimpin. Disiplin ilmu seperti
organizational development dan institutional development membedakan antara
leader dan ruler (administrator). Untuk orang awam kosa kata ini kelihatan sama
saja. Sama-sama memerintah, sama-sama berkuasa, sama-sama punya pengikut dan
umat dan banyak sekali kesamaannya.
Pemimpin seharusnya orang yang dicintai rakyatnya,
orang yang memberi semangat, motivasi, dan inspirasi kepada yang dipimpin, dan
orang yang mempunyai visi ke depan yang dapat dimengerti orang banyak dan
bermanfaat bagi orang banyak. Sedangkan penguasa atau administrator adalah
orang yang menjalankan roda pemerintahan karena faktor kewajiban saja, demi
mencapai akses kepada kemakmuran pribadi yang lebih tinggi tingkatannya maka
penguasa tersebut akan menjalankan kewajibannya sebagaimana yang lajim berlaku
pada masa lalu.
Penguasa ini seringkali tidak mampu beradaptasi
dengan perkembangan jaman. Kebiasaan menganiaya rakyat diteruskan tanpa
menyadari perkembangan hebat dari internet. Penguasa ini berpikir bahwa
perbuatannya menganiaya rakyat tidak ada yang mengetahui, padahal begitu ada
peluang terbuka maka seseorang dapat saja merekam perbuatan penguasa tersebut,
cukup dengan up loading ke You Tube, terbongkarlah segala perbuatan busuk penguasa
tersebut. Belum lagi akan ditanya pertanggung jawabannya di akhirat oleh Allah
SWT.
Teknologi You Tube akan menjadi usang di akhirat
nanti, karena tangan, kaki, dan seluruh anggota badan akan berbicara melaporkan
perbuatan durjana dari penguasa tersebut kepada Allah. Belum lagi rakyat yang
teraniaya, tentu akan mendapat kesempatan menjadi saksi atas perbuatan terkutuk
penguasa tersebut. Menjadi khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini, bukanlah
pekerjaan enteng. Menjalankan peranan khalifah sebagai administrator/ruler saja
bukanlah hal yang mudah mengingat perannya paling tidak menjalankan tradisi
yang sudah berlaku dan meningkatkan mutu kehidupan negara dan bangsa. Apalagi
menjadi Khalifah dengan kualitas sebagai pemimpin yang membawa muslim sebagai rahmatan
lil alamin. Manusia yang membawa berkah kepada alam semesta.
Dalil adil dan kemampuan menahan diri dari hawa nafsu
adalah dalil mutlak. Sudah disabdakan oleh Allah jauh sebelum penciptaan Adam
A.S., jauh sebelum pengusiran Iblis dari surga kerena pembangkangannya (Surat
Al- Baqarah ayat 30 menceritakan dialog pertama sebelum kehadiran Adam A.S.).
Dalil adil dan kemampuan mengontrol diri jauh lebih penting dari faktor
keturunan, lebih penting dari hubungan darah. Entah kenapa dunia ini didominasi
pemikiran bahwa faktor keturunan sangatlah penting dalam pewarisan
kepemimpinan. Anak bekas presiden atau wakil presiden memenuhi persyaratan
menjadi presiden atau ketua partai.
Banyak sekali perdebatan apakah faktor biologi
(keturunan) lebih penting dari faktor lingkungan dalam pertumbuhan seorang
manusia. Kedua faktor tersebut memang sangat penting, ada faktor pembawaan yang
memang diwariskan dari anak ke orang tua, namun apabila lingkungan tidak
kondusif, maka faktor bawaan itu tidak berkembang seperti yang diharapkan.
Anak-anak Presiden atau Wakil Presiden walaupun pergi ke sekolah umum, tidak
dikungkung di dalam pagar istana. Namun tetap dalam lingkaran steril, karena
kemanapun mereka pergi selalu dikelilingi pengawal.
Hal tersebut tidak menjamin bahwa anak-anak tersebut
akan mewarisi bakat kepemimpinan dari ayah mereka.
Banyak anak Presiden atau anak pejabat gagal
menyelesaikan pendidikan S-1, kalaupun ada yang dapat selesai banyak sekali
intervensi dari pengaruh orangtua. Kita menyaksikan betapa banyak anak-anak
orang terpandang gagal menjalankan roda organisasi sosial atau gagal berbisnis,
kalaupun kelihatan bisnisnya berhasil, sekali lagi faktor keberhasilannya
adalah hasil intervensi pengaruh orangtua.
Dari sini nampak bahwa suara rakyat adalah sangat menentukan terhadap lahirnya seorang pemimpin. Oleh sebab itu, kita sebagi rakyat hendaknya bersungguh-sungguh untuk menjadi rakyat yang baik, sebab jika tidak, kita sendiri yang rugi dan sengsara.
Rasulullah saw. Bersabda: ”Bahwa
seorang mu’min tidak pantas terjatuh ke lubang yang sama dua kali”. Maka
cukuplah masa lalu kita jadikan pelajaran. Sekarang sudah saatnya kita memilih
pemimpin yang benar-benar membawa risalah Allah. Sebab hanya dengan menegakkan
ajaran Allah swt keberkahan akan turun. Allah berfirman:
”Seandainya
penduduk sebuah negeri beriman dan bertaqwa, niscaya akan Kami turunkan
keberkahan dari langit dan bumi”. QS. Al A’raf : 96.
Berdasarkan
hal di atas, jelas bahwa keberkahan yang akan kita raih tergantung perjuangan
kita untuk menegakkan ajaran Allah. Dan untuk itu sungguh sebuah keniscayaan
kita memilih seorang pemimpin yang benar-benar membawa keberkahan. Itulah
pemimpin yang bersih dan senantiasa mengedepankan risalah Allah swt sebagai
panduannya.
Sejarah telah membuktikan bahwa kisah-kisah pemimpin
berhasil seperti yang Allah swt ceritakan dalam Al Qur’an, misalnya: Nabi Daud
as, Nabi Sulaiman as, dan Dzul Qarnain, itu adalah karena kesungguhan mereka
menegakkan ajaran Allah dalam kepemimpinannya. Begitu juga kepemimpinan
Rasulullah saw, yang dilanjutkan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Abdul Aziz. Mereka
dalah contoh-contoh yang tidak bisa kita nafikan sebagai puncak pemimpin yang
paling berhasil dan sukses.
Dan bila kita teliti kunci utama keberhasailan
mereka adalah karena mereka memimpin dengan ketaqwaan. Sebab bila seorang
pemimpin bertaqwa ia pasti jujur dan amanah. Bila seorang pemimpin jujur dan
amanah ia pasti akan memberikan yang terbaik kepada rakyat yang dipimpinnya.
Sebaliknya bila seorang pemimpin tidak bertaqwa, ia pasti akan selalu membawa bencana dengan kedzaliman yang ia bangga-banggakan. Kedzaliman adalah sumber kesengsaraan. Karena itu Allah swt menyebutkan bahwa orang yang paling dzalim adalah orang yanga setelah mendapatkan tuntunan dari Allah malah ia berpaling darinya. Mengapa dikatakan dzalim, karena dengan kedzalimannya tidak saja ia menjadikan dirinya sebagai bahan neraka, melain juga dengan kedzalimannya ia membawa acaman bagi orang lain yang dipimpinnya. Wallahu A’lam bish Shawab.
Sebaliknya bila seorang pemimpin tidak bertaqwa, ia pasti akan selalu membawa bencana dengan kedzaliman yang ia bangga-banggakan. Kedzaliman adalah sumber kesengsaraan. Karena itu Allah swt menyebutkan bahwa orang yang paling dzalim adalah orang yanga setelah mendapatkan tuntunan dari Allah malah ia berpaling darinya. Mengapa dikatakan dzalim, karena dengan kedzalimannya tidak saja ia menjadikan dirinya sebagai bahan neraka, melain juga dengan kedzalimannya ia membawa acaman bagi orang lain yang dipimpinnya. Wallahu A’lam bish Shawab.
Pemimpin Mesti Menaungi Rakyat, Membela Dan Memberi Keadilan
Sepenuhnya Untuk Setiap Kelompok
Yang Ada Di Dalam Negara.
Paparan berikut adalah tulisan
seorang pengamat politik tanah air. Pak Lang paparkan untuk renungan para ahli
politik. Rakyat sedang menilai setiap parti dan kelompok yang ada. Tuhan yang
maha kuasa pastilah mempunyai perencanaanNya untuk menaikkan setiap pemimpin
yang baik bagi negara bertuah ini. Siapa sahaja mampu berusaha tetapi di
akhirnya adalah ketentuan Tuhan.
Dato' Seri Najib sebagai Perdana
Menteri yang baru mendapat mandat menguasai kerajaan Malaysia diharapkan
benar-benar menjadi pemimpin negara berjiwa besar - mampu melayani kehendak
semua golongan rakyat di bawah pentadbirannya. Pak Lang sedang mengkaji episod
seterusnya perjalanan kepimpinan beliau.
“Waktu dan zaman berubah. Ia juga
membawa perubahan kepada keadaan sesebuah negara termasuk politiknya sendiri.
Negara kita tidak terkecuali dari melalui perubahan ini. Tidak mungkin keadaan sekarang
mampu memberikan satu kerajaan yang benar-benar stabil dan berkesan. Baik
dari pihak kerajaan dan pembangkang, roh politik yang sebenarnya secocok dengan
kehendak rakyat dan negara sudah tidak dapat di perkasakan lagi. Tidak mungkin
kita akan mengalami satu keadaan yang pernah kita alami dahulu jika keadaan
sekarang berterusan berlaku.Ramai rakyat yang berfikir, dan ada juga pemimpin
yang mencari jalan penyelesaian terhadap kecelaruan politik negara kita ini.
Tentunya penyelesaian itu terbit dari pemikiran manusia yang insaf dan tekun
mengamalkan introspeksi terhadap kecelaruan ini. Yang berfikir dengan
bertanggungjawab akan sentiasa mencari kaedah untuk memperbaiki keadaan negara
dan diri sendiri.
Di akhir-akhir ini ada kedengaran usaha beberapa pemimpin dikalangan ahli-ahli Parlimen yang tidak berpuas hati dengan keadaan yang ada sekarang ini dan formula baru nampaknya sudah mula bertunas. Samada ia akan berjaya dilakukan, itu juga adalah ketentuan dari Tuhan Maha Esa. Seperti biasa keresahan dikalangan pemimpin-pemimpin serta ahli-ahli legislatif itu akan membawa perubahan dan gerak ini diharapkan adalah gerak yang diredhai Tuhan.
Kedengaran yang mereka bersungguh-sungguh mahukan perubahan ini dilakukan sekarang juga dan sambil itu melakukan transformasi yang sebenarnya yang diperlukan oleh negara dan rakyat. Jika gerakan ini menghasilkan perubahan kepada negara ia perlu mendapat sokongan semua pihak agar impian rakyat untuk hidup dalam ‘environment’ politik yang baru dan kesejukan siasah negara dapat dirasakan semua.
Di akhir-akhir ini ada kedengaran usaha beberapa pemimpin dikalangan ahli-ahli Parlimen yang tidak berpuas hati dengan keadaan yang ada sekarang ini dan formula baru nampaknya sudah mula bertunas. Samada ia akan berjaya dilakukan, itu juga adalah ketentuan dari Tuhan Maha Esa. Seperti biasa keresahan dikalangan pemimpin-pemimpin serta ahli-ahli legislatif itu akan membawa perubahan dan gerak ini diharapkan adalah gerak yang diredhai Tuhan.
Kedengaran yang mereka bersungguh-sungguh mahukan perubahan ini dilakukan sekarang juga dan sambil itu melakukan transformasi yang sebenarnya yang diperlukan oleh negara dan rakyat. Jika gerakan ini menghasilkan perubahan kepada negara ia perlu mendapat sokongan semua pihak agar impian rakyat untuk hidup dalam ‘environment’ politik yang baru dan kesejukan siasah negara dapat dirasakan semua.
Kita
mahukan sebuah negara baru, seperti yang selalu disebutkan oleh blog ini. Kita
mahukan dasar yang baik perlaksanaannya. Kita mahukan imej rasuah yang
tertempel kepada kerajaan hari ini dihapuskan dan ‘stigma’ BN itu rasuah, rasuah
itu BN wajib dilenyapkan.
Imej ini
tentulah datang bersama dengan manusia yang memimpinnya. Seperti yang blog ini
selalu tekankan, tiada siapa dikalangan ahli-ahli kabinet sekarang berkemampuan
untuk membawa perubahan ini kerana mereka semuanya terlibat dengan isu rasuah
ini, setidak-tidaknya dalam erti kata ‘collective responsibility’ jemaah
menteri itu.
Ia mesti
dilakukan oleh pemimpn yang dipilih rakyat yang tidak terlibat bersama kabinet
sekarang dalam semua keputusan ‘collective’ itu. Memilih gantian dari mereka
yang berada dalam barisan kabinet dan MT UMNO sekarang ini tidak akan ada
perubahannya. Selalu blog ini menyatakan dengan tegas yang mereka ini datang
dari satu acuan yang sama.
Apabila
kerajaan baru itu dipimpin oleh seorang yang tidak berada didalam kabinet yang
mempunyai ‘stigma’ buruk itu, sekali gus imej dan pandangan serta persepsi
rakyat itu akan berubah. Perubahan ini perlu dilakukan dengan kadar yang segera
sebelum kita berpecah dan berbelah dalam semua hal kehidupan bernegara. Jika
perubahan ini berlaku secara yang disebutkan dan dicadangkan ini maka kita agak
pasti negara kita akan dipandang dengan lebih tinggi oleh masyarakat
antarabangsa.
Jika
Najib menjadi isunya sebagai Perdana Menteri yang terlemah ia tidak boleh
diperbaiki. Tetapi beliau boleh mengubah imej serta persepsi rakyat terhadap
beliau dengan mewariskan kepimpinan negara kepada seorang yang bertanggungjawab
dan beramanah. Meninggalkan nama yang baik bukan semestinya melalui hasil kerja
yang baik tetapi juga dengan memberikan tanggungjawab negara kepada orang yang
lebih berkemampuan dari beliau itu juga
adalah tindakan meninggalkan nama yang baik buat beiau.
Tindakan
mengaku kelemahan dan memberikan kepimpinan negara kepada seorang yang
berkebolehan untuk memperbaiki keadaan negara itu sendiri adalah pengorbanan
yang sangat besar kepada rakyat dan negara. Tindakan itu juga adalah tindakan
mulia demi untuk rakyat dan negara.
Beliau
akan diingati oleh generasi yang akan datang sebagai seorang pemimpin yang
berani melakukan tindakan untuk kebaikan dengan berkorban kepentingan peribadi
beliau sendiri. Begitu juga kepada Muhyidin Yassin dan rakan-rakan kabinet yang
lain. Mereka juga akan turut dikenang oleh generasi yang telah menyokong usaha
rakyat untuk merubah dan menghindarkan negara dari terjerumus kedalam politik
yang kacau bilau.
Jika
berlaku perubahan ini, maka kita tidak lagi bersusah payah memikirkan tentang
tindakan rakyat berhimpun ke sana ke mari sambil berbalas-balas tuduhan
diantara pihak-pihak yang berbalah sekarang ini.
Saya
tidak tahu sejauh mana kebenaran apa yang kita dengar itu. Tetapi jika Tengku
Razaleigh lah orangnya yang disebut-sebut menjadi pilihan untuk diberikan tugas
memperbaharui semangat negara dan demokrasi kita serta rakyatnya, ia merupakan
berita yang amat memberangsangkan oleh banyak pihak dinegara ini.
Dari
sudut psikologinya sahaja negara akan menganjakkan imej dan stigma negatif
negara yang sedang kita alami sekarang ini kepada imej yang baru yang
memberangsangkan. Apa yang sangat perlu bagi negara sekarang ialah lonjakan
persepsi yang baik untuk memulakan kerja dan tanggungjawab mengtransformasikan
negara dengan semangat baru dalam ‘ambience’ siasah yang baru.
Bermula
dengan semangat yang baru dan suasana politik negara yang baru, maka mudahlah
kita mengalihkan tumpuan rakyat yang sedang berbalah sesama sendiri di negara
ini kepada penantian baru bagi mereka. Lantas lebih mudahlah rakyat bersatu
serta memberikan sokongan kepada kerajaan baru dengan doa serta restu yang
menyeluruh dari rakyat jelata. Suasana politik baru inilah faktur besar yang
akan menyatukan rakyat yang sedang berbalah ini.
Dalam perjumpaan-perjumpaan saya dengan semua pihak setiap hari jelas apa yang kita dengar sekarang sudah terbina harapan menggunung yang sangat-sangat mereka tunggu dan nanti-nantikan, iaitu sebuah negara yang bersemangat baru.
Blog ini bersama yang ramai dibawah ini amat teruja untuk menulis lagi tentang isu ini lagi dalam posting-posting yang akan datang. Kerana apa blog ini teruja untuk menulisnya? Kerana nama yang disebut-sebut itu adalah nama yang sangat cocok dengan keperluan negara yang inginkan pembaharuan itu.
Tengku Razaleigh merupakan seorang ahli politik yang veteran disamping seorang teknokrat dan 'planner' pembangunan yang telah meletakkan asas ekonomi negara dizaman kegemilangan beliau. Hanya politik dalaman UMNO semasa itu yang telah mengenepikan beliau dari arus perdana politik negara. Beliau dikenali diperingkat antarabangsa dan pernah mempengerusikan setidak-tidak tiga institusi kewangan antarabangsa yang berbeza fungsinya dalam satu masa yang sama.
Diantaranya
ialah Bank Dunia yang beribu Pejabat di Washington, Bank Pembangunan Islam yang
beribu Pejabat di Jeddah serta Bank Pembangunan Asia yang beribu Pejabat di
Manila. Hanya politik dalaman UMNO sahaja yang menyebabkan beliau diketepikan sejak
tiga puluh tahun dahulu sehinggalah sekarang.
C.RAKYAT MENCARI PEMIMPIN YANG
SEJATI
“Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah
Lagi Maha Penyayang”
MUQADDIMAH
Pemimpin lahir dari rakyat. Semada
pemimpin kecil mahupun besar , bertaraf lokal mahupun nasional dan
internasional , semua lahir dari rakyat. Kepmimpinan dari rakyat dan merakyat
dikunci dengan satu nilai hubung yang terpenting iaitu kepedulian.Ertinya
pemimpin tanpa kepedulian adalah pemimpin palsu dan kepimpinan palsu akan
memporak-perandakan masyarakat.
Nilai kepimpinan bukan sahaja
bertunjangkan penerimaan majoriti seperti dalam sistem demokrasi yang
diagungkan sekarang. Kepimpinan tertampil pada hakikatnya daripada sifat dan
ciri keperibadiannya. Betapapun kepimpinan adalah berkait dengan pangkat
dan jawatan , namun sebenarnya kepimpinan sangat terkesan dengan karektor
peribadi yang dimilikki. Selebihnya seorang pemimpin itu dinilai dari segi
wawasan dan gagasan serta misi yang hendak dibawa.
KEPIMPINAN
Rakyat sememangnya mengharapkan
lahirnya pemimpin bangsa yang sejati. TERAS bermaksud seorang pemimpin sejati
ialah seorang yang sama ada menjawat suatu jawatan atau tidak, apakah ia masih
hidup atau sudahpun almarhum, rekod jawatannya masih disimpan dan dikenang atau
tidak, potretnya dilukis atau tidak, riwayat hidupnya dibukukan atau tidak –
namun masyarakat tetap menerimanya sebagai pemimpin umat dan bangsa.
Mengapa? Kerana dia menjadi pemimpin
bukan disebabkan ia memegang jawatan disesuatu posisi dalam sebuah jabatan
malah dia adalah pemimpin kerana dia tetap teguh dan konsisten antara visinya
dan tingkah lakunya yang jelas jujur, keselarasan antara apa yang ia kata dan
apa yang ia kotakan.
Sifat yang sedemikianlah yang
mengesahkan ia sebagai seorang pemimpin yang sejati. Maksudnya ketika tokoh-tokoh
jenis ini sudah meninggal dunia dan sudah tamat pergelutannya dalam hidup –
mati memperjuangkan kemerdekaan bangsa, mereka tetap dikenang dan dihormati
sebagai pemimpin yang tulen.
Terdapat perbezaan yang ketara
antara pemimpin dan jawatan dalam kepimpinan. Seorang pemimpin yang memegang
suatu jawatan, sebaik sahaja selesai samada terlepas atau dipaksa untuk
melepaskannya, seperti wayang yang sudah masuk kotak, tiada siapa yang ingin
mengenangnya lagi. Apatah lagi jika ketika memegang jawatan itu dia telah
menggunakan kedudukannya untuk mengembangkan egonya atau mengamalkan nepotisme
keluarganya sendiri.
Meskipun ketika ia menjawat jawatan
itu, berbuih-buih mulutnya mendakwa dirinya sebagai pemimpin sejati dan pejuang
sejati, rakyat akan menguji ketulusannya, sejauh mana ia konsisten menyatakan
antara kata-kata dan tindakan serta bagaimana ia benar-benar tulus
memperjuangkan kepentingan rakyat terbanyak.
Bukan mengelembungkan nepotisme
keluarganya dan memperkayakan dirinya sendiri ketika ia memegang kuasa dengan
cara berselindung dan bertopeng disebalik jawatannya. Pemimpin jenis ini bila
selesai ia melepaskan jawatannya itu rakyat tidak akan menghormatinya sebagai
orang lagi.
Banyak orang mengira bahawa memegang
jawatan sama dengan menjadi pemimpin. Namun, nurani rakyat akan menilai secara
jujur apakah seseorang itu pemimpin sejati ataukah pemimpin oportunis yang
hanya meraih peluang untuk memperkayakan diri ketika menduduki sesuatu jawatan.
Sebab itu terdapat perbezaan yang
ketara antara makna kepimpinan secara abadi dan makna jawatan dalam kepimpinan
yang bersifat sementara. Betapa banyak orang yang mengalami ‘post power
sindrome’ dimana ketika menjadi bekas penjawat sesuatu jawatan, mereka sudah
tidak dihormati rakyat manapun kerana harga diri mereka selama menjawat jawatan
sesungguhnya hanyalah harga diri yang palsu. Iaitu harga diri yang diraihnya
bersama jawatannya serta kekayaan yang dikumpulkannya pada kesempatan yang
diperolehinya selama memegang jawatan tersebut.
Selebihnya dia sebenarnya bukan
pemimpin yang sejati malah pemimpin yang hanya bersandar pada jawatan
semata-mata.
Pengesahan seseorang pemimpin pada
hakikatnya ialah pengesahan moral. Ertinya, ia dinobatkan oleh rakyat kerana
sumbangan dan perjuangan moralnya. Mungkin secara formal dia tidak memegang
jawatan seorang menteri, atau seorang ketua kampung atau seorang jeneral dalam
tentera.
Ia dihargai kerana idea dan visinya
untuk memperjuangkan martabat umat dan bangsanya agar bebas dari ketakutan dan
tampil dengan kepercayaan terhadap diri, berpegang teguh kepada suara nurani
untuk mengatakan yang benar adalah benar dan yang batil adalah batil.
Inilah
yang menjadi sumber kepada kualiti kepimpinannya serta juga sebagai
sumber makna hidupnya. Dengan yang demikian itu juga membuatnya menjadi
pemimpin yang benar dari segi kata maupun tindakan. Pada dirinya sarat dengan
keteladanan, tidak pasrah dirayu rasuah, tidak mengalah dipujuk kolusi, tidak
berkompromi untuk melakukan dusta, tidak murah mempergadai prinsip dan melacur
martabat diri. Pemimpin seperti inilah yang tetap dihayati dan diterima dari
generasi ke generasi sebagai pemimpin dan bukan sekadar penjawat jawatan
Presiden atau Perdana Menteri. Pengesahan seorang pemimpin juga berasal dari
ketulusan penerimaan rakyat terbanyak terhadap kepimpinannya. Pengesahan
kepimpinan tidak boleh diganti dengan sekian banyak gelaran, ‘Datuk’, ‘Tan
Sri’, ‘Tun’, ‘Datuk Seri’. Ia juga tidak boleh diganti dengan sekian longgokan
kekayaan yang menggunung.Pengesahan pemimpin sejati ialah dengan warisan
keteguhannya ketika terpaksa menderita dalam penjara, menjalani hukuman
pembuangan, ketekunan dan kesabaran mendidik umat dan bangsa dan pengorbanan
sejati dalam hal waktu, wang, tenaga, fikiran dan keringat. Semua ini
dicurahkannya dengan penuh tulus, tidak menagih habuan apapun, tidak terlintas
untuk mendapat sanjungan sedikitpun, malah secara konsisten ia meneruskan
perjuangannya untuk melihat martabat umat terpelihara dan memperolehi redha
Allah S.W.T. sebagai puncak idamannya.Tekadnya jelas untuk mengangkat potensi
dari sebuah umat dan bangsa yang merdeka, tidak mahu menyerah apalagi tunduk
takut kepada penjajah baik dalam apa bentuk sekalipun.Pengesahannya sebagai
pemimpin sesungguhnya adalah bersumber dari rasa nurani jutaan rakyat yang
mengakunya sebagai pemimpin. Mereka mengenang perjuangannya dari khazanah
sejarah yang lalu hingga kini.Rakyat mengesahkan pemimpin ini kerana dia tidak
pernah memikirkan dirinya sendiri atau keluarganya sendiri melainkan kerana dia
berani mengorbankan hidupnya untuk kemerdekaan bangsa ini.Lain kedudukannya
seorang pemimpin yang bersandarkan kepimpinannya kepada jawatan yang
dipegangnya. Sebaik sahaja selesai dan tamat tempoh jawatannya tiada siapa lagi
yang mahu menyapanya jauh sekali dipuja, apa lagi di –ABC- kan dengan
gelaran-gelaran yang diperolehinya dahulu. Kalau dahulu pujaan yang diungkap
oleh orang-orang bawahannya adalah lantaran mahu meraih habuan dan
kedudukannya.
Bila tamat
sahaja jawatannya, hilanglah segala makna pada semua itu. Dalam perkataan lain
kita dapati banyak pemegang jawatan sebagai pemimpin mengira bahawa jawatan
rasminya itu adalah kekuasaan yang boleh dipakai untuk memperkayakan egonya
sebagai caranya untuk menampilkan dirinya sebagai pemimpin. Padahal
penampilannya hanyalah penampilan baju, penampilan rasmi penuh upacara kosong
dan ‘gincu-gincu’ kekuasaan yang sementara sifatnya.
Namun dia
mengira semua itu seolah-olah abadi dan kekal dengan hiasan kosmetik sebagai
topeng untuk memperlihatkan kehebatan dan kekuasaannya. Ditonjolkanlah dirinya
dengan gaya pakaian, kereta rasmi yang mewah, diiringi sederet pembantu dan
pengawal, ditempatkan dirinya di barisan depan, berkerusikan kerusi empok yang
lebih istimewa dari rakyat biasa, dijaga segala protokol untuk dirinya dan
berpidato dengan ucapan yang penuh melambangkan otoritinya. Walhal dia tahu
betul sebenarnya semua itu hanya wayang yang cuba di layarkan dihadapan rakyat
seolah-olah dia benar-benar berwibawa.
Pemimpin
sejati lain wataknya. Dia tidak menghiraukan sama sekali gelaran dan hiasan-hiasan
semacam itu. Dikala pemimpin ‘kosmetik’ dan pemimpin ‘opotunis’ akan mengumpul
segala alasan ,untuk tidak mahu bertanggungjawab terhadap krisis yang menimpa
rakyat, pemimpin sejati akan berani tampil dan amat terbuka untuk mengakui
dengan rendah diri kesilapannya atau amalan korup, nepotisme dan dibiarkannya
semua itu berlaku dengan berleluasa dan semua krisis itu sebenarnya berasal
sumber dan dirinya sebagai pemimpin.
Dalam
kemelut dan dilema rakyat mencari pemimpin sejati yang diharap dapat
benar-benar memperjuangkan kebenaran dan keadilan sekaligus dapat mengangkat
martabat umat dan bangsa, kita harus membimbing rakyat agar dapat mengukur sang
pemimpin mengenai visinya dalam melahirkan masyarakat yang lebih demokratis,
yang tidak dikuasai oleh ketakutan dan dibelengui oleh kebisuan serta tidak
dilumpuhkan oleh birokrasi pemimpin yang hanya sibuk menjaga protokol dan
pangkat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adil
adalah sifat perbuatana manusia. Menurut arti katanya “adil” artinya tidak
sewenang-wenang pada diri sendiri maupun kepada pihak lain. Maksud dari ketidak
sewenang-wenangnya dapat berupa keadaan :
a. Sama (seimbang), Nilai yang tidak berbeda
b. Tidak berat sebelah, perlakukan yang sama dan tidak pilih
kasih
c. Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan
tidak kurang
d. Patut / layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis dan
proporsional
e. Perlakuan pada diri sendiri sama seprti perlakuan kepada
pihak lain dan sebaliknya
Untuk membuat
nilai-nilai ini bisa kembali menjadi pedoman dan pengamalan dalam
keseharian warga negara Indonesia, maka sudah
seharusnya pemerintahan
otoriter di Indonesia untuk memprogram ulang otak bangsa kita dengan suatu
dokrin nilai – nilai sosial dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat di negara Indonesia yang nyata- nyata sangat plural ini.
Pemerintahan otoriter sangat diperlukan ketika berhadapan dengan masyarakat
yang tak bermoral, tak terkendali tak mau diatur, dan merasa dirinya adalah
kebenaran itu sendiri tanpa sadar bahwa mereka hidup bersama dengan orang lain.
Semoga saja bangsa Indonesia tidak separah itu.
B.Saran
Berdasarkan
pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran bahwa,
Selaku bangsa indonesia yang berfalsafah Pansacila,
seharusnya untuk saling bersikap
adil baik dalam kehidupan keluarga,
Lingkungan Masyarakat dan
Berbangsa. Sesuai dengan Tuntutan Sial ke-5 Pancasila, “Keadilan Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”.
Sebagai warga negara yang taat Hukum dan mempunyai jiwa
patriot, semestinya mengajak warga negara Indonesia untuk mendukung dan
bersama-
Sama memperjuangkan dan menegakkan Keadilan, agar bingkai Bhineka
Tuggal Ika kuat tertanam dalam diri warga negara Indonesia yang majemuk ini
DAFTAR PUSTAKA
http://madinah_siti,blogspot.com
http://bella0107.blogspot.com
hhtp://pujiamu.blogspot.com
hhtp://suaramuhajirin.blogspot.com
hhtp://www.dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar