Salam Hidup Penuh Berkah

Senin, 24 Oktober 2016

Keikhlasan dalam beribadah



KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH
OLEH: FIRMAN SYAM

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحَمْةُ اللهِ وَبَرَكاَةُ

الْحَمْدُ الِلهِ الَّذِيْ أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَىْ وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. اَشْهَدُأنْ لاَإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللَّهُمَ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. 
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena kita masih diberikan umur yang panjang, tubuh sehat, sehingga kita masih dapat berkumpul ditempat yang penuh berkah ini, guna untuk melaksanakan kewajiban kita kepada Allah SWT yaitu mendirikan shalat secara berjamaah. Semoga apa yang kita laksanakan pada kesempatan ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. serta rahmat-Nya untuk masuk ke dalam surga Allah SWT.  Amin ya rabbal alamin....
Dan tak lupa kita kirimkan SMS (Shalawat Menyertai Salam) kepada baginda nabiyullah Muhammad SAW. nabi yang di utus di dunia ini untuk menjadi rahmatan lil alamin (rahmat semesta alam), nabi yang menjadi king of the king, king of the word (rajanya raja, rajanya dunia), nabi yang membawa ummatnya dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang atau dengan kata lain minadzulumati ila nnur.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH
Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan materi ceramah yang berjudul “Keikhlasan dalam beribadah”
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG SAMA-SAMA DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT.
Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk beribadah dan menyembah kepada Allah swt. sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ.
Terjemahannya:
“tidak aku ciptakan jin dan manusia selain untuk menyembah kepada-Ku”.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA
Dalam menjalankan ibadah haruslah secara ikhlas karena allah swt. Ikhlas akan membantu kita untuk beribadah dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak melakukannya dengan sesuatu tekanan atau keterpaksaaan. Dengan terbiasa ikhlas dalam beribadah akan membuat kita senantiasa ikhlas menghadapi ujian atau cobaan dari allah dalam kehidupan sehari-hari
Kata ikhlas secara secara harfiah berarti murni, suci, atau bersih. Konteks ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah dorongan dalam hati manusia untuk melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam mengamalkan ajaran agama Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt., artinya dengan kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan untuk memperoleh ridho-Nya.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH
Keikhlasan pula merupakan hal yang paling pokok dalam amal ibadah kita. Bahkan, ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amalan di sisi Allah ta’ala. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
 وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah dengan mengikhlaskan agama untukNya.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Tidaklah satu amalan kecuali diiringi dengan keinginan dan niat yang niat ini wajib kita murnikan untuk Allah ta’ala semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.”  (HR. Bukhori).
Niat adalah perkara yang dapat membedakan antara amalan ibadah dengan kebiasaan. Contoh, seseorang mandi dengan niatan hanya untuk membuat tubuhnya segar, maka ini dianggap sebagai amalan kebiasaan. Berbeda halnya dengan orang yang mandi wajib dengan niatan ibadah dikarenakan dia junub, maka ini termasuk amalan ibadah. Oleh karena itu, seandainya seseorang mandi karena junub, kemudian dia mandi hanya dengan niatan menyegarkan tubuhnya maka mandi wajibnya tidak sah dan dia harus mengulangi mandinya dengan niatan ibadah untuk mengangkat hadats.
Dengan niat pula dapat dibedakan ibadah satu dengan ibadah yang lainnya. Sebagai contoh, ada dua orang yang sedang melaksanakan shalat dua rakaat. Keduanya berbeda. Yang satu melaksanakan shalat sunnah dan lainnya shalat wajib, maka dengan niatlah dibedakan dua amalan ibadah mereka, walaupun tata caranya sama.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG SAMA-SAMA DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT.
Keikhlasan menjadi ukuran (barometer) akan nilai besar kecilnya amalan yang kita lakukan. Seseorang yang shalat dengan penuh kekhusyukan, memerhatikan kesempurnaan shalat dari hal-hal yang wajib atau sunnah-nya, takut dengan azab Allah ta’ala, dan mengharapkan rahmatNya. Tentunya, ibadah ini akan bernilai sangat besar di sisi Allah ta’ala. Berbeda dengan orang yang melaksanakan shalat yang meski dilaksanakan dengan penuh kekhusyukan, memerhatikan kesempurnaan shalat, tetapi ia melakukannya agar dilihat orang lain atau menginginkan sanjungan orang lain atau takut pada seseorang, sehingga amalan seperti ini akan sia-sia dan tidak bernilai disisi Allah ta’ala sedikit pun. Bahkan amalan ini akan mendatangkan azab bagi pelakunya, sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
 “Sesungguhnya. manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Lantas Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hambaKu?’. Ia menjawab, ‘Saya berjuang dan berperang demi Engkau, ya Allah, sehingga saya mati syahid.’ Allah berkata, ‘Dusta kamu! Sebenarnya kamu berperang bukan karenaKu, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam Neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya. Lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah ta’ala bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat?’. Ia menjawab, ‘Saya telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya. Saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’ Allah ta’ala berkata, ‘Kamu dusta! Akan tetapi, kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam Neraka. Dan didatangkan pula seorang laki-laki yang diberi keluasan rejeki oleh Allah. Lalu, ia menginfakkan hartanya semua. Setelah itu, diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat dengannya?’. Ia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut dijalan yang Engkau ridhoi.’ Allah berkata, ‘Dusta kamu! Akan tetapi, kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA
Dari hadits diatas dapat kita pahami bahwa Allah SWT mengetahui isi hati terhadap ibadah yang akan kita laksanakan, apakah kita berniat karena Allah atau dengan sesuatu baik itu dengan perempuan yang kita cintai, atau pekerjaan kita atau kita ingin mendapatkan pujian dari sesama manusia ?. sehingga marilah kita selalu meluruskan niat dalam beribadah kepada Allah swt. agar apa yang kita niatkan bernilai disisi Allah swt.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH
sebagai kesimpulan ceramah saya pada kesempatan kali ini, kita sebagai seorang muslim hendaklah kita senantiasa berusaha untuk mengikhlaskan segala amalan ibadah karena Allah ta’ala, mengharapkan ridhoNya, dan kehidupan akhirat, sehingga apa-apa yang kita lakukan dari amalan ibadah tersebut diterima oleh Allah ta’ala yang akan memberatkan timbangan amalan dan pahala di sisiNya. amin ya rabbal alamin.
Sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh jua, sepandai-pandainya orang berbicara pasti ada salahnya. apabila ada kata-kataku yang benar itu datangnya dari Allah swt., dan apabila ada kata-kataku yang kurang berkenang di hati bapak/ibu serta saudara/i sekalian itu datangnya dari pribadi saya sendiri. Bale Bolu Bale tasi, Sekian dulu dan terima kasih.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحَمْةُ اللهِ وَبَرَكاَةُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar