Cerita hikmah
dalam kehidupan:
Siapa Menabur, Dia
Menuai
Di sebuah daera, tinggallah
seorang pemuda yang berasal dari keluarga kaya. Saat itu, sang pemuda tengah
menjalin hubungan khusus dengan seorang gadis yang berasal dari keluarga
miskin. Namun, selang beberapa bulan kemudian, gadis yang menjadi kekasihnya
ini datang membawa berita yang mengejutkan. Gadis ini menyatakan dirinya hamil
dan meminta pertanggungjwaban agar ia segera dinikahi. Tapi, bukannya disambut
dengan penuh tanggung jawab, gadis ini malah menerima perlakuan kasar dari sang
pemuda.
“Hah! Aku tahu kamu hanya
mengada-ada! Kamu pasti hamil dengan laki-laki lain dan sengaja datang kepadaku
karena menginginkan hartaku! Pergi dari sini, kamu perempuan miskin! Aku tidak
akan pernah dapat dibodohi olehmu!”
Tanpa belas kasihan, ia malah
menuduh kekasihnya itu bermain gila, lalu mengusirnya seperti mengusir seekor
lalat. Gadis ini pun akhirnya hanya bisa menangis sambil pergi dengan hati yang
hancur.
Selang dua puluh tahun kemudian,
pemuda ini telah menjadi seorang pejabat di daerah lain. I telah menikah dengan
seorang perempuan dari keluarga kaya dan dianugerahi seorang anak gadis yang
cantik. Begitu sayangnya ia kepada anak gadisnya ini hingga untuk pergi sekolah
pun harus diantar jemput oleh ajudannya.
Namun, entah mengapa pada suatu
sore yang disertai hujan rintik-rintik, ajudan yang biasa menjemput belum juga
datang. Akhirnya, atas inisiatif sendiri, anak gadis ini pun pulang sendirian
dengan berjalan kaki. Maklum, karena anak pejabat yang biasa diantar jemput, ia
tidak mengetahui daerah yang rawan dan yan tidak. Alhasil, anak gadis ini telah
menempuh jalan yang rawan.
Dengan lorong yang sepi dan
sempit, ditambah lagi sore mulai berganti malam disertai hujan rintik-rintik,
anak gadis ini dicegat oleh seorang preman. Dengan syawat yang memuncak, begitu
melihat ada seorang gadis remaja cantik yang berjalan sendirian, preman ini
lalu melampiaskan kelakuan bejatnya dengan memerkosa anak gadis pejabat itu.
Begitu malam menjelang, anak
gadis ini akhirnya berhasil pulang ke rumah dan sambut dengan penuh kecemasan
oleh segenap keluarganya. Mereka sangat terkejut melihat si anak gadis pulang
sambil menangis. Terlebih lagi melihat keadaannya yang lusuh dan pakaiannya
yang basah kuyup bercampur lumpur.
“Apa yang telah terjadi, Nak!”
berkata ayahnya dengan khawatir.
Sambil menangis, anak gadisnya
itu pun menceritakan kalau dirinya telah diperkosa oleh seorang preman, lengkap
dengan ciri-cirinya. Bukan main gusarnya sang ayah begitu mendengar pengakuan
anak gadisnya. Ia pun berteriak dengan lantang.
“kurang ajar! Laki-laki mana yang
berani bersikap demikian pada anak gadisku! Aku ini seorang pejabat! Tidak ada
laki-laki yang boleh berbuat demikian pada anak gadisku! Ajudan!! Cepat cari di
mana rumah penjahat yang bejat itu!”
Dengan sigap anak buahnya
melaksanakan perintah yang diberikan. Dalam waktu singkat, mereka telah
menemukan tempat tinggal preman yang telah memerkosa anak gadisnya. Preman yang
telah memerkosa anak gadisnya itu bernama Mikel. Masih dengan keberangan yang
sangat, pejabat dengan anak buahnya segera melahirkan kendaraan mereka ke rumah
Mikel. Setibanya di sana, pejabat langsung menggedor pintu rumah Mikel dengan
kasar sambil berteriak.
“Mikel! Keluar kamu! Mikel!”
Tidak lama kemudian, dari dalam
rumah keluarlah seoranh ibu dengan tenangnya. Pejabat itu dengan nafas
tersengal karena marah langsung menyambut kedatangannya dengan bentakan.
“Ibu! Suruh Mikel keluar! Dia
harus bertanggung jawab atas perbuatannya yang bejat itu! Ibu, siapanya Mikel?”
Ibu itu hanya tersenyum melihat
pejabat itu menbentak-bentak dirinya. Lalu dengan tenangnya, ibu itu menjawab,
“Saya adalah ibunya Mikel!
Tahukah kamu, siapa ayahnya Mikel? Ya kamu! Kamu adalah ayahnya Mikel!”
Hikmah cerita:
Cerita di atas menunjukkan kepada
kita bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya. Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa dapat melindungi dirinya dari api neraka, meski sebiji kurma,
hendaknya ia melakukannya. Jika tidak, bisa dengan mengucapkan kata-kata yang
baik” (HR. Al-Baihaqi)
Pemuda yang menjadi pejabat dalam
cerita di atas telah menuai amal jeleknya langsung di dunia. Padahal, kalau ia
masih juga belum bertobat, balasan yang lebih buruk lagi akan ditemuinya di
akhiratvkelak. Oleh karena itu, jangan pernah kita bosan berbuat amal kebaikan
karena pahalanya akan mengalir kepada diri kita juga. Demikian pula, jika kita
berbuat amal keburukan, balasannya pun akan mengalir kepada kita juga.
Sekarang tinggal yang memilih,
mau berbuat amal kebaikan atau amal keburukan? Tapi, sebelum memutuskan,
yakinlah bahwa semuanya itu akan memperoleh ganjarannya masing-masing. Amal
yang baik maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri. Amal yang buruk maka
keburukan itu pun untuk dirimu sendiri.
Referensi:
Chalil
komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung:
Pustaka Madani. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar