BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Filsafat dan ilmu adalah dua kata
yang sering terkait, baik secara substansial maupun hisfories karena kelahiran
ilmu tidak lepas dari peranan Filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadapan Filsafat. Kelahiran Filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa
Yunnai dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah
yang lebih domain.
Dengan Filsafat, pola pikir yang selalu
tergantung pada rasio. Kejadian seperti gerhana tidak lagi di anggap sebagai
kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan
oleh matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga
bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Perubahan dari pola pikir
mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Perubahan yang mendasar
adalah di temukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah. Yang menjelaskan
perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun manusia sendiri. Studi
filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”. Tujuan umum filsafat adalah
menjadikan manusia yang susila.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1. Apakah pengertian filsafat?
2. Apakah Objek Filsafat?
3. Apakah Metode kaitan filsafat?
4. Apakah Sifat dasar filsafat?
5. Apakah cabang/pembagian filsafat?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
pokok masalah yang telah dirumuskandi atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengertian filsafat.
2. Mengetahui objek filsafat.
3. Mengetahui metode kaitan filsafat.
4. Mengetahui sifat dasar filsafat.
5. Mengetahui cabang/pembagian filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat
Secara etimologis, kata Filsafat
dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris di kenal dengan
istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. [1]Kata
philosophia terdiri atas kata philein yag berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijakasanaan (Wisdom), sehingga secara etimologi Filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love ofwisdom).[2]
Seorang Filsafat adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Secara
terminologis (istilah), terdapat banyak definisi filsafat. Beragamnya definisi
filsafat menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih sudut
pandang dalam memikirkan filsafat. Bahkan, perbedaan sudut pandang ini
diusahakan untuk dapat saling melengkapi.
Berikut ini beberapa definisi
filsafat menurut para ahli:
1. Menurut
plato, Filsafat adalah pengaturan yang terminat mencapai pengetahuan kebenaran
yang asli.
2. Menurut Aristoteles, Filsafat
adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang tekadang di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik dan estetika
(Filsafat keindahan).[3]
3. William James, Filsafat adalah
suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berfikir yang jelas dan terang.
4.
Poedjawijatno, Filsasat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki
keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya.
5.
Sidi Gazalba,Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan
universal.
Dari beberapa definisi di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal,
sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan
kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal (mendasar, mendalam,
sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak
serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak
khusus serta tidak parsial).
B.
Objek Filsafat
Objek filsafat dapat dibagi menjadi
dua, yaitu objek material dan objek formal.[4]
1.
Objek material
Objek material filsafat yaitu suatu yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau objek
material yaitu hal yang diselidiki di pandang atau disorot oleh suatu disiplin
ilmu.
Saefuddin Ashari menyebut objek
material filsafat ialah sarwa yang ada, yang pada garis besarnya dapat kita
bagi atas tiga persoalan pokok:
a. Hakikat
Tuhan.
b. Hakikat
Alam.
c. Hakikat
Manusia.
2.
Objek formal
Objek formal filsafat yaitu sudut
pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari
objek materialnya. Jadi yang membedakan Filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak
dalam objek material dan objek formalnya. Jika dalam ilmu-ilmu lain, objek
materialnya mambatasi dari apapun pada objek formalnya membahas objek
materialnya itu sampai ke hakikatnya untuk esensi dari yang di hadapinya. Menurut
Oeman AmirHoesin, objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan
yang sedalam-dalamnya tenyang objek material filsafat (segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada).
C.
Metode
Filsafat
Kata metode berasal dari kata Yunani
methods, sambungan kata depan meta (ialah menuju, melalui, mengikuti, sesudah)
dan kata benda hodos (ialah jalan perjalanan, cara, arah, kata methodos sendiri
berarti penelitian. Metode ilmiah, hipoteses ilmiah, uraian ilmiah. Metode
inilah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. [5]
Runes dalam dictionary of philosophy
sebagaimana di kutip oleh Anton Bakker menguraikan sepanjang sejarah Filsafat
telah di kembangkan sejumlah metode-metode Filsafat yang berbeda yang dapat di
susun menurut garis histories metode tersebut, yaitu:
1. Metode kritis: Socrates, Plato Bersifat analisis istilah
dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan
jalan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak akhirnya di
temukan hakikat.
2. Metode intuitif: Plotinus, Bergson Dengan jalan
instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan.
Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu
penerangan pikiran.
3. Metode skolastik: Aristoteles, Thomas Aqinas, Filsafat
abad pertengahan. Metode ini cenderung bersifat sintesis-deduktif, dengan
bertitik tolak dari defenisidefenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan
sendirinya, di tarik kesimpulankesimpulan.
4. Metode Geometris: Rene decscarter
dan pengikutnya. Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks, di capai intuisi
akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari
hakikat-hakikat itu di dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.
D.
Sifat Dasar Filsafat
·
Berfikir Radikal: menemukan akar
seluruh kenyataan.
Para filosuf
adalah para pemikir radikal, sehingga
mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas atau
realitas tertentu saja. Karena dikalangan berfikir mereka akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radikal atau akar sebuah realitas memang selalu
dianggap penting oleh mereka karena menemukan akar atau radikal
tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut. Berpikir
radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas
itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar seluruh
sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal). Lois O. Kattsoff (1996 :
6) mengatakan bahwa kegiatan
kefilsafatan ialah merenung, tetapi bukanlah melamun dan bukan pula berfikir secara
kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara
mendalam, radikal, sistematis dan
universal.[6]
·
Mencari Asas: menemukan sesuatu yang
menjadi esensi realitas.
Dalam memandang
seluruh realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang paling
hakiki dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf Yunani, yang terkenal
dengan filsuf alam mengamati keanekaragaman realitas di alam semesta ini, lalu
bertanya “apakah di balik realitas alam yang beraneka ragam ini ada suatu asas atau dasar ?”. Mereka
mulai mencari jawaban yang hakiki tentang itu semua. Thales menemukan
asas alam semesta ini adalah air,
Aneximenes menemukan bahwa asasnya adalah udara, dan Empedokles
mengatakan ada empat unsur yang membentuk realitas alam ini, yaitu api, udara,
tanah dan air.
·
Memburu Kebenaran.
Berfilsafat
berarti memburu kebenaran hakiki tentang sesuatu. Filsuf adalah pemburu
kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki dan tidak meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang
sungguh-sungguh atau hakiki dan dapat dipertanggung jawabkan, maka setiap kebenaran yang telah diraih harus
senantiasa terbuka. Kebenaran tentang sesuatu yang sudah ditemukan oleh seorang
filsuf akan selalu diteliti ulang oleh yang lain demi mencari kebenaran yang
lebi hakiki dan dapat dipertanggungjawabkan.
·
Mencari Kejelasan: baik kejelasan
pengertian maupun kejelasan intelektual.
Berfilsafat berarti mencari
kejelasan baik kejelasan mengenai pengertian maupun kejelasan intelektual.
Untuk mencari semua itu diperlukan penelian yang mendalam dan kerja keras agar
dapat mengetahui dan mengerti hakikat kejelasan suatu hal atau masalah secara
mendalam.
· Berfikir
Rasional; logis, sistematis dan kritis.
Dalam berfilsafat perlu adanya
berfikir rasional, logis, sistematis, dan kritis agar dapat mencapai kebenaran
universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial). Dengan
demikian akan memperjelas pemahaman akan realitas itu
sendiri dan menemukan hakikat sesuatu secara nyata dan mendalam.
E.
Cabang-Cabang
Filsafat
Setiap ahli filsafat mempunyai
pembagian filsafat yang berbeda-beda. Berikut ini ditampilkan beberapa
klasifikasi cabang-cabang filsafat.[7]
M. J. Langeveld membagi filsafat
dalam tiga masalah utama:
a. Lingkungan
masalah-masalah keadaan (metafisika manusia, alam, dan segala ciptaan Tuhan).
b. Lingkungan
masalah-masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, dan logika).
c. Lingkungan masalah-masalah nilai
(teori nilai, etika, estetika, moral, yang bernilai berdasarkan religi).
De Vos, dalam E. N. S. I. E. (Eerste Nederlandse Systematich Ingeriche
Encyclopaedie), menggolongkan cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
a.
Metafisika
b.
Logika
c.
Ajaran tentang ilmu pengetahuan
d.
Filsafat alam
e.
Filsafat kebudayaan
f.
Filsafat sejarah
g.
Etika
h.
Estetika
i.
Antropologi.
Alburey Castell, guru besar filsafat
di University of Oregon, membagi masalah-masalah filsafat enam bagian, yaitu:
a.
Theological
problem (masalah
teologis)
b.
Metafisikal
problem
(masalah metafisika)
c.
Epistemological
problem
(masalah epitemologi)
d.
Ethical
problem
(masalah etika)
e.
Political
problem
(masalah politik)
f.
Historical
problem
(masalah sejarah).
Aristoteles membagi filsafat ke
dalam tiga bidang studi:[8]
a.
Filsafat
spekulatif
atau teoretis. Filsafat teoretis atau spekulatif bersifat objektif. Termasuk
dalam bidang ini ialah fisika, metasifisika, biopsikologi, dan sebagainya.
Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu
sendiri.
b.
Filsafat
Praktika. Filsafat
praktika member petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan
sebagaimana mestinya. Termasuk daalm bidang ini adalah etika politik. Sasaran
pentinag bagi filsafat praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan
memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.
c.
Filsafat
produktif.
Filsafat produktif ialah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia
menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini
ialah kritik sastra, retorika, dan estetika. Adapun sasaran utama yang hendak
dicapai ialah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis
maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang benar.
Masih banyak pembagian lain yang
oleh para filsuf. Akan tetapi, saat ini pada umumnya filsafat dibagi dalam enam
bidang studi atau cabang sebagai berikut:
a.
Epistemologi. Epistemologi adalah filsafat
tentang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan:
serta validitas dan reabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap
pengetahuan.
b.
Metafisika. Metasifika adalah filsafat tentang
hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di
luar jangkauan pengalaman dan pengamatan indra manusia. Metafisika terdiri dari
ontologi, kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
c.
Logika. Logika adalah studi tentang metode
berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi,
deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
d.
Etika. Etika adalah studi tentang tingkah
laku yang ideal.Termasuk dalam etika adalah aksiologi.
e.
Estetika. Estetika adalah studi tentang
bentuk ideal dan keindahan. Estetika sering disebut juga filsafat seni (philosophy of art).
f.
Filsafat-filsafat
khusus
atau filsafat
tentang berbagai disiplin seperti filsafat hokum, filsafat sejarah,
filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan
sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Filsafat
adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap
segala yang ada dan yang mungkin ada.
2. Objek
filsafat dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Objek
material
Objek material filsafat yaitu suatu yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau objek material
yaitu hal yang diselidiki di pandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.
b. Objek
formal
Objek formal filsafat yaitu sudut
pandangan yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari
objek materialnya.
3.
Metode filsafat dapat dibagi menjadi:
a. Metode kritis: Socrates, Plato Bersifat analisis istilah
dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan
jalan bertanya, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak akhirnya di
temukan hakikat.
b. Metode intuitif: Plotinus, Bergson Dengan jalan
instrospeksi dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan.
Intelektual (bersama dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu
penerangan pikiran.
c. Metode
skolastik: Aristoteles, Thomas Aqinas, Filsafat abad pertengahan. Metode ini
cenderung bersifat sintesis-deduktif, dengan bertitik tolak dari
defenisidefenisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, di tarik
kesimpulankesimpulan.
d. Metode
Geometris: Rene decscarter dan pengikutnya. Melalui analisis mengenai hal-hal
kompleks, di capai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan
berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu di dideduksikan secara
matematis segala pengertian lainnya.
4. Sifat dasar filsafat, diantara yaitu:
a.
Berfikir Radikal: menemukan akar
seluruh kenyataan.
b.
Mencari Asas: menemukan sesuatu yang
menjadi esensi realitas.
c.
Memburu Kebenaran.
d.
Mencari Kejelasan: baik kejelasan
pengertian maupun kejelasan intelektual.
e. Berfikir
Rasional; logis, sistematis dan kritis.
5.
Filsafat dibagi dalam enam bidang
studi atau cabang sebagai berikut:
a.
Epistemologi. Epistemologi adalah filsafat
tentang ilmu pengetahuan yang mempersoalkan sumber, asal mula, dan jangkauan:
serta validitas dan reabilitas (reability) dari berbagai klaim terhadap
pengetahuan.
b.
Metafisika. Metasifika adalah filsafat tentang
hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang bersifat transenden, di
luar jangkauan pengalaman dan pengamatan indra manusia. Metafisika terdiri dari
ontologi, kosmologi, teologi metafisik, dan antropologi.
c.
Logika. Logika adalah studi tentang metode
berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi,
deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
d.
Etika. Etika adalah studi tentang tingkah
laku yang ideal.Termasuk dalam etika adalah aksiologi.
e.
Estetika. Estetika adalah studi tentang
bentuk ideal dan keindahan. Estetika sering disebut juga filsafat seni (philosophy of art).
f.
Filsafat-filsafat
khusus
atau filsafat
tentang berbagai disiplin seperti filsafat hokum, filsafat sejarah,
filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia, filsafat pendidikan, dan
sebagainya.
B.
Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dari apa yang
dipaparkan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Dan
untuk lebih memahami pengetahuan tentang filsafat umum diharapkan kepada para
pembaca disamping materi yang ada pada makalah ini juga mencari sumber atau
informasi yang berkaitan guna memperluas pemahaman dan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini,
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Maksum,
Ali, Pengantar Filsafat, Jogjakarta:
Ar- Ruzz, 2011.
Adib,
Mohammad, Filsafat Umum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
OK TERIMA KSH BXK
BalasHapus