Salam Hidup Penuh Berkah

Selasa, 03 November 2015

Cerita hikmah dalam kehidupan: Pedagang Tuli

Cerita hikmah dalam kehidupan:
Pedagang Tuli
Di sebuah gang kecil, ada sebuah warung yang diduga dijaga oleh seorang bapak-bapak. Sore itu datang seorang pemuda hendak membeli minyak.
“Pak, saya mau beli minya,” kata pemuda itu.
Bapak penjaga warung hanya diam.
“Pak, saya mau beli minyak,” kata pemuda itu sekali lagi.
Bapak itu tetap diam tidak menjawab.
“Pak, saya mau beli minyakkk!!!” pemuda itu meninggikan suaranya.
Namun, lagi-lagi bapak iru tetap diam.
“Makanya kalau tuli jangan jaga warung, dong!” gerutu pemuda itu.
Tiba-tiba bapak penjaga warung menjawab dengan jengkel.
“Enak saja kamu bilang saya tuli... sembarangan.. ya sudah, ini saya layani. Jadinya kamu mau beli rokok berapa bungkus??”
Alhasil, pemuda itu hanya bengong, ia heran apakah penjaga warung ini sesungguhnya tuli atau tidak?

Hikmah cerita
Terkadang kita diejek dan dihina orang lain, tetapi tidak terima. Biasanya kita langsung bereaksi, balas menghina, atau minimal membela diri. Begitulah yang sudah menjadi kebiasaan. Padahal kalau mau jujur, hinaan orang lain kepada kita tidaklah lebih buruk dari kehinaan kita sendiri. Kita tidak dihina atau diejek orang adalah karena sesungguhnya Allah masih menutup-nutupi aib kita. Bayangkan, kalau orang lain mengetahui seluruh aib diri ini, pasti mereka tidak akan mau berteman dengan kita.
Oleh karena itu, sikap terbaik menghadapi hinaan adalah bersabar dan bersikap tenang. Rasulullah, Nabi yang mulia, manusia pilihan Allah, saja dihina dan diejek oleh orang quraisy. Bahkan, beliau disebut orang gila. Namun, Rasulullah tetap tenang dan tidak membalas. Bahkan, beliau mendoakan orang yang menghinanya, “Ya Allah, ampunilah dosa mereka karena mereka tidak mengerti tentang perbuatannya.”

Referensi:
Chalil komaruddin M. H. Hikmah di Balik Fenomena Kehidupan. Cet. I; Bandung: Pustaka Madani. 2007.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar