PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akhlak adalah
sifat-sifat manusia yang dibawa sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu
ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau perbuatan buruk.
Disamping akhalak kepada Allah SWT. Sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw. Meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt. Membuat kita harus
berakhlak baik kepada-Nya.
Pada dasarnya, utusan
Tuhan (Rasulillah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan manusia lain.
Namun demikian, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Tuhan keatas
dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak
bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Makna Beriman Kepada Rasulullah SAW?
2. Bagaimana
Cara Beriman Kepada Rasulullah SAW?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui makna beriman kepada Rasulullah SAW.
2. Untuk
mengetahui cara beriman kepada Rasulullah SAW.
1
|
D.
Manfaat
Penulisan
1. Memotivasi
peserta didik sehingga mempengaruhi kemauan dan keinginan untuk tetap beribadah
dan beriman kepada Allah SWT. dan Rasulullah Muhammad SAW.
2. Mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam makalah ini sehingga pembaca dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan.
PEMBAHASAN
A.
Makna
Beriman Kepada Rasulullah SAW
Makna beriman kepada
Rasul yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya Allah mengutus pada tiap-tiap umat
seorang utusan dari mereka, yang menyeruh mereka beribadah kepada Allah semata,
dan bahwasanya Rasul itu adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya,
orang-orang yang bertaqwa dan amanah, sebagai penunjuk jalan yang mendapatkan
petunjuk (dari Tuhannya), dan bahwasanya Rasul menyampaikan semua yang diutus
dengannya, tidak menyembunyikan dan mengubahnya, juga tidak menambah dari diri
mereka sendiri atau menguranginya meskipun satu huruf. Allah berfirman:[1].
“Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang.” (An-Nahl: 35)[2].
Beriman kepada Rasul
mencakup empat perkara:
1.
3
|
2. Beriman
kepada Nabi-nabi yang disebutkan namanya oleh Allah, adapun mereka yang belum
kita ketahui namnya, maka kita beriman kepada mereka secara global.
3. Membenarkan
berita-berita yang benar tentang rasul.
4. Mengamalkan
syariat rasul yang diutus kepada kita, dan dia adalah rasul yang paling utama
dan penutup segenap rasul, dia adalah Muhammad SAW[3].
Nabi Muhammad SAW.
adalah Nabi dan Rasul terakhir, suka dukanya sangat banyak. Sejak kecil beliau
sudah yatim piatu. Akhlaknya dipuji oleh semua orang, beliau dijuluki sebagai
Al-Amin, yaitu orang jujur dan terpercaya.
Nabi Muhammad SAW.
adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf
terhadap orang yang telah menyakitinya. Bahkan beliau menengok orang yang
setiap hari meludahinya. Beliaupun orang yang tegas kepada orang kafir. Beliau
menolak melakukan penghianatan kepada Allah SWT. meskipun diberi harta yang
berlimpah.
Beliau adalah seorang
suami yang adil terhadap istri-istrinya, dan sering meminta maaf terhadap
istri-istri jika keadilannya hanya sebatas kemampuannya. Perjuangan Nabi
Muhammad SAW. didukung sepenuhnya oleh para sahabat, hartanya habis untuk
berjihad, dan ketika beliau wafat, warisan yang ditinggalkan hanya kitab suci
Al-Qur’an dan As-sunnah. Beliau berpesan kepada Fatimah agar tetap mendirikan
shalat karena amal yang pertama yang akan dihisab adalah shalat.
Akhlak Nabi Muhammad
SAW. sebagai ayah dari anak-anaknya, suami dari istri-istrinya, komandan
perang, mubaligh, imam, hakim, pedagang, petani, penggembala, dan sebagainya
merupakan akhlak yang pantas diteladani.
Dalam 100 tokoh
terkemuka di dunia, Nabi Muhammad SAW. menduduki peringkat pertama, sebagai
orang yang paling berpengaruh di dunia[4].
Ketika Nbi Muhammad
menetap di Madinah, disyariatkan kepada beliau zakat, puasa, haji, adzan,
jihad, amar ma’ruf dan nahi munkar serta syariat-syariat islam lainnya.
Beliaupun melaksanakan
untuk menyampaikan hal ini dengan tekun dan gigih selama sepuluh tahun. Sesudah
itu wafatlah beliau, sedang agamanya tetap dalam keadaan lestari.
Inilah agama yang
beliau bawa, tiada suatu kebaikan yang tidak beliau tunjukkan kepada ummatnya
dan tiada suatu keburukan yang tidak beliau peringatkan kepada umatnya supaya
dijauhi. Kebaikan yang beliau tunjukkan ialah tauhid serta segala yang dicintai
dan diridhai Allah, sedang keburukan yang beliau peringatkan supaya dijauhi
adalah syirik serta segala yang dibenci dan tidak disenangi allah SWT[5].
Sungguh banyak
liku-liku perjuangan Nabi yang penuh dengan rintangan siksaan, yang berupa
siksaan, hinaan, hasutan, bahkan mengadu jiwa dalam peperangan. Tapi semuanya
itu dihadapi dengan keikhlasan kepada Allah, sehingga terbukalah segala
kesulitan dan rintangan yang dialaminya[6].
B.
Cara
Beriman Kepada Rasulullah SAW
Iman
kepada Nabi Muhammad SAW. adalah dasar agama yang Maha Benar ini, dienul Islam,
sebagaimana sabda beliau:
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ:
شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ …
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun,
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan RasulNya … (HR. Muslim I/45. Lihat Al-Bukhari I/13).
Setelah beriman kepada Allah SWT,
maka beriman kepada Rasulullah Muhammad SAW. adalah sebagai pondasi yang utama.
Sebab seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas keimanan pada Allah dan
Rasul Muhammad SAW. Sehingga orang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya
beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa saja, itu tidaklah cukup, dan batal
Iman yang demikian itu tidak sah.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّة يَهُودِيٌّ وَلاَ
نَصْرَا نِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ
كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ. (رواه مسلم)
“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tanganNya! Tidak
seorangpun yang mendengar tentang aku dari umat (manusia) ini, seorang Yahudi
atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan tidak beriman kepada yang aku diutus
karenanya, kecuali ia termasuk menjadi penduduk Neraka”. (HR.
Muslim I/34).
Itulah pentingnya beriman kepada
Rasul yang merupakan pondasi agama dan amal-amal ibadah. Sehingga tanpa
mengimani Rasul alias ingkar kufur pada Rasul, maka gugurlah amal kebaikan
serta jauh dari rahmat Allah.
Allah berfirman:
“Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amal-amalnya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Maidah: 5)
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya”.
Bahkan mereka akan ditimpa musibah dan adzab yang
pedih, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nur : 63.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”
Oleh sebab itu maka hendaklah kita
senantiasa bersyukur kepada Allah atas hidayah Iman kita kepada Rasulullah
Muhammad SAW. dengan bersabar dalam mengikuti dan mentaati beliau.
Marilah kita mempertebal Iman dan
Taqwa kita kepada Allah juga memperdalam Iman kepada Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam sekaligus melaksanakan konsekuensinya.
Yaitu kita
bersungguh-sungguh agar melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
- Meyakini
dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad SAW. dan apa yang
dibawa oleh beliau sebagaimana Allah SWT. menandaskan tentang ciri orang
bertaqwa:
“Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Az-Zumar : 33).
- Ikhlas
mentaati Rasul SAW. dengan melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi
seluruh larangan beliau. Sebagaimana janji Allah :
“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang” (An-Nuur: 54).
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (An-Nisaa’: 65).
- Mencintai
beliau, keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Rasulullah SAW. bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ اَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رواه البخاري ومسلم)
“Tidaklah beriman seseorang (secara sempurna)sehingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). - Membela dan memperjuangkan ajaran Nabi SAW. serta
berda’wah demi membebaskan ummat manusia dari kegelapan kepada cahaya,
dari ke zhaliman menuju keadilan, dari kebatilan kepada kebenaran, serta
dari kemaksiatan menuju ketaatan.Sebagaimana firman di atas:
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Al-A’raaf: 157).
- Meneladani
akhlaq dan kepemimpinan Nabi SAW. dalam setiap amal dan tingkah laku,
itulah petunjuk Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah”. (Al-Ahzab:21).
- Memuliakan
dengan banyak membaca shalawat salam kepada beliau terutama setelah
disebut nama beliau.
رَغِمَ اَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ (رواه الترميذي)
“Merugilah seseorang jika disebut namaku padanya ia tidak membaca shalawat padaku.” (HR. At-Tirmidzi) - Waspada dan berhati-hati dari ajaran-ajaran yang
menyelisihi ajaran Nabi Muhammad SAW. seperti waspada dari syirik,
tahayul, bid’ah, khurafat, itulah pernyataan Allah:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nur: 63).
- Mensyukuri
hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat
Islam dan menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah Ash-shahihah. Itulah tegaknya agama:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah karenanya”. (Asy-Syura: 13)[7]
Kita umat
Islam tidak tidak seperti orang Kristen yang menganggap Isa Al-masih sebagai
Tuhan, sehingga mereka gagal menconto akhlak Isa Al-masih dan tak sanggup
meneladani sifat-sifatnya. Bagaimana mungkin seorang manusia meniru Tuhan yang
ia sembah dan meneladani sifat-sifatnya? Kita umat Islam memang mencintai
Rasulullah dan membaca salawat untuknya, tapi kita tidak menganggap beliau
sebagai Tuhan yang perlu disembah dan gimintai pertolongan. Kita umat Islam
beranggapan bahwa beliau adalah manusia biasa yang diangkat Allah menjadi
utusannya. Maka tidaklah mustahil jika aa orang yang sanggup menjadikan
Rasulullah sebagai suri tauladan. Malah Allah sendiri yang memerintah kita
semua mengikuti sunnahnya dan berakhlak seperti akhlaknya[8]
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Makna beriman
kepada Rasul yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya Allah mengutus pada
tiap-tiap umat seorang utusan dari mereka, yang menyeruh mereka beribadah
kepada Allah semata, dan bahwasanya Rasul itu adalah orang yang jujur dan dapat
dipercaya, orang-orang yang bertaqwa dan amanah, sebagai penunjuk jalan yang
mendapatkan petunjuk (dari Tuhannya), dan bahwasanya Rasul menyampaikan semua
yang diutus dengannya, tidak menyembunyikan dan mengubahnya, juga tidak
menambah dari diri mereka sendiri atau menguranginya meskipun satu huruf.
2. Iman kepada Nabi Muhammad SAW. adalah dasar agama yang Maha Benar ini,
dienul Islam, sebagaimana sabda beliau:
3. بُنِيَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ …
“Artinya:
Islam itu dibangun di atas lima rukun, bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq
selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya … (HR.
Muslim I/45. Lihat Al-Bukhari I/13).
B. Saran
13
|
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Wahab, Muhammad. Tiga Lanasan Utama;
Saudi Arabi: Dar Al-Gasem.
Amin,
K. Aqidah Islam: Bintang Pelajar.
Aziz,
bin Muhammad. Tauhid untuk Tingkat Pemula
dan Lanjutan; Saudi Arabia: Direktorat
Percetakan dan Penerbitan Departemen Agama Saudi Arabia,1424H.
Http://salwintt.wordpress.com/artikel/jendela-khutbah/beriman-kepada-nabi-muhammad-saw/.
(Kamis, 30 Oktobeer 2014).
Saebani,
Beni Ahmad. Ilmu Akhlak. Cet.II;
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Sudrajat,
Enang. Bukharah Al-Qur’an Tajwid dan
Terjemahannya; Bogor: Syaamil Quran, 2007.
Syamsuri, Baidlowi. Riwauat Ringkas 25 Rasul; Surabaya:
Apollo.
[7]
Waznin Ibnu Mahfudl, Beriman Kepada Nabi
Muhammad SAW, http://salwintt.wordpress.com/artikel/jendela-khutbah/beriman-kepada-nabi-muhammad-saw/
(Kamis, 30 Oktober 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar