Salam Hidup Penuh Berkah

Selasa, 10 November 2015

makalah: cabang filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Permasalahan dalam filsafat adalah permasalahan yang sangat vital yang ada dalam ajaran islam, karena mengandung begitu penting maknanya. Pendidikan islam menjadi hal paling prinsip di dalam islam yang memiliki kedudukan dalam keimanan seseorang kepada Allah swt. Manusia di dalam kehidupan ini di kelilingi oleh banyak pengetahuan. Dan agar manusia bahagia di dalam hidupnya, ia harus patuh dan tunduk terhadap pengajaran-pengajaran  itu.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filsafat?
2.      Bagaimana metode kajian filsafat?
3.      Bagaimana sifat dasar filsafat?
4.      Bagaimana cabang (pembagian filsafat)?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat.
2.      Untuk mengetahui  metode kajian filsafat.
3.      Untuk mengetahui sifat dasar filsafat.
4.      Untuk mengetahui cabang (pembagian filsafat).

D.    Manfaat Penulisan
Untuk di ketahui bahwa anak adalah mahluk yang mempunyai kata hati dan tujuan pendidikan memimpin anak agar mereka kelak dapat berdiri sendiri dan bertanggung  jawab sendiri.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat.
Pengertian filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan). Dalam bahasa Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis.
Banyak pengertian sfilsafat atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah Pengertian filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya  adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.


Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
1.      Socratest
       Socrates : Menurut Socrates Pengertian Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu  dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2.       Plato
       Plato (472 – 347 M.) : Pengertian Filsafat dari Plato, dalam karya tulisnya  “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan  tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif. Jika menurut tradisi filsafat dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 M.), seorang ahli matematika yang  lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). menurutnya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
 Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
3.      Al-Kindi.
       Pengertian Filsafat Al-Kindi: “Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia, Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran”.
4.      Aristoteles.
       Pengertian filsafat : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

5.      Cicero.
      Pengertian filsafat: filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
6.      Johann Gotlich Fickte.
        Pengertian filsafat: filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
7.      Paul Nartorp (1854 – 1924 ).
        filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
8.      Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ).
 Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Ø  Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Ø  Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Ø  Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
Ø  Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
9.      Notonegoro.
 Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
10.  Driyakarya.
        filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
11.  Sidi Gazalba.
       Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
12.  Harold H. Titus (1979 ).
       (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

13.  Hasbullah Bakry.
         Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.[1]
B.     Metode Kajian Filsafat.
        Filsafat merefleksikan apa saja tanpa batas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh kebenaran yang mendasar, menemukan makna dan inti dari segala inti. Sehingga filsafat merupakan eksplisitasi tentang hakikat realitas yang ada dalam kehidupan manusia.

       Gaya edukatif adalah memberikan penjelasan teratur dan sistematis tentang seluruh bidang filsafat atau tentang salah satu bagian sejauh sudah dihasilkan tentang  topik-topiknya, pendapat – pendapat, aliran-aliran. Sehingga bahan disajikan dalam bentuk objektifis statis.  Sebaliknya juga ada gaya emansipatoris atau konsientisasi yaitu secara sistematis metodis mendorong oran guntuk menyusun pandangan hidup sendiri, dan memecahkan maslahnya sendiri. Karena filasat sesungguhnya bersifat personal atau subjektifistis. Kemudian ada gaya inventif yaitu berusaha memecahkan permasalahan yang belum diselesaikan selama ini setelah melakukan evaluasi terhadap pengetahuan yang telah tersaji  sebagai data.
        Penelitian filsataf harus berpijak pada gaya inventif. Filsuf harus mempunyai pendapat pribadi dan harus menyusun sistematika pribadi. Ia membutuhkan inspirasi, komunikasi, bahkan konfrontasi dengan filsuf lain. Penelitian harus bersifat heuristik artinya aktualisasi pemikiran terus menerus. Filsafat memerlukan ilmu lain sebagai sumper pengalaman yang otentik.
        Pengetahuan rasional memiliki tiga tingkatan: pengetahuan biasa yaitu pengetahuan intuitif spontan dan tidak perlu penalaran formal,dan diperoleh dalam pergaulan dengan sekitarnya, pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang terorganisir dimana mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala dengan menggunakan sistem dan metode, pengetahuan filsafat yaitu mencari penjelasan terakhir dari  gejala-gejala  dan berusaha mempelajari asumsi-asumsi paling dasar di dalamnya. Pengetahuan filsafat ini merupakan lanjutan dari dan refleksi atas objek pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah empiris.
       Metode ilmiah yang dipakai sangat tergantung dari objek formal ilmu yang bersangkutan.  Diperlukan hampiran yang tepat  untuk setiap ilmu yang berbeda tarafnya. Pendekatan  dalam berbagai macam ilmupun juga berbeda menurut objek konkritnya.
            Kenyataan dalam arti luas adalah dunia manusia (yang terdiri dari empat taraf: taraf pelikan atau fisiko kimis, dunia hidup atau bios, dunia psikis atau persepsi, nafsu dan naluri, dunia human (terdiri empat level atau lapisan: bidang ekonomis yang berupa barang milik, dunia sosiopolitis yang berupa lembaga sosial , struktur sosial dan kekuasaan, dunia humanis yang berupa hubungan antar pribadi, persahabatan dan pendidikan,  dan dunia religius yang hubungan antar umat religius).
       Filsafat tidak hanya terbatas pada salah satu bidang atau lapisan kenyataan, melainkan meliputi semua bidang dan semua dimensi yang diteliti oleh ilmu-ilmu lain dan membuat bidang itu semua tanpa pengecualian  menjdi objek langsung bagi penelitiannya. Semua bidang itu oleh filsafat dipelajari menurut sebab-sebab yang mendasar; dalam hal inilah terletak objek formal filsafat. Secara konkrit semua bidang oleh filsafat dipelajari, sejauh berkaitan dengan hakekat manusia sendiri. Manusia harus dilihat dalam keutuhannya.  Maka filsafat sebagai ilmu dicap oleh objek formal ini: manusia sebagai manusia.
            Kita akan membahas sifat hakiki objek formal filsafat. Manusia itu objek. Ia dapat dipelajari menurut apa adanya; ia dapat diobservasi dan diselidiki dari jarak jauh. Ia tidak kalah dengan objek ilmu-ilmu eksakta, bahkan ia lebih kaya dan lebih kompleks daripadanya. Namun manusia juga subjek,. Dengan kesadaran ia menjalankan diri menjadi Ssumber sadar bagi kegiatannya sendiri. Manusia mengekspresikan diri. Dengan demikian ia menjadi data yang dapat diobservasi dan diukur; dalam dirinya, dalam tingkah laku dan bahasanya, dalam kegiatannya manusia merupakan suatu data jasmani dan dimensional atau suatu physcical fact. Ekspresinya diresapi oleh arti dan nilai dan maksud, oleh gaya dan intense rohani.
            Dalam pelaksanaan segala macam penelitian seseorang peneliti akan berhadapan dengan kenyataan. Dalam kenyataan terdapat tiga aspek yaitu bisa bebentuk fakta, berbentuk data dan berbentuk gejala. Fakta adalah suatu perbuatan atau kejadian. Data adalah pemberian dalam wujud  hal atau peristiwa yang disajikan atau wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan lain. Gejala adalah sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya peristiwa  atau kejadian. Fakta ditangkap sebagai suatu ekspresi manusia entah dalam pribadi manusia sendiri (bahasa, tarian, deklamasi dan kesopanan) atau dalam salah satu produk (puisi, sistem hukum, karya seni, alat, struktur sosial).Pada dasarnya interpretasi berarti tercapai pemahaman benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.
            Untuk memahami hakikat manusia tidak cukuphanya menyebut suatu deretan sifat-sifat yang tidak berhubungan satu sama lain. Hanya ada pemahaman benar, jika semua unsur struktural dilihat dalam satu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan internal structures atau internal relations.  Dalam penelitian filsafat, subjek yang menjadi objek studi tidakhanya dilihat secara atomistis yaitu secara terisolasi dari lingkungannya melainkan ditinjau dalam interaksi dengan seluruh kenyataannya.  Oleh karena itu baik dia sendiri, manupun ekspresinya, bersama pula lingkup jamannya sendiri, harus dilihat menurut perkembangannya. Masing-masing orang bergumul dalam antar relasi dengan dunianya, untuk membentukkan nasibnya dan sekaligus dibentuk olehnya.
            Hermeneutika bertitik pangkal dengan mempersoalkan pemahaman historis manusia. Subjek saat sekarang ini menjelaskan objek penelitian yang lampau; tetapi sebaliknya yang lampau menjelaskan situasi subjek bagi dirinya sendiri juga. Yang lama tetap berharga, tetapi mendapat arti baru; yang baru hanya diketahui berdasarkan yang lama. Dalam refleksi atas objek dan refleksi atas subjek yang diselidiki diusahakan mengkontruksikan suatu gambaran atau struktur yang murni dan konsisten, dan yang dengan cara sempurna memperlihatkan ciri-ciri khas yang berlaku bagi hakikat yang dilihat.
            Model yang paling sederhana ialah model pertama yaitu penelitian historis faktual salah satu tokoh model penelitian historis faktual mengenai naskah atau buku. Model kedua adalah penelitian faktual suatu konsep sepanjang sejarah.  Langkah berikutnya yang lebih kompleks ialah model ketiga yaitu penelitian  komparatif diantara totoh-tokoh, atau buku-buku atau konsep-konsep. Ketiga model pertama itu pada dasarnya merupakan penelitian pustaka. Model keempat langsung mengarahkan diri ke kenyataan yang hidup yaiu penelitian pandangan filosofis di lapangan, tetapi kenyataan itu diambil menurut apa adanya, diusahakan dipahami, dan dideskripsikan.. Model keenam (yang terakhir) merupakan model yang paling kompleks, sebab dari satu pihak berangkat dari kenyataan konkret yaitu penelitian masalah aktual di lapangan. Kemudian berakhir dengan refleksi pribadi yang otonom yaitu penelitian mengenai teori ilmiah.
            Refleksi tentang kenyataan sendiri tidak boleh absen dalam model mana saja, akan tetapi baru model penelitian lapangan, model sistematis-reflektif, dan refleksi tentang masalah aktual, memberikan bobot penuh pada unsur itu, masing-masing dengan caranya sendiri-sendiri. Dengan demikian masing-masing model ditandai oleh salah satu aspek khusus yang mewarnai seluruh arah penelitian. Masing-masing model itu dibicarakan semurni mungkin, dengan memberikan segala tekanan pada aspek khusus itu. Akan tetapi dapat juga dibuat kombinasi beberapa model, sehingga lebih dari satu segi diselidiki dengan mendalam.[2]
A.    Sifat Dasar Filsafat
Ø  Berfikir Radikal
Berfilsafat berarti berfikir secara radikal. Para filosuf adalah para pemikir radikal, sehingga mereka tidak akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas atau realitas tertentu saja. Keradikalan berfikir mereka akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radik atau akar sebuah realitas memang selalu dianggap penting oleh mereka karena menemukan akar atau radik tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut. Berpikir radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar seluruh sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal). Lois O. Kattsoff (1996 : 6) mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung, tetapi bukanlah melamun dan bukan pula berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematis dan universal.
Ø  Mencari asas
       Dalam memandang seluruh realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang peling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf Yunani, yang terkenal dengan filsuf alam menagamati keanekaragaman realitas di alam semesta ini, lalu bertanya “apakah di balik realitas alam yang beraneka ragam ini ada suatu asas atau dasar ?”. Mereka mulai mencari jawaban yang hakiki tentang itu semua. Thales menemukan asas alam semesta ini adalah air, Aneximenes menemukan bahwa asasnya adalah udara, dan Empedokles mengatakan ada empat unsur yang membentuk realitas alam ini, yaitu api, udara, tanah dan air.
Ø  Memburu Kebenaran
        Berfilsafat berarti memburu kebenaran hakiki tentang sesuatu. Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki dan tidak meragukan. Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh atau hakiki dan dapat dipertanggung jawabkan, maka setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka. Kebenaran tentang sesuatu yang sudah ditemukan oleh seorang filsuf akan selalu diteliti ulang oleh yang lain demi mencari kebenaran yang lebi hakiki dan dapat dipertanggungjawabkan.[3]
B.     Cabang-cabang Filsafat.
Pada awalnya filsafat terdiri tiga segi yaitu : apa yang disebut benar dan yang salah(logika); mana yang dianggap baik dan buruk(etika) dan apa yang termasuk indah dan jelek (estetika). Kemudian cabang tersebut berkembang lagi menjadi cabang-cabang filasafat yang lebih spesifik diantaranya; Metafisika  yaitu filsafat tentang hakikat yang ada dibalik filsafat bersifat transeden; Logika yaitu filsafat tentang yang benar dan yang salah; Etika yaitu tentang perilaku yang baik dan yang buruk; Estetika yaitu filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek; Epistemology yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan.
        Filsafat dalam coraknya yang baru mempunyai filsafat khusus lainnya yaitu :filsafat politik (filsafat pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika.
       Menurut Suriasumantri. Terdapat tiga landasan filsafat. Ketiga landasan itu yaitu ontologis,  epistemologi, dan aksiologis. Apa yang dikaji oleh pengetahuan (ontology) Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan itu (epistemology) serta untuk apa pengetahuan dipergunakan (aksiologi).
1.       Di dalam ontology terdapat beberapa aliran yang penting yaitu meliputi monoisme, dualisme, idealisme, dan agousticisme. Monoisme  memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal. Idealisme dinamakan juga spiritualisme, memandang segala sesuatu serba-cita atau serba roh. Dualisme memandang alam menjadi dua macam hakikat sebagai sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Agousticisme merupakan aliran yang mengikari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat seperti yang dikehendaki oleh imu metafisika. Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.
2.       Paham epistemologi antara lain: emperisme, idealisme, kritisme, dan rasionalis memrupakan paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan melaui pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Idealisme adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Kritisisme merupakan aliran filsafat yang menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
3.       Paham aksiologi antara lain : naturalisme, hedonisme, idealisme, perfectionism, theologies.
Naturalisme, aliran yang beranggapan bahwa     kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural   (fitrah) kejadian manusia sekali.  Perbuatan yang baik meurut aliran ini ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah manusia. Hedonisme, Aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan ‘hedone’ (kenikmatan dan    kelezatan). Kebaikan yang paling utama dan kewajiban seseorang ialah mencari kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Aliran hedonisme dibagi menjadi dua cabang yaitu hedonism egostik dan hedonism universal. Utilitarianisme, Aliran yang menilai baik dan   buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi    manusia (utility = manfaat). Idealisme, Aliran yang menilai baik buruknya    perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi    haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi. Vitalisme, Aliran yang menilai baik-buruknya    perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.[4]

BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
a.      Pengertian Filsafat.
       Pengertian filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan). Dalam bahasa Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
b.      Metode Kajian Filsafat.
        Filsafat merefleksikan apa saja tanpa batas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh kebenaran yang mendasar, menemukan makna dan inti dari segala inti. Sehingga filsafat merupakan eksplisitasi tentang hakikat realitas yang ada dalam kehidupan manusia.
c.        Sifat Dasar Filsafat
Ø  Berfikir Radikal
Ø  Memburu Kebenaran
Ø  Mencari asas
d. Cabang- cabang Filsafat.
      Pada awalnya filsafat terdiri tiga segi yaitu : apa yang disebut benar dan yang salah(logika); mana yang dianggap baik dan buruk(etika) dan apa yang termasuk indah dan jelek (estetika). Kemudian cabang tersebut berkembang lagi menjadi cabang.
B.     SARAN
       Dengan terselesainya makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung dari pembaca agar penyusunanan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Karena makalah ini masih terdapat kesalahan baik dari segi pengetikan maupun dari segi penyusunaan. Dan semoga penyusun dan pembaca dapat mengerti dan memahami materi dalam makah ini tentang Filsafat umum.













DAFTAR PUSTAKA
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.
Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu: Ontologi,Epistomologi Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan,cet,1; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Metode Kajian filsafat.
http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Sifat Dasr Filsafat filsafat.






[1] Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang Lingkupnya.http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.

       [2]http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Metode Kajian filsafat.
      

[3] http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/ Sifat Dasr Filsafat filsafat.

      [4] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi,Epistomologi Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan, (cet,1 Yogyakarta, Pustaka Pelajar) h.6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar