Bagi sebagian besar perempuan, pernikahan adalah sebuah pengalaman
membahagiakan. Tidak hanya kebahagiaan dan ketentraman, kehidupan rumah tangga
juga akan membawa pertengkaran, sakit hati, dan frustasi. Apakah sebuah
pernikahan akan berlangsung dalam spektrum kebahagiaan atau tidak semua
tergantung pada kemampuan perempuan dalam memilih teman hidup.
Kesalahan utama perempuan yang akan menikah adalah mereka melakukannya karena sedang jatuh cinta. Api cinta yang masih membara bukan alasan tepat untuk memutuskan menikah. Ingatlah bahwa pria yang bisa membuat perempuan jatuh hati belum tentu akan menjadi teman hidup yang baik.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Mei lalu, seorang perempuan yang telah menikah selama 20 tahun mengatakan, "Saya jatuh cinta pada tiga lelaki yang sangat berbeda sebelum akhirnya saya menikah dengan orang lain. Kalau saya menikahi salah satu dari mereka, maka saya pasti akan memiliki suami yang membuat saya marah sepanjang waktu. Masing-masing bekas kekasih saya mengajarkan pelajaran berharga tentang apa yang tidak saya inginkan, dan hasilnya adalah saya menikahi seorang pria baik yang masih bersama saya 20 tahun kemudian," katanya.
Kesalahan kedua adalah bahwa perempuan mengorbankan terlalu banyak hal bagi hubungan cinta mereka. Perempuan masih sering memilih meninggalkan teman, hobi, keluarga, dan hal lain sepanjang itu bisa mempertahankan hubungannya dengan orang yang dia kasihi.
Ini merupakan kesalahan mendasar karena pertama, perempuan bergantung pada dukungan orang banyak, termasuk teman dan keluarga dalam menjalani hidup. Kedua, pria tidak bisa menutupi semua kekurangan pada diri perempuan.
Kesalahan umum yang kerap dilakukan perempuan muda dalam mengambil keputusan menikah. Perempuan sering menghilangkan "ego" mereka lalu masuk ke jalinan cinta intensif sebelum mereka memiliki gambaran jelas akan identitas mereka sendiri.
Banyak perempuan mulai panik bila mereka belum menikah di pertengahan usia 20-an tahun. Merasa terlambat menikah kemudian dijadikan dalih dan membenarkan keputusan mereka untuk menikah. Menikah dengan seseorang karena takut merasa sendirian sangat tidak adil bagi diri mereka sendiri dan juga bagi pasangan hidup.
Kesalahan terakhir, perempuan tidak melakukan penelitian terlebih dulu sebelum memilih suami. Banyak hal yang perlu ditanyakan pada calon pasangan hidup mengenai pendapat dan pola pikirnya.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berapa jumlah anak yang diinginkan, siapa yang harus tinggal di rumah untuk mengurus anak-anak, apa yang menjadi prioritas hidup masing-masing. Berbagilah cerita tentang pengelolaan uang, impian, dan tujuan hidup masing-masing.
Perempuan terlalu yakin kalau mereka bisa mengubah seorang pria. Padahal kalau perubahan itu tidak terwujud, hubungan yang diharapkan pihak perempuan akan berlangsung buruk.
Bila hal ini terjadi, perempuan perlu menerima situasi itu apa adanya dan menikmati perbedaan di antara mereka. Cara lain, ciptakan sebuah lingkungan atau suasana yang bisa mendorong pria mau berubah demi perempuan yang dia kasihi.
Kesalahan utama perempuan yang akan menikah adalah mereka melakukannya karena sedang jatuh cinta. Api cinta yang masih membara bukan alasan tepat untuk memutuskan menikah. Ingatlah bahwa pria yang bisa membuat perempuan jatuh hati belum tentu akan menjadi teman hidup yang baik.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Mei lalu, seorang perempuan yang telah menikah selama 20 tahun mengatakan, "Saya jatuh cinta pada tiga lelaki yang sangat berbeda sebelum akhirnya saya menikah dengan orang lain. Kalau saya menikahi salah satu dari mereka, maka saya pasti akan memiliki suami yang membuat saya marah sepanjang waktu. Masing-masing bekas kekasih saya mengajarkan pelajaran berharga tentang apa yang tidak saya inginkan, dan hasilnya adalah saya menikahi seorang pria baik yang masih bersama saya 20 tahun kemudian," katanya.
Kesalahan kedua adalah bahwa perempuan mengorbankan terlalu banyak hal bagi hubungan cinta mereka. Perempuan masih sering memilih meninggalkan teman, hobi, keluarga, dan hal lain sepanjang itu bisa mempertahankan hubungannya dengan orang yang dia kasihi.
Ini merupakan kesalahan mendasar karena pertama, perempuan bergantung pada dukungan orang banyak, termasuk teman dan keluarga dalam menjalani hidup. Kedua, pria tidak bisa menutupi semua kekurangan pada diri perempuan.
Kesalahan umum yang kerap dilakukan perempuan muda dalam mengambil keputusan menikah. Perempuan sering menghilangkan "ego" mereka lalu masuk ke jalinan cinta intensif sebelum mereka memiliki gambaran jelas akan identitas mereka sendiri.
Banyak perempuan mulai panik bila mereka belum menikah di pertengahan usia 20-an tahun. Merasa terlambat menikah kemudian dijadikan dalih dan membenarkan keputusan mereka untuk menikah. Menikah dengan seseorang karena takut merasa sendirian sangat tidak adil bagi diri mereka sendiri dan juga bagi pasangan hidup.
Kesalahan terakhir, perempuan tidak melakukan penelitian terlebih dulu sebelum memilih suami. Banyak hal yang perlu ditanyakan pada calon pasangan hidup mengenai pendapat dan pola pikirnya.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berapa jumlah anak yang diinginkan, siapa yang harus tinggal di rumah untuk mengurus anak-anak, apa yang menjadi prioritas hidup masing-masing. Berbagilah cerita tentang pengelolaan uang, impian, dan tujuan hidup masing-masing.
Perempuan terlalu yakin kalau mereka bisa mengubah seorang pria. Padahal kalau perubahan itu tidak terwujud, hubungan yang diharapkan pihak perempuan akan berlangsung buruk.
Bila hal ini terjadi, perempuan perlu menerima situasi itu apa adanya dan menikmati perbedaan di antara mereka. Cara lain, ciptakan sebuah lingkungan atau suasana yang bisa mendorong pria mau berubah demi perempuan yang dia kasihi.
Api cinta yang membara bukan alasan yang tepat untuk memutuskan menikah.
Menurut sy tdk sepenuhny 100% artikel di atas sesuai.
Apapun itu sy sangaaat setuju dengan pernyataan ini: Api cinta yang membara
bukan alasan yang tepat untuk memutuskan menikah.
arti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar