Salam Hidup Penuh Berkah

Selasa, 03 November 2015

Cerita Hikmah dalam kehidupan: Tidak Nyambung

Cerita Hikmah dalam kehidupan:

Tidak Nyambung

Seorang mahasiswa ditugaskan dari kampusnya untuk memberi penyuluhan di sebuah desa. Peserta penyuluhan adalah penduduk yang tingkat pendidikannya rendah.bahkan, di antaranya ada yang tidak tamat sekolah dasar dan belum lancar berbahasa Indonesia. Setengah dari peserta penyuluhan adalah orang tua yang dianggap sepuh oleh masayarakat desa. Tema yang diusung oleh mahasisawa ini adalah pentingnya hidup bersih. Setelah waktunya tiba, mahasiswa ini memberikan penyuluhan dengan penuh semangat.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, dan para hadirin sekalian, dalam era globalisasi, era reformasi, dan era pasar bebas ini,kualitas lingkungan menjadi prasyarat untuk menemukan apakah kita termasuk masyarakat modern atau tradisional. Konsekuensi dari era globalisasi menuntut masayarakat Indonesia untuk mengakses dan mncermati informasi yang datang dariluar negeri...”
Demikianlah sebagian dari isi penyuluhannya. Selesai penyuluhan, para peserta yang hadir saling berbisik satu sama lai. Mereka saling bertanya tentang penyuluhan yang baru saja didengarnya. Kemudian, salah seorang nenek berkata sambil menguap.
“Duka atuh, da si ujang teh loba ka era.” (Tidak tahu, karena pembicaraanya banyak malu.” –“era’ dalam bahasa sunda artinya malu).

Hikmah cerita
Berbicaralah sesuai dengan daya tangkap orang lain. Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak umum. Janganlah kita menggunakan bahasa yang sulit dan tidak umum. Ibarat seorang dokter saat ditanya oleh pasien tentang sakitnya. Lalu dokter ini menjawab dengan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti oleh pasien, tentu saja tidak akan memuaskan pasien, justru akan membuatnya semakin binggung.

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar