BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
llmu pendidikan Islam
adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama
yang dibawa oleh nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Islam merupakan
ajaran mengenai kehidupan manusia yang berdasarkan dan bersumber dari Al-Quran
dan Al-Hadits. Segala sesuatu yang berhungan dengan kehidupan sehari-hari sudah
diatur didalam al-Quran, dan dipertegas kembali melalui hadits-hadits nabi
Muhammad saw.
Dalam pendidikan, seseorang
diberikan pertolongan kepada pelaku pendidikan atau peserta didik untuk menuju
kedewasaan, istilah pendidikan Islam yaitu menuju kesempurnaan yang berdasarkan
al-Quran dan hadits. Yang memberikan pertolongan tersebut ialah
seorang pendidik. Seorang pendidik harus memperhatikan peserta didiknya jika
ingin mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu pendidikan Islam
tidaklah berdiri sendiri untuk menjadikan peserta didik menuju kesempurnaan.
Ilmu pendidikan Islam juga membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk mengembangkan
kualitas peserta didik. Ilmu pendidikan Islam bersifat terbuka, menerima pengaruh
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang relevan, namun tidaklah bersifat
liberal, melainkan juga haruslah berpedoman kepada ajaran Islam yang terdapat
dalam al-Qur’an dan hadits serta pendapat para ulama ulama.
Dengan adanya ilmu
pendidikan Islam memberikan harapan kepada manusia untuk selalu mendekatkan
diri kepada Allah swt. yang telah menciptakan manusia. Juga dapat memperbaiki
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan
makhluk lainnya. Menjadikan manusia berakhlak yang mulia. Pada hakekatnya ilmu
pendidikan Islam sangat berhubungan dengan sumber pokok ajaran Islam yang
senantiasa mengembangkan fitrah manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu
pendidikan Islam?
2. Apa asas-asas dari ilmu
pendidikan Islam?
3. Apa batas-batas dari ilmu
pendidikan Islam?
C.Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui pengertian
ilmu pendidikan Islam.
2. Mengetahui asas-asas
dari ilmu pendidikan Islam.
3. Mengetahui batas-batas
dari ilmu pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Islam
Menurut bahasa dalam artian
bahasa arab, kata “pendidikan” berasal dari kata “tarbiyah”, dengan kata
kerja yaitu “rabba”, sedangkan kata “pengajaran” berasal dari kata “ta’lim”
dengan kata kerjanya “’allama”. Ketikan digabung antara kata pendidikan
dan pengajaran artinya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam”
artinya “tarbiyah Islamiyah”.
Kata “tarbiyah”
yang kata kerjanya “rabba” artinya mendidik sudah digunakan
pada zaman Nabi Muhammad saw. seperti yang terlihat pada ayat al-Quran sebagai
berikut:
Terjemahannya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Menurut Abdurrahman
an-Nahlawi. kata “al-tarbiyah” lebih tepat digunakan dalam terminologi
pendidikan Islam. Lafal “al-tarbiyah” berasal dari tiga kata yaitu “Raba-yarbu”
yang artinya bertambah dan bertumbuh, “Rabiya-yarbu” dengan wazan
“Khafiyah-yakhfa” atinya menjadi besar, dan “Rabba-yarabbu” dengan wazan “madda
yamuddu” artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, serta
memelihara. Imam al-Baidhawi dan Al-Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa
lafal “al-Rabb” adalah “al-Tarbiyah”.
Kata “Ta’lim” dengan kata
kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. Menurut
Abdul Fatah Jalal proses “Ta’lim” lebih universal dari proses “tarbiyah”.
Jalal memulai menjelaskan pendapatnya dengan menjelaskan tingginya kedudukan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Jalil mengutip al-Quran surah al-Baqarah ayat
30-34 serta pada ayat 151. Jalil juga menyatakan bahwa “Ta’lim” mencakup
aspek-aspek pengetahuan lainnya, juga keterampilan yangt dibutuhkan dalam
kehidupan pedoman berperilaku.
Sedangkan menurut istilah,
pengertian pedidikan belum terdapat pada zaman nabi. Tapi usaha dan kegiatan
yang dicontohkan nabi Muhammad saw. sudah menunjukkan kearah arti pendidikan
saat ini.
“Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di
sekolah, melatih anak hidup sehat,l melatih silat, menekuni penelitian, membawa
anak kemasjid atau gereja, melatih anak menyanyi, bertukan dan lain-lain. Semua
itu adalah pendidikan. Itu sudah mencukupi untuk orang awam.”
Pendidikan menurut para
ahli yaitu Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan yaitu bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidik bertanggung jawab dalam
memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peserta didik mengenai
perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidik memberikan arahan secara sadar
tidak secara main-main terhadap peserta didik. Semua itu dilakukan agar peserta
didik mampu menuju kearah kesempurnaan pendidikan.
Menurut Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah
proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhioleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik
melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu
orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu
kebiasaan yang baik.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan
secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus menerus
tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan
pengembangan untuk mencapai kesempurnaan
hidup.
B.
Asas-Asas
Pendidikan Islam
Asas berarti prinsip, asas
ialah kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang berpikir sekaligus bertindak
dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes prinsip adalah suatu kebenaran
yang bersifat universal serta menjadi sifat dari sesuatu. Asas pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi
dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Adapun asas-asas ilmu
pendidikan Islam diantaranya ialah:
1. Asas
Tut Wuri Handayani; asas yang
kini semboyang kemendiknas, pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922”
yakni beberapa asas
dari perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas
pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem among dari perguruan
itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki
Hadjar Dewantara dan dikembangkan
oleh R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing
Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Pertama: Asas Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan ini, saling mendukung antara semboyan yang satu dengan yang lainnya, karena ketika kita lihat arti harfiah dari semboyan ini adalah jika di depan memberi contoh terhadap yang di belakang.
Kedua: Asas Ing Madyo Mangun Karso. Arti harfiah semboyan ini adalah jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat. Kalau kita lihat dari arti asas ini, berarti asas ini selalu memberi semangat terhadap bangsa Indonesia ini.
Ketiga: Asas Tut Wuri Handayani. Semboyan yang ketiga ini merupakan inti dari semua asas di atas, karena asas ini kalau kita lihat dari arti harfiahnya adalah jika di belakang memberi dorongan. Menurut Dimas (2011:1) bahwa Asas Tut Wuri Handayani, dalam pendidikan ini harus meliputi: Pertama: Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan. Peserta didik tidak harus dipaksa dalam hal belajarnya dalam satu sisi, kemudian dalam sisi yang lain bisa saja membutuhkan. Hanya saja, pendidik harus dan berkewajiban untuk menyadarkan peserta didiknya, hal itu bertujuan peserta didiknya semangat dalam thalabul ‘ilm.
Kedua: Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan, agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan;
Ketiga: Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede). Hasil dari pendidikan diharuskan dapat menciptakan lingkungan yang terib, dan damai antara sesama. Keempat: Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak). Peserta didik yang masih baru turjun ke dunia pendidikan, acapkali mereka selalu ingin dimanja, segala kebutuhannya selalu ingin dicapai, karena mereka menganggap sudah mengemban tugas yang yang berat dari orang tuanya. Orang tua yang mempunyai anak seperti ini haruslah bisa mengatasi masalah-masalahmasalah yang dihadapi anaknya, dengan cara melatih mereka.
Kelima: Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik). Pendidikan harus bisa menciptakan peserta didiknya mandiri, karena dalam pendidikan sudah diajari strategi-strategi dalam menjalankan hidup ini.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Pertama: Asas Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan ini, saling mendukung antara semboyan yang satu dengan yang lainnya, karena ketika kita lihat arti harfiah dari semboyan ini adalah jika di depan memberi contoh terhadap yang di belakang.
Kedua: Asas Ing Madyo Mangun Karso. Arti harfiah semboyan ini adalah jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat. Kalau kita lihat dari arti asas ini, berarti asas ini selalu memberi semangat terhadap bangsa Indonesia ini.
Ketiga: Asas Tut Wuri Handayani. Semboyan yang ketiga ini merupakan inti dari semua asas di atas, karena asas ini kalau kita lihat dari arti harfiahnya adalah jika di belakang memberi dorongan. Menurut Dimas (2011:1) bahwa Asas Tut Wuri Handayani, dalam pendidikan ini harus meliputi: Pertama: Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan. Peserta didik tidak harus dipaksa dalam hal belajarnya dalam satu sisi, kemudian dalam sisi yang lain bisa saja membutuhkan. Hanya saja, pendidik harus dan berkewajiban untuk menyadarkan peserta didiknya, hal itu bertujuan peserta didiknya semangat dalam thalabul ‘ilm.
Kedua: Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan, agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan;
Ketiga: Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede). Hasil dari pendidikan diharuskan dapat menciptakan lingkungan yang terib, dan damai antara sesama. Keempat: Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak). Peserta didik yang masih baru turjun ke dunia pendidikan, acapkali mereka selalu ingin dimanja, segala kebutuhannya selalu ingin dicapai, karena mereka menganggap sudah mengemban tugas yang yang berat dari orang tuanya. Orang tua yang mempunyai anak seperti ini haruslah bisa mengatasi masalah-masalahmasalah yang dihadapi anaknya, dengan cara melatih mereka.
Kelima: Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik). Pendidikan harus bisa menciptakan peserta didiknya mandiri, karena dalam pendidikan sudah diajari strategi-strategi dalam menjalankan hidup ini.
2. Asas
Belajar Seumur Hidup Hayat (Life Long Learning);
asas ini merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup. Menurut
Tirtarahardja (2005:20), kurikulum yang dapat merancang dan mengimplementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu: Dimensi vertikal dari kurikulum
sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan
dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Dimas, 2011:2). Kita akan berkualitas, mandiri, cerdas, berharkat dan bertabat, serta bertakwa kepada Allah setelah menjalani pendidikan, dengan pendidikan kita bisa berkualitas dan kita bisa apa saja, karena kita telah punya pengalaman pendidikan.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Dimas, 2011:2). Kita akan berkualitas, mandiri, cerdas, berharkat dan bertabat, serta bertakwa kepada Allah setelah menjalani pendidikan, dengan pendidikan kita bisa berkualitas dan kita bisa apa saja, karena kita telah punya pengalaman pendidikan.
3. Asas
Kemandirian dalam
Belajar; Baik
asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan
bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan
guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.
Menurut Hasan Langgulung,
pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi,
inovasi dan cita-citanya. Jadi asas itu merupakan landasan yang menjadi tumpuan
segalanya berada diatasnya. Dalam bukunya Asas-Asas
Pendidikan Islam beliau
menuliskan ada 6 asas dalam pendidikan, diantarana:
Pertama: asas-asas historis, yaitu
asas yang mempengaruhi pendidik dari pengalaman masa lalunya, undang-undang dan
peraturan-peraturan, batas-batas dan kekurangannya,
Kedua : asas-asas sosial yang
memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak;
memindah budaya, memilih dan mengembangkannya
Ketiga : asas-asas ekonomi yang
memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan
persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggungjawab terhadap anggaran
belanjanya
Keempat : asas-asas politik dan
administrasi yang memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolak
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
Kelima : asas-asas psikologis yang
memberinya informasi tentang watak peserta didik, pendidik, cara-cara terbaik
dalam proses pendidikan, pencapaian dan penilaian dan pengukuran dan bimbingan
Keenam :asas-asas filsafat yang
berusia memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah mengenai
suatu sistem, mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.
Demikian penjelasan asas-asas dalam pendidikan,
begitupun dalam pendidkan Islam, ada tambahannya yaitu asas keyakinan (aqidah)
dan asas keteladanan. Asas keyakinan ini menjadi asas yang fundamental, karena
dalam pandangan dan ajaran Islam, aqidah menjadi hal mendasar sebelum yang
lainnya. Adapun asas keteladanan yaitu
pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat
peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya
pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada
fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil adik yang telah
dibunuhnya. Meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam menguburkan gagak
lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT
sebagaimana dalam firman-Nya Surat Al-Maidah :31
y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7t Îû ÇÚöF{$# ¼çmtÎãÏ9 y#øx. ͺuqã nouäöqy ÏmÅzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷uq»tßN÷yftãr& ÷br& tbqä.r& @÷WÏB #x»yd É>#{äóø9$# yͺuré'sù nouäöqy ÓÅr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBÏ»¨Y9$# ÇÌÊÈ
Artinya : “Kemudian Allah menyuruh seekor
burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil)
bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil:
"Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah
dia seorang diantara orang-orang yang menyesal” (QS.
Al-Maidah : 31).
C. Batas-Batas Pendidikan Islam
Batas-batas artinya yang menjadi ruang
lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun batasan serta sumber dari
pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang menjadi pokok sumber
hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu pendidikan Islam.
Adapun batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya: al-Quran,
as-Sunnah, serta ijtihad.
Al-Quran telah diakui sebagai firman Allah Swt. dan merupakan dasar hukum bagi
umat Islam. Al-Quran adalah firman allah swt. yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. yang tertulis dalam mushaf dan diriwayatkan kepada manusia dengan
jalan mutawatir dan membacanya merupakan ibadah. Sehingga sudah jelas bahwa
al-Quran dijadikan sebagai batas atau ruang lingkup pendidikan Islam. Al-Quran
merupakan sumber hukum umat Islam dalam kehidupannya maka dari itu al-Quran dijadikan
pula sebagai sumber atau ruang lingkup ajaran ilmu pendidikan Islam yang
pertama dan utama.
As-Sunnah dijadikan sebagai ruang
lingkup pendidikan Islam karena tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah terhadap
al-Quran. As-Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada nabi Muhammad
saw. baik itu perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.
Oleh karena itu as-Sunnah dijadikan batasan pendidikan
Islam yang kedua kemudian yang ketiga ialah ijtihad. Ijtihad adalah kesepakatan
ulama-ulama (ilmuan syari’at Islam) dalam menetukan hukum syariat Islam yang
ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Ilmu
pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang,
terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam
kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai
kesempurnaan hidup.
2.
Asas
pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Adapun asas-asas ilmu
pendidikan Islam diantaranya ialah:
a.
Asas
Tut Wuri Handayani
b.
Asas
belajar seumur hidup
c.
Asas
kemandirian dalam belajar
d.
Asas
keyakinan
e.
Asas
keteladanan
3.
Batas-batas
artinya yang menjadi ruang lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun
batasan serta sumber dari pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang
menjadi pokok sumber hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu
pendidikan Islam. Adapun batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya:
al-Quran, as-Sunnah, serta ijtihad.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan ketidaksempurnaan dari apa yang dipaparkan. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat,
Zakiah; dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. III;
Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Tafsir,
Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung:
Remaja Rosdakrya, 2005.
Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar