Salam Hidup Penuh Berkah

Selasa, 10 November 2015

makalah: objek filsafat

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk istimewa yang diciptakan Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada potensi-potensi yang Allah berikan kepadanya. Baik itu potensi yang berupa fisik ataupun non-fisik. Semua potensi fisik manusia memiliki fungsi yang sangat luar biasa kegunaannya bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, begitupun dengan potensi non-fisik yang terdiri atas: jiwa (psyche), akal (ratio) dan rasa (sense).
Dengan potensi akalnya, manusia mampu menjadi mahluk yang lebih mulia kedudukannya daripada mahluk lain. Allah telah mengaruniai manusia sebuah anugerah yang mampu menjadikan manusia mahluk yang berbudaya. Berbeda dengan hewan yang tidak mampu berbudaya dikarenakan hewan tidak memiliki akal. Dengan akalnya ini pula manusia mampu berfikir, bernalar dan memahami diri serta lingkungannya, berefleksi tentang bagaimana ia sebagai seorang manusia memandang dunianya dan bagaimana ia menata kehidupannya. Karena kemampuan dalam menggunakan nalarnya, manusia dapat mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia-rahasia kekuasaan-Nya.
Para ilmuan mampu mencapai sesuatu yang besar karena mereka dapat mengoptimalkan potensi akal yang Allah SWT berikan kepada mereka dan tentunya kepada kita juga. Dan salah satu bidang keilmuan yang membelajarkan manusia untuk dapat mengoptimalkan akalnya adalah Ilmu Filsafat. Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif menggunakan intelek dan rasio kita. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan coba dipaparkan sebuah pengantar filsafat sebagai bekal dalam menuju dan mengungkap rahasia terbesar yang tersimpan dalam akal kita.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filsafat?
2.      Apa objek filsafat?
3.      Bagaimana metode kajian filsafat?
4.      Apa sifat dasar filsafat?
5.      Cabang-cabang filsafat?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian filsafat.
2.      Mengetahui objek filsafat.
3.      Mengetahui dan memahami metode kajian filsafat.
4.      Mengetahui sifat dasr filasafat.
5.      Mengetahui cabang-cabang filsafat.
D.      Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memahami tentang filsafat dan mengajarkan tentang bagaimana berfikir ilmiah dan mencari hakikat dari segala sesuatu baik hakikat diri sendiri maupun lingkungan tentang alam ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani dan berarti” cinta akan hikmat” atau “cinta akan pengetahuan” seorang” filsuf” adalah seorang” pecinta” “ pencari” (“philos”) hikmat atau pengetahuan (“sopia”). Kata “philosophos” diciptakan untuk menekankan suatu pemikiran yunani seperti pytagoras “ hanya tuhanyang mempunyai hikmah yang sungguh-sungguh”. Manusia harus kuat dengan  tugasnya di dunia ini yaitu “ mencari hikmat”,” mencintai pengetahuan”.
Pengertian secara etimologi, kata filsafat yang dalam bahasa arab di kenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philoshophy adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philoshophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Sehingga pengertian  letimologis dari istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of ahwisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Sedangkan pengertian secara terminologi yaitu uraian yang menjelaskan berdasarkan batasan-batasan definisi yang di susun  oleh sejumlah filsuf dan ahli filsafat. Pengertian terminologi tentang filsafat adalah:
a.         Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan tensistematik dan lengkap tentang seluruh realitas.
b.          Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata.
c.         Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya: sumbernya, hakikatnya, keaksahannya, dan nilainya.
d.        Penyelidikan kritis atas pengendalian-pengendalian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidangg ilmu pengetahuan.
e.         Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk mengtakan apa yang kita lihat.
Defenisi filsafat menurut para ahli menurut para ahli:
a.         Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b.        Aris toteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yng meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
c.         Rene descartes, filsafat adalah kumpulan-kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan, alam, manusia menjadi pokok penyelidikan.
d.        Imanual kant, filsafat adalah ilmu atau pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan).
e.         Ibnu sina, mengemukakan bahwa filsafat adalah pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikarunia akal oleh Allah.[1]  

B.       Objek filsafat
Objek filsafat terbagi atas dua hal
1.        Objek material filsafat
Objek material filsafat yaitu hal atau bahan yang diselidiki ( hal yang dijadikan sasaran penyelidikan) atau segala sesuatu yang “ada” disini mempunyai 3 pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkianan. Pengertian lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat.
Segala sesuatu yang menjadi permasalahan pokok dalam filsafat ada 3 yaitu
a.       Hakekat Tuhan
b.      Hakekat alam
c.       Hakekat manusia
2.        Objek formala filsafat
Objek formala filsafat yaitu sudut pandang (point of new), dari mana hal atau barang tersebut dipandang bersifat menyeluruh. Menyeluruh disinai berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakekat mendalam, atau tidak ada satupun yang berada diluar jangkauan bembahasan filsafat.
Pengertian lain menyebutkan bahwa objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara rangkai (sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya). Menurut ir poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Objek materi filsafat tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainya adalah objek formanya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berhenti pada dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya, inilah objek formal filsafat.
Objek material banyak yang sama dengan material sains, sains mempunyai material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu juga tapi bukan bagian yang empiris melaingkan bagian yang abstrak. Objek formal filsafat tanda lain adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang materi objeek filsafat(segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).[2]
C.      Metode Kajian Filsafat
Menurut Stephen C. Pepper, dalam Sumaryono (1999), metode filsafat bukanlah metode ‘ketergantungan’ atau ‘kepastian’, melainkan lebih merupakan ‘metode hipotesis’. Pepper menyebut metode filsafat yaitu ‘hipotesis filsafat’ sebagai ‘hipotesis dunia’, yaitu ‘hipotesis yang sama sekali tidak mempunyai batas, dan yang memperhitungkan semua kenyataan atau evidensi. Hipotesis dunia mencakup semua hal, baik yang khusus atau yang abstrak sejauh hal itu mungkin ada. Jadi, hipotesis filsafat (metode filsafat) berbeda dengan hipotesis ilmiah (bersifat spesifik, pasti, dan harus bisa teruji secara empirik). Hipotesis filsafat bersifat spekulatif, mendalam dan komprehensif (hakikat sesuatu).
Terdapat banyak definisi tentang metode filsafat, namun berikut ini penulis dapat mengemukakan pengertian yang cukup sederhana tentang metode filsafat, yaitu ‘cara kerja filsafat dalam memahami hakikat terdalam tentang segala sesuatu dalam hidup ini’. Menurut para ahli tidak ada metode tunggal yang dianggap paling benar dan berlaku secara universal dalam memahami filsafat atau hakikat terdalam tentang segala sesuatu dalam hidup ini. Setiap metode filsafat yang dikembangkan oleh filosof pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh sudut pandang tertentu dan kondisi jaman atau waktu dan tempat (lingkungan geografis), serta latar belakang kehidupan sosial budaya atau politik, ekonomi yang dialaminya.
a.        Metode kritis
Metode kritis. Tokoh utama metode kritis adalah Sokrates (470-399 SM) dan muridnya yaitu Plato (427-347 SM). Beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’ Sokrates antara lain:
1.        Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena sosial atau fenomena alam.
2.        Metode kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis, seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat dari sesuatu.
3.        Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk terus mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.
4.        Sokrates, mengajarkan agar manusia selalu mengajukan pertanyaan baru tentang segala sesuatu, ketika muncul jawaban dari pertanyaan tersebut, maka harus terus dimunculkan pertanyaan lagi dari jawaban yang ada (proses dialektika), demikian seterusnya. Jadi, dialektika itu menjadi suatu pemeriksaan teliti, semacam cross examination, dengan membandingkan jawaban dalam dialog.
5.        Menurut Sokrates, dengan terus menanyakan, membandingkan, menyisihkan, dan menolak informasi atau data yang tidak relevan, seseorang akan membuat rumusan, definisi dan generalisasi. Seseorang akan memperoleh pengertian (definisi) sejati tentang hakikat kenyataan.
6.        Bagi Sokrates, hakikat ‘kebijaksanaan’ adalah kesanggupan seseorang terus bertanya dan berdialog untuk membuka hati-pikiran agar tetap mampu menerima pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan mengenai kebaikan susila atau ‘kebijaksanaan’ (sophrosyne). Kebijaksanaan itu bukan diperoleh melalui hapalan dari diktat, melainkan melalui proses pencarian pribadi dan pengalaman pribadi. Oleh karena itu manusia menjadi angry with himself and gentle to others.
Sedangkan beberapa pokok pikiran ‘metode kritis’ dari filosof Plato antara lain:
a.    Metode filosofis paling utama adalah dialog, dan kemampuan berdialog merupakan seni manusiawi yang paling tinggi. Sebenarnya metode Plato merupakan perluasan atau penyempurnaan metode kritis gurunya yaitu Sokrates.
b.    Plato memperkenalkan dialog-dialog dengan menyebut ‘dialog tengah’ atau ‘metode hipotesis’.
c.    Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif (seperti pendapat Sokrates), pengertian umum (definisi) itu sudah tersedia di ‘sana’ yaitu di ‘alam idea’.
d.   Hakikat esensi itu mempunyai realitas, dan realitas itu di ‘alam idea’ itu. Jadi, kebenaran umum itu bukan dibuat tetapi sudah ada di alam idea. Sebenarnya baik Plato maupun gurunya yaitu Sokrates sama-sama mengakui kekuatan akal (reason) dan kekuatan hati (rasa dan larsa) (Tafsir, A., 2003).
b.        Metode empiris
Metode empiris. Tokoh utama metode empiris adalah Aristoteles (384 SM). Aristoteles merupakan murid dan teman Plato, tetapi warna filsafat Aristoteles berbeda dengan Sokrates dan Plato. Aristoteles lebih sistematis dan sangat dipengaruhi oleh metode empiris, dia dikenal sebagai Bapak logika, dan logika Aristoteles sering disebut logika formal. Beberapa pokok pikiran Aristoteles antara lain:
1.        Prinsip-prinsip ajaran Aristoteles menyangkut banyak aspek, yaitu prinsip-prinsip sains, politik, retorika, dan dialektika.
2.        Aristoteles sangat tertarik kepada natural sciences (ilmu-ilmu alam), oleh karena itu ia mementingkan observasi ilmiah (metode empiris).
3.        Bagi Aristoteles, manusia dapat mencapai kebenaran ilmiah. Setiap objek terdiri atas matter dan form, keduanya bisa bersatu (hal ini yang membedakan dengan Plato, yang menganggap matter dan form tidak bisa bersatu). Matter itu potentiality atau potensial (memberikan substansi sesuatu), sedangkan form itu aktualitas (memberikan pembungkusnya). Tetapi ada substansi yang ‘murni form’ tanpa potentiality (tanpa matter) yaitu Tuhan. Menurut Aristoteles bukti adanya Tuhan adalah ‘Tuhan sebagai penyebab gerak’ (a first cause of movement). Eksistensi Tuhan dapat dicapai dengan akal. Jadi, Aristoteles filosof yang mampu mengakhiri pertentangan antara akal dan hati (iman). Kekuasaan akal mulai dibatasi, ada kebenaran yang umum. Tidak semua kebenaran itu relatif. Sains dapat dipegang sebagian dan diperselisihkan sebagian.
4.        Metode empiris Aristoletes telah meletakkan dasar-dasar sains dan logika formal atau logika deduktif (Tafsir, A. 2003). Baca kembali tentang logika formal pada bab sebelumnya. Metode empiris inilah yang nantinya menghasilkan aliran atau paham empirisme dalam filsafat.
c.         Metode intuisi
d.        Metode skolastik
e.         Metode rasional
f.         Metode eksperimental
g.        Metode kritisisme
h.        Metode dialektika
i.          Metode fenomenologi
j.          Metode hermeneutik.[3]



D.      Sifat Dasar Filsafat
a.         Berfikir radikal
Metode berfikir radikal yaitu senantiasa mengibarkan hasrat untuk menemukan akar secara mendalam akan seluruh kenyataan.Berfikir secara radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri.
Lois o kattsoff, mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung, tetapi bukanlah melamun dan bukan pula berfikir srcara kebetulan, yang bersifat untung- untungan, melainkandi lakukansecara mendalam, sistematis, dan universal
b.        Mencari asas
mencari asas yakni filsafat snantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut. Para filsuf yunani yang terkenal dengan filsuf alam mengamati keaneka ragaman realitas di alam semesta ini lalu bertanya “ apakah di balik realitas alam semesta yang beraneka ragam ini ada suatu sasas yang dasar?”. Mereka mulai mencari jawaban yang hakiki tentang itu semua. Thales megemukakan bahwa alam mencari asas yakni filsafat snantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut.semesta ini adalah air, Aneximenes mengemukakan bahwa asasnya adalah udara dan Empedokles mengemukakan bahwa ada empat unsur yang membentuk realitas alam ini yaitu, api, udara, tanah dan air.

c.         Memburu kebenaran
Memburu kebenaran yakni memburu kebenaran akan sesuatu yang hakiki dan dapat di pertanggung jawabkan.[4]
E.       Cabang-cabang Filsafat
Adapun cabang –cabang filsafat  antaralain:
a.         Epistemologi, adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan
b.         Metafisika, adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada.
c.         Logika,secara etimologi adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang di nyatakan dalam bahasa.
d.        Etika, etika sering kali di sebut sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dua kata dalam bahasa yunani ethos dan ethikos.ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
e.         Estetika, adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.[5]


BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
1.    Kata filsafat berasal dari bahasa yunani dan berarti” cinta akan hikmat”atau “cinta akan pengetahuan” seorang” filsuf” adalah seorang” seperti pytagoras “ hanya tuhanyang mempunyai hikmah yang sungguh- sungguh”,” Manusia harus kuat dengan tugasnya di dunia ini yaitu “ mencari hikmat”,” mencintai pengetahuan”.
2.    Objek filsafat ada dua yaitu:
1)        Objek material filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki ( hal yang dijadikan sasaran penyelidikan) atau segala sesuatu yang “ada” disini mempunyai 3 pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkianan. Pengertian lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat.
2)        Objek formala filsafat yaitu sudut pandang (point of new), dari mana hal atau barang tersebut dipandang bersifat menyeluruh. Menyeluruh disinai berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakekat mendalam, atau tidak ada satupun yang berada diluar jangkauan bembahasan filsafat. Pengertian lain menyebutkan bahwa objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara rangkai (sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya). Menurut ir poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Objek materi filsafat tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainya adalah objek formanya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berhenti pada dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya, inilah objek formal filsafat.
3.        Metode kajian filsafat
1)             Metode kritis
2)             Metode empiris
3)             Metode intuisi
4)             Metode skolastik
5)             Metode rasional
6)             Metode eksperimental
7)             Metode kritisisme
8)             Metode dialektika
9)             Metode fenomenologi
10)         Metode hermeneutik
4.        Sifat dasar filsafat
a)        Berfikir radikal
       Metode berfikir radikal yaitu senantiasa mengibarkan hasrat untuk menemukan akar secara mendalam akan seluruh kenyataan.Berfikir secara radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas itu sendiri.

b)        Mencari asas
       Mencari asas yakni filsafat snantiasa berupaya mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas tersebut.
c)        Memburu kebenaran
Memburu kebenaran yakni memburu kebenaran suatu yang hakiki dan dapat nd pertanggung jawabkan.
5.    Cabang-cabang filsafat
a.         Epistemologi, adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan
b.         Metafisika, adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada.
c.         Logika,secara etimologi adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang di nyatakan dalam bahasa.
d.        Etika, etika sering kali di sebut sebagai filsafat moral. Istilah etika berasal dua kata dalam bahasa yunani ethos dan ethikos.ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
e.         Estetika, adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan.
B.  Saran
 Dengan terselesaikannya makalah ini ada banyak hal yang dapat kita pahami tentang materi filsafat termasuk kemampuan manusia dalam berakal dan dengan akal ini,akan membawa manusia lebih mulia kedudukannya daripada mahluk lain. Allah telah mengaruniai manusia sebuah akal agar mampu menggunakan daya nalar berfikirnya yang mampu menjadi pembeda dengan hewan yang tidak mampu berfikir dikarenakan hewan tidak memiliki akal.
Maka dari itu, penulis mengharapakan pembaca jangan pernah berhenti dalam belajar dan belajar. karena kita memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Allah yang lain.




DAFTAR PUSTAKA
Asfida, Filsafat Umum, blogspot.com, Hari Rabu 29 Oktober 2014.     
Eunchandi, Pengertuan Filsafat serta Objek dan Ruang Lingkup Filsafat, chan  22. Blogspot. Com, rabu 29 Oktober 2014.
Ihonisamual, Fitrah ( Potensi Manusia dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam), 31 Oktober 2024.
Suhartono Taat Putra, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu PengetahuanI, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).






       [1] Suhartono Taat Putra, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu PengetahuanI, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 36-39
       [2] Eunchandi, Pengertuan Filsafat serta Objek dan Ruang Lingkup Filsafat, chan 22. Blogspot. Com, rabu 29 Oktober 2014
[3] Asfida, Filsafat Umum, blogspot.com, Hari Rabu 29 Oktober 2014
[4] Ihonisamual, Fitrah ( Potensi Manusia dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam), 31 Oktober 2024
[5] Ibit h 41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar